Pada hari sabtu, 21 April
2018 alumni PMII Nganjuk melangsungkan resepsi harlah di sebuah tempat yang
cukup sederhana. Metropolis Cafe, di bilangan Kertosono. Cikal bakal PMII di
Nganjuk ada di sini. Tepatnya di kampus STAI Miftahul ‘Ula Nglawak Kertosono.
Bermodalkan kebersamaan, alhamdulillah acara berlangsung dengan lancar dan
sukses.
Para alumni yang sudah
berkiprah di PM11 hadir. Dari angkatan pertama 1999-2000 hingga masa bhakti
2017. Ada rasa bangga, haru, senang, berpadu menjadi satu. Apalagi tatkala
dinyanyikan lagu Indonesia Raya, Mars PMII, terasa hati ini masih muda. Kembali
merasakan masa lalu, serasa masih menjadi mahasiswa.
Tidak kalah penting
adalah dinyanyiannya ya alal waton hasil karya KH. Wahab Hasbullah. Menunjukkan
rasa patriotisme keindonesiaan. Nama indonesia sudah dipilih padahal lagu itu
jauh-jauh hari sudah ditulis sebelum indonesia merdeka. Sekitar 1914. Dari sini
menunjukkan “khawas” kiai wahab akan bentuk negara bangsa ini ke depan. Tidak
sembarang orang mempunyai sisi linuwih ini.
Nun jauh dulu di
Surabaya, 17 April 1960 sekelompok mahasiswa Nahdlatul ‘Ulama berkumpul untuk
merumuskan bentuk organisasi mahasiswa ahlussunnah wal jamaah an nahdliyah.
Waktu itu sudah berdiri HMI namun lebih condong ke partai Masyumi.
Sebenarnya dalam wadah
IPNU sudah ada departemen kemahasiswaan. Namun karena dirasa “spirit pelajar”
yang kurang bisa mewadahi nilai-nilai kemahasiswaan akhirnya para mahasiswa
tersebut mendirikan organisasi yang kemudian dikenal dengan Pergerakan Mahasiswa
Islam Indonesia.
Ditinjau dari nama
organisasi ada empat spirit yang mengemuka. Memilih kata pergerakan atau
nahdlah. Bergerak, tidak pasif dan statis. Namun terus melaju sesuai dengan
laju peradaban. Mengapa tidak memilih ikatan atau himpunan. Karena dirasa kurang
bisa mengemban nilai-nilai mahasiswa yang mendekati usia pemuda. Yang senantiasa
galau dengan keadaan sekitar yang terus berubah.
Mahasiswa menunjukkan
komunitas calon intelektual muda. Pengemban amanah bangsa dan negara di masa
yang akan datang. Dari komunitas inilah diharapkan calon pemimpin bangsa yang
siap, dan mumpuni membawa bangsa ini menjadi lebih sejahtera.
Ada kata Islam Indonesia.
Islam di sini merujuk bahwa memang Islam lahir di Timur Tengah. Namun jangan
lupa bahwa kita lahir, hidup, sujud dan rukuk, bekerja, makan dari tanah
Indonesia, dan nantinya juga akan kembali ke tanah. Yang kesemuanya ada di
negeri ini. Tidak boleh melupakan ada istiadat yang berkembang. Al adah
muhakkamah. Bahwa adat bisa menjadi hukum.
Adat yang ada dipakai
dengan nilai-nilai keislaman. Atau dengan kata lain orang Indonesia yang
beragama Islam. Bukan orang Islam yang ada di Indonesia. Organisasi mahasiswa
yang bercirikan Islam Indonesia ahlussunnah wal jamaah an nahdliyah.
Beberapa waktu yang lalu
PB PMII sowan kepada Rais am Prof. Dr. KH. Ma’ruf Amin dan Ketua Umum PBNU Prof.
Dr. Said Aqiel Siradj. Dari kedua beliau itu sangat berharap kepada PMII.
Kontribusi PMII kepada NU.
Karena memang PMII adalah kader NU. Diharapkan kembali ke habitatnya lagi. Turut
membesarkan dan memperjuangkan NU.
Tugas alumni adalah
meningkatkan kapasitas diri. Keadaan yang akan datang tidak bisa diketahui
dengan pasti. Namun prediksi bisa dijadikan acuan. Bahwa banyak lini kehidupan
yang bisa dimasuki oleh alumni. Pada tahap praksis di lapangan jabatan dan posisi
apapun dalam organisasi NU. Kader dan alumni PMII bisa berkiprah. Semuanya berkontribusi kepada kebesaran NU.
Alhamdulillah, sudah
banya alumni Nganjuk yang melanjutkan ke jenjang pendidikan lebih tinggi. Beragam
pula profesinya. Ada pkh, pendamping desa, ppk, bawaslu, dosen, guru, birokrat.
Inilah sedikit gambaran kiprah alumni.
Yang perlu digarisbawahi
oleh segenap alumni adalah nilai-nilai keindonesiaan, dan keislaman kita. Berislam
melalui Nahdlatul Ulama. NU sebagai amaliah, manhaj, militansi, harakah, dan
fikrah.
Selamat harlah PMIIku
ke-58.