Sungguh bijaksana para
pendiri bangsa ini. Walau mayoritas rakyat Indonesia muslim namun dalam
meletakkan pondasi negara tidak berdasar agama Islam. Ruh Islam yang dijadikan
dasar yakni ketuhanan, kemanusiaan,
persatuan, musyawarah dan keadilan sosial. Jadilah Pancasila sebagai dasar
negara.
Bila ditelusuri memang
tidak ada teks yang mewajibkan Islam sebagai dasar negara. Hal ini bisa dirunut
di zaman Nabi dan Khulafaurrasyidin, pemimpin agama sesudah Kanjeng Nabi
Muhammad Saw. Ternyata sejarah membuktikan, Pancasila bisa mempersatukan
nusantara yang multi etnik, suku, bahasa dan ribuan pulau yang tersebar.
Bersatu menjadi satu, Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Apa kurangnya negara
Timur Tengah yang notebene pusatnya Islam. Atau dekat dengan pusat Islam. Irak,
Afganistan, Somalia, Sudan, Libya, Syuriah dan Mesir dilanda perang saudara. Ribuan
orang menjadi korban. Ahli agama di sana sangat banyak. Mengapa terjadi seperti
itu? Karena ilmu agama hanya dipelajari saja. Belum digunakan untuk
kemaslahatan berbangsa dan bernegara. Agama di satu sisi dan nasionalisme
disisi yang lain. Agama dan nasionalisme tidak bergandengan erat.
KH. Wahid Hasyim, santri
pesantren salah satu anggota BPUPKI dan PPKI menyadari hal ini. gemblengan ilmu
kepesantrenan mengilhami bahwa ajaran agama dan nasionalisme adalah senyawa.
Dibuktikan dari membebaskan diri dari imperialisme penjajah Perang Diponegoro,
merebut kemerdekaan, hingga mempertahankan kemerdekaan santri dan kiai terbukti
sebagai motor penggeraknya.
Adanya Hari Pahlawan 10
Nopember bukan tiba-tiba ada. Namun diawali
dengan 22 Oktober 1945, dicetuskannya Resolusi Jihad oleh KH. Hasyim Asyari
yang mewajibkan warga sekitar Surabaya mempertahankan kemerdekaan dari
rongrongan penjajah. Inilah cikal bakal Hari Santri Nasional.
Maka sangatlah “pas”
PBNU. Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, NKRI dan UUD 1945 adalah harga mati bagi
kita, bangsa Indonesia. inilah pilar kebangsaan yang harus kita lestarikan,
apapun resikonya.
Bila ada yang mengusik
empat hal di atas, perlu ditanya komitmen kebangsaannya. Andilnya apa dalam
berbangsa dan bernegara. Jangan-jangan lahir, hidup, salat, dan mencari makan
di bumi pertiwi namun malah merecoki negaranya.
Sudah sepantasnya kita
sebagai anak bangsa memperingati Hari Lahirnya Pancasila, 1 Oktober. Sejarah
membuktikan Pancasila sebagai dasar negara bisa mengayomi warga senusantara.
Wallahu a’lam bi al shawab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar