Sabtu, 01 Oktober 2016

Pancasila, Nasionalisme dan Perekat Bangsa

Sungguh bijaksana para pendiri bangsa ini. Walau mayoritas rakyat Indonesia muslim namun dalam meletakkan pondasi negara tidak berdasar agama Islam. Ruh Islam yang dijadikan dasar yakni  ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, musyawarah dan keadilan sosial. Jadilah Pancasila sebagai dasar negara.
Bila ditelusuri memang tidak ada teks yang mewajibkan Islam sebagai dasar negara. Hal ini bisa dirunut di zaman Nabi dan Khulafaurrasyidin, pemimpin agama sesudah Kanjeng Nabi Muhammad Saw. Ternyata sejarah membuktikan, Pancasila bisa mempersatukan nusantara yang multi etnik, suku, bahasa dan ribuan pulau yang tersebar. Bersatu menjadi satu, Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Apa kurangnya negara Timur Tengah yang notebene pusatnya Islam. Atau dekat dengan pusat Islam. Irak, Afganistan, Somalia, Sudan, Libya, Syuriah dan Mesir dilanda perang saudara. Ribuan orang menjadi korban. Ahli agama di sana sangat banyak. Mengapa terjadi seperti itu? Karena ilmu agama hanya dipelajari saja. Belum digunakan untuk kemaslahatan berbangsa dan bernegara. Agama di satu sisi dan nasionalisme disisi yang lain. Agama dan nasionalisme tidak bergandengan erat.
KH. Wahid Hasyim, santri pesantren salah satu anggota BPUPKI dan PPKI menyadari hal ini. gemblengan ilmu kepesantrenan mengilhami bahwa ajaran agama dan nasionalisme adalah senyawa. Dibuktikan dari membebaskan diri dari imperialisme penjajah Perang Diponegoro, merebut kemerdekaan, hingga mempertahankan kemerdekaan santri dan kiai terbukti sebagai motor penggeraknya.
Adanya Hari Pahlawan 10 Nopember bukan tiba-tiba ada.  Namun diawali dengan 22 Oktober 1945, dicetuskannya Resolusi Jihad oleh KH. Hasyim Asyari yang mewajibkan warga sekitar Surabaya mempertahankan kemerdekaan dari rongrongan penjajah. Inilah cikal bakal Hari Santri Nasional.
Maka sangatlah “pas” PBNU. Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, NKRI dan UUD 1945 adalah harga mati bagi kita, bangsa Indonesia. inilah pilar kebangsaan yang harus kita lestarikan, apapun resikonya.
Bila ada yang mengusik empat hal di atas, perlu ditanya komitmen kebangsaannya. Andilnya apa dalam berbangsa dan bernegara. Jangan-jangan lahir, hidup, salat, dan mencari makan di bumi pertiwi namun malah merecoki negaranya.

Sudah sepantasnya kita sebagai anak bangsa memperingati Hari Lahirnya Pancasila, 1 Oktober. Sejarah membuktikan Pancasila sebagai dasar negara bisa mengayomi warga senusantara. Wallahu a’lam bi al shawab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar