Senin, 13 Juni 2016

Manusia yang Dicintai Surga

dok. google.com
Dalam sebuah hadith diterangkan ada 4 jenis manusia yang dicintai surga. Pertama, orang yang istikomah membaca alquran.
Alquran adalah kalam ilahi. dawuhNya Allah yang diturunkan kepada Kanjeng Nabi Muhammad Saw. melalui Malaikat Jibril. Membacanya dinilai sebagai ibadah. Bacaan yang terjaga keasliannya hingga hari kiamat. Menjadi pedoman hidup manusia. Bila berpegang teguh kepada Alquran, manusia senantiasa akan mendapatkan kesuksesan hidup.
Membaca Alquran setiap hari adalah hal yang baik. Dan perlu terus dikerjakan. Kelak di hari kemudian, Alquran akan memberi syafaat/pertolongan bagi yang membacanya. Seorang muslim yang tidak pernah membaca Alquran diumpamakan rumah kosong tanpa penghuni. Sehingga mengundang pihak lain untuk menghuninya.
Alquran ditulis dalam huruf Arab. Berarti tidak sama dengan tulisan latin. Sehingga untuk membacanya perlu kemampuan khusus. Bila sejak kecil sudah belajar mengaji Alquran, maka ketika dewasa tidak ada kesulitan lagi. Lalu bila dewasa belum bisa membaca Alquran bagaimana? Sebenarnya tidak ada kata terlambat. Belajar mengaji bisa dilakukan oleh segala umur. Tinggal kemauan saja. Bila sudah ada tekad maka pasti ada jalan untuk bisa mengaji Alquran.
Dilihat dari keadaan sekitar rumah kita apakah banyak keluarga yang rutin membaca Alquran? Sepertinya kok belum. Bila belum maka momentum bulan Ramadan sebagai sarana untuk memulai bisa mengaji atau tadarus Alquran secara rutin. Kalau bisa minimal satu hari satu juz. Ada gerakan ODOJ, one day one juz yang sudah menjadi gerakan nasional. Untuk memotivasi hal ini, tidak salah bila kita bergabung di dalamnya.
Alquran yang berbahasa Arab tidak cukup untuk dibaca. Karena juga sebagai pedoman dalam kehidupan, perlu juga dipahami apa maksud diturunkannya. Apakah membaca terjemah sudah cukup? Ternyata tidak. Karena untuk memahami Alquran perlu suatu disiplin keilmuan yang komplek, science of intrepretation. Atau ilmu tafsir. Sebagai salah satu jalan mudah, mengikuti pengajian tafsir Alquran kepada ahlinya adalah salah satu solusinya.
Kedua, menjaga lisan. Lisan ini maksudnya berbicara. Lidah memang tak bertulang sehingga sangat doyan untuk berbicara. Dalam keseharian kita, budaya oral/lisan/berbicara masih sangat dominan. Pidato, ceramah, pengajian masih mengandalkan kemampuan orasi tanpa teks. Semakin memukau aksi panggungnya maka dianggap semakin hebat. Sehingga bisa mendapat julukan singa podium.
Berbicara memang perlu. Namun ada waktunya. Apakah diam baik? Diam juga baik. Namun bila waktunya sudah berbicara harus berbicara. Hal inilah akan menjadikan seseorang berwibawa. Akhirnya menjaga lisan adalah menjaga mulut kita dari berbicara yang tidak ada manfaatnya.
Karena semakin banyak bicara akan semakin banyak salahnya. Kalau banyak salahnya, malapetaka akan datang menghampiri. Ada pepatah yang mengatakan “mulutmu harimaumu”.
Ketiga, memberi makan orang miskin.
Orang miskin belum tentu bisa makan sehari tiga kali. Dua kali saja sudah untung. Maka bila ada kelebihan makanan, kita dianjurkan untuk ingat dan memberikannya kepada orang miskin. Perlu dihindari, mempunyai makanan banyak di rumah namun tidak habis pada hari itu. Hingga menjadi basi karena tidak ada yang memakannya. Akan lebih bijaksana untuk segera memberikannya kepada yang lebih berhak.
Dicontohkan oleh Nabi Ibrahim As. Beliau bila makan, mengajak orang lain untuk menemaninya. Sehingga tidak pernah makan sendiri. Semoga saja kita bisa menirunya. Walau dalam skala kecil.
Keempat, berpuasa di bulan Ramadan.
Ramadan bulan yang mulia. Dan hanya diperuntukkan untuk umat Muhammad saja. Sesungguhnya sangatlah tersanjung bagi orang yang bisa menemui bulan berkah ini. para alim, selalu berdoa akan bisa dipertemukan dengan bulan suci ini.
Di bulan Ramadan ini diwajibkan berpuasa bagi orang yang beriman. Sekali lagi hanya untuk orang yang beriman saja. Dan memang, berpuasa menjadi ajang uji nyali bagi seorang muslim. Dihadapan godaan kehidupan yang luar biasa, bekerja dengan segala resiko dan persaingannya namun masih tetap berpuasa. Wow, ini hal yang istimewa.
Berpuasa di bulan ini bertujuan untuk menjadi orang yang sakti, muttaqin –orang yang bertakwa. Out put dari puasa menjadi lebih asih kepada orang lain. Karena sudah diuji dengan rasa lapar dan haus yang sangat. Kesengsaraan sebagai orang miskin sudah dialami. Sehingga juga tidak mudah berlaku sombong dalam kehidupan.
Di surga ada satu pintu namanya Rayyan. Dari pintu inilah, soimin (sebutan bagi orang yang berpuasa) besok akan dipersilahkan memasukinya. Bagi yang tidak senang berpuasa dilarang untuk masuk. Balasan bagi orang yang berpuasa memang luar biasa. Apalagi janji Allah sendiri bahwa pahala orang yang berpuasa tidak terhingga. Langsung Allah sendiri yang menghitungnya. Bila ibadah lain dilipatgandakan 10 hingga 700 kali namun khusus ibadah puasa lebih banyak lagi.
Wallahu a’lam bi al shawab.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar