Selasa, 21 Juni 2016

Sunah Puasa

dok. sutopo.com
Amalan sunah perlu dilakukan untuk menambah amalan wajib. Mumpung bulan puasa, bulan yang penuh dengan pahala. Bisa dibayangkan kalau menggunakan logika matematika. Amalan salat sunah misalnya, mendapat pahala seperti melakukan amalan salat wajib di luar bulan Ramadan. Sedang salat wajib mendapatkan pahala 70 kalinya.
Namun kita berusaha bukan banyaknya pahala saja. Juga lebih pada berharap rida dari Allah, dan diterimanya amal kita. Ada anjuran dari kiai ketika berdoa diakhiri dengan doa allahumma taqabbal minna innaka antas samiul ‘alim. Berharap agar amal yang kita kerjakan diterima Allah sebagai amal saleh kita.
Apa tidak ngeri bila kelihatan kita berpuasa, salat sunah yang banyak rakaatnya, dan amal ibadah lain namun terselip niat untuk riya, pamer. Atau juga niat lain yang kurang pas. Sehingga amal yang kita lakukan tidak diterima Allah. Naudzu mindhalik. Semoga amal ibadah kita senantiasa diterima Allah. Amin.
Amalan sunah juga penting untuk menambal amalan wajib kita yang bolong-bolong. Misalnya melaksanakan salat bakdiyah dan qabliyah. Tujuannya antara lain untuk mengganti jikalau ketika kita salat fardhu kurang khusu’, tidak sah, kurang sempurna, mengantuk, bacaannya salah dan sejenisnya. Dengan melakukan salat sunah semoga salat kita lebih sempurna dan diterima Allah.
Begitu pula sunah puasa untuk menambah dan menyempurnakan ibadah puasa wajib. Adapun diantara sunah puasa adalah :
Pertama, menyegerakan berbuka. Bila sudah terdengar bedug azan magrib seyogyanya kita segera berbuka. Bila ada dengan kurma. Kalau tidak ketemu cukup dengan air putih.
Buah kurma dipilih karena selain anjuran dari Kanjeng Nabi Muhammad juga mengandung banyak manfaat. Kandungan dalam kurma membantu tubuh untuk percepatan pemulihan dari puasa. Bisa juga disikapi dengan minum-minum yang manis, seperti kolak.
Jangan lupa berdoa ketika berbuka. Allahumma laka shumtu wa ‘ala rizqika afthortu allahumma dzahabathoma’ wabtallatil ‘uruq  watsabatal  ajru insyaallahu. Ya, Allah. Puasaku untukMu, rizki dariMu yang kupakai untuk berbuka. Ya, Allah. Sudah hilang rasa hausku, otot-otot dalam tubuh sudah segar kembali.  Semoga tetap pahala dariMu.
Kedua, mengakhirkan sahur. Makan sahur di pagi hari sebelum subuh menjadi rutinitas dalam berpuasa. Bisa saja di tengah malam kita sahur. Namun ada waktu yang lebih utama, yakni satu jam sebelum subuh.
Bila dicerna, hanya seperti memindahkan sarapan pagi. Bila sarapan jam 6 pagi, lalu dimajukan 2-3 jam sebelumnya. Tujuannya agar kuat berpuasa di tengah aktivitas yang bejibun.
Ini berdasar dawuhnya Kanjeng Nabi Muhammad yang diriwayatkan Imam Ahmad. Yang artinya: Nabi berkata, “Umatku tetap dalam kebaikan selagi cepat berbuka puasa  dan mengakhirkan makan sahur”.
Ketiga, meninggalkan perkataan yang tidak berfaedah. Berbicara memang hal yang mudah. Lidah sebagai alat berbicara memang tidak bertulang sehingga berbicara apapun tanpa hambatan. Namun dibalik itu berbicara bisa menimbulkan peperangan dahsyat. Maka hemat dalam berbicara menjadi saranan. Berbicara boleh namun ada gunanya. Singkat, padat dan berisi bisa dijadikan patokan.
Berbicara untuk ngrumpi (membicarakan aib orang lain), mengadu domba, sumpah palsu, fitnah diantara yang harus dihindari. Karena bila tidak bisa mengurangi pahala puasa. Jangan sampai seperti sabdanya Nabi bahwa banyak orang yang berpuasa hanya mendapatkan haus dan dahaga. Karena tidak memperhatikan tata tertib berpuasa. Wallahu a’lam bi al shawab.

Rujukan:
Ahmad Abdul Hamid Alkendali, Risalatus Syiyam. Semarang: Karya Toha putra, tt.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar