Senin, 02 Januari 2017

Memperingati Maulid Nabi dengan Ziarah Wali

Sebagai ikhtiar untuk menjaga kebersamaan dan gerak langkah dalam berorganisasi, maka pada hari Ahad legi (1/1/2017) keluarga besar NU Ranting Pisang mengadakan ziarah wali lima. Berangkat pada pukul 06.00 WIB berkumpul  di Masjid Baitul Atqiya’ Pisang dengan mengendari satu mobil.
Ini kelihatan seperti berlibur di awal tahun. Memang benar namun lebih ditekankan juga untuk memperingati hari lahirnya Junjungan Kanjeng Nabi Muhammad Saw. yang lahir pada bulan Rabiul Awwal. Pada hari ini pas hari-hari akhir pada bulan dimaksud. Mengapa kok ziarah wali karena wali adalah ulama pewaris Nabi yang meneruskan risalah beliau kepada umat. Kita mengenal agama dari beliau. Bukan dari “Mbah Google” dan sejenisnya. namun semata-mata melalui para ulama ini yanag dikenal dengan wali.
Melihat situasi dan kondisi liburan akhir tahun, banyak masyarakat berlibur ke luar kota, maka tujuan ziarah wali berputar tujuannya. Bila sebelumnya di awali dari Surabaya hingga ke Tuban. Ini dimulai dari Makam Sunan Bonang Tuban – Makam Sunan Giri di Giri Kedaton Gresik – Makam Maulana Malik Ibrahim Gresik – Sunan Drajat di Paciran Lamongan dan terakhir di Makam Sunan Ampel di Ampeldento Surabaya.
Tiba di Ampeldento pas waktunya salat Magrib. Dan hujan begitu deras. Namun acara harus terus berjalan akhirnya ya tetap diteruskan. Dibawah hujan yang membawa kasih sayang bagi alam, acara tahlil tetap dilakukan dengan berdiri. Karena bila duduk bersila hujan deras sekali. Dan pendopo yang tersedia sudah penuh dengan peziarah. Dengan menempel di ujung pendopo saya bersama dua teman membaca tahlil.
Dari kelima tempat di lokasi yang berbeda ternyata “orang yang sudah mati menghidupi orang yang masih hidup”. Banyak testimoni dari para pedagang atau orang yang menggantungkan hidupnya dari tempat ziarah. Awalnya sebagai petani, namun karena banyaknya peziarah minimal sehari 50 bus besar akhirnya dia banting setir membuka warung makanan. Ini testimoni dari pedagang warung di Tebuireng. Tempat lain mungkin hampir sama.
Beliau diziarahi banyak orang karena ketinggian ilmunya yang bermanfaat bagi umat. Karya yang telah diperbuat bagi masyarakat banyak. Dengan kasih sayang yang diberikan dengan tulus akhirnya masyarakat merasa “dekat”. Akhirnya banyak masyarakat yang berziarah. Padahal bukan “sanak kadang”. Itulah para “wali”, kekasih Allah. Memberikan karya kepada masyarakat banyak dengan ketulusan. Tanpa berharap balasan. Hanya rida Allah saja yang diharap.
Wallahu a’lam bi al shawab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar