Minggu, 11 September 2016

Pembiasaan Yasinta di Hari Sabtu

Yasinta, bacaan surat Yasin dan tahlil sudah menjadi pembiasaan di MTsN Termas.  Seingat saya sejak tahun 2008 ketika mulai mengajar di madrasah ini, pembiasaan yasinta sudah dilakukan. Dengan dipandu seorang guru, membaca yasin dan tahlil dilakukan. Ini terbantu dengan sound system yang bisa terdengar ke seluruh ruangan. Sedang siswa yang berada di kelas ditunggu oleh guru pembiasaan (SKI).
Kegiatan ini dilakukan tiap 2 pekan tepatnya hari Sabtu. Bergantian dengan pembiasaan SKI (standar kecakapan ibadah). Guru yang istikomah memandu acara ini adalah Agus Syamsudin, BA. Beliau mengajar mapel Sejarah Kebudayaan Islam.
Tujuan yang ingin diraih dari pembiasaan ini adalah siswa terbiasa membaca surah Yasin sebagai salah satu bacaan yang bernilai ibadah. Dan menjadi bacaan yang rutin dibaca para salafus shalih. Tabarukan, berharap mendapat keberkahan agar siswa juga mempunyai kebiasaan yang sama. Lalu dipadu dengan bacaan tahlil.
Hikmah Membaca Yasin dan Tahlil
Tahlil adalah bacaan tasbih, tahmid, takbir, juga tahlil (bacaan la ilaha illallah). Juga dipadu dengan bacaan surat-surat terpilih. Ini adalah bacaan yang dirangkai oleh para ulama dan maksur (terkenal karena biasa dibaca).
Bila membaca Surat Yasin untuk orang yang sudah meninggal maka akan mengurangi siksa kuburnya. Dan bacaan tahlil dihadiahkan juga untuk orang yang sudah meninggal. Bacaan ini akan sampai tujuan. Buktinya bacaannya tidak ada yang kembali. Laksana sms yang terkirim dan tidak kembali lagi ke pengirimnya. Bila kembali ada pemberitahuan gagal kirim. Dan nyatanya tidak ada.
Memang dalam beribadah membutuhkan keyakinan. Bila yakin akan sampai. Begitu juga sebaliknya. Mudahnya logika. Para ulama sudah membiasakan bacaan yasin dan tahlil dan turun temurun hingga sekarang ini. Pastilah ada dasar hukumnya baik naqli dan aqli. Jelasnya banyak bertebaran bila kita mencarinya. Belum lagi referensi di kitab kuning, kitab gundul.
Orang yang sudah meninggal sudah tidak bisa menambah amal saleh. Karena sudah terputus. Padahal ada nikmat kubur dan siksa kubur. Yang berhak berbuat amal saleh adalah orang yang masih hidup. Maka ada kesempatan bagi kita anak cucu untuk mengirimkan amal kebaikan kepada orang tua dan para leluhur. Kalau bukan kita lalu siapa lagi? Mengandalkan orang lain? Orang lain sibuk mengurusi dirinya sendiri. Jadi sebagai bukti birrul walidain kita, kita perlu berkirim yasinta. orang tua yang sudah meninggal tidak membutuhkan kiriman uang, kiriman mobil hanya bacaan doa dari kita.
Akhirnya, membaca yasin dan tahlil memang perlu dibiasakan. Perlu kita bisa menjalankan sendiri. Bisa dijalankan sebagai wirid harian minimal wirid mingguan. Karena banyak fadhilahnya bagi kita semua. Wallahul a’lam bi al shawab.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar