dok. google.com |
Dalam sebuah hadith
diterangkan ada 4 jenis manusia yang dicintai surga. Pertama, orang yang istikomah
membaca alquran.
Alquran adalah kalam
ilahi. dawuhNya Allah yang diturunkan kepada Kanjeng Nabi Muhammad Saw. melalui
Malaikat Jibril. Membacanya dinilai sebagai ibadah. Bacaan yang terjaga
keasliannya hingga hari kiamat. Menjadi pedoman hidup manusia. Bila berpegang
teguh kepada Alquran, manusia senantiasa akan mendapatkan kesuksesan hidup.
Membaca Alquran setiap
hari adalah hal yang baik. Dan perlu terus dikerjakan. Kelak di hari kemudian, Alquran
akan memberi syafaat/pertolongan bagi yang membacanya. Seorang muslim yang
tidak pernah membaca Alquran diumpamakan rumah kosong tanpa penghuni. Sehingga mengundang
pihak lain untuk menghuninya.
Alquran ditulis dalam
huruf Arab. Berarti tidak sama dengan tulisan latin. Sehingga untuk membacanya
perlu kemampuan khusus. Bila sejak kecil sudah belajar mengaji Alquran, maka
ketika dewasa tidak ada kesulitan lagi. Lalu bila dewasa belum bisa membaca
Alquran bagaimana? Sebenarnya tidak ada kata terlambat. Belajar mengaji bisa
dilakukan oleh segala umur. Tinggal kemauan saja. Bila sudah ada tekad maka
pasti ada jalan untuk bisa mengaji Alquran.
Dilihat dari keadaan
sekitar rumah kita apakah banyak keluarga yang rutin membaca Alquran? Sepertinya
kok belum. Bila belum maka momentum bulan Ramadan sebagai sarana untuk memulai
bisa mengaji atau tadarus Alquran secara rutin. Kalau bisa minimal satu hari
satu juz. Ada gerakan ODOJ, one day one juz yang sudah menjadi gerakan
nasional. Untuk memotivasi hal ini, tidak salah bila kita bergabung di
dalamnya.
Alquran yang berbahasa
Arab tidak cukup untuk dibaca. Karena juga sebagai pedoman dalam kehidupan,
perlu juga dipahami apa maksud diturunkannya. Apakah membaca terjemah sudah
cukup? Ternyata tidak. Karena untuk memahami Alquran perlu suatu disiplin keilmuan
yang komplek, science of intrepretation. Atau ilmu tafsir. Sebagai salah satu
jalan mudah, mengikuti pengajian tafsir Alquran kepada ahlinya adalah salah
satu solusinya.
Kedua, menjaga lisan. Lisan
ini maksudnya berbicara. Lidah memang tak bertulang sehingga sangat doyan untuk
berbicara. Dalam keseharian kita, budaya oral/lisan/berbicara masih sangat
dominan. Pidato, ceramah, pengajian masih mengandalkan kemampuan orasi tanpa
teks. Semakin memukau aksi panggungnya maka dianggap semakin hebat. Sehingga
bisa mendapat julukan singa podium.
Berbicara memang perlu. Namun
ada waktunya. Apakah diam baik? Diam juga baik. Namun bila waktunya sudah
berbicara harus berbicara. Hal inilah akan menjadikan seseorang berwibawa. Akhirnya
menjaga lisan adalah menjaga mulut kita dari berbicara yang tidak ada
manfaatnya.
Karena semakin banyak
bicara akan semakin banyak salahnya. Kalau banyak salahnya, malapetaka akan
datang menghampiri. Ada pepatah yang mengatakan “mulutmu harimaumu”.
Ketiga, memberi makan
orang miskin.
Orang miskin belum tentu bisa
makan sehari tiga kali. Dua kali saja sudah untung. Maka bila ada kelebihan
makanan, kita dianjurkan untuk ingat dan memberikannya kepada orang miskin. Perlu
dihindari, mempunyai makanan banyak di rumah namun tidak habis pada hari itu. Hingga
menjadi basi karena tidak ada yang memakannya. Akan lebih bijaksana untuk
segera memberikannya kepada yang lebih berhak.
Dicontohkan oleh Nabi
Ibrahim As. Beliau bila makan, mengajak orang lain untuk menemaninya. Sehingga tidak
pernah makan sendiri. Semoga saja kita bisa menirunya. Walau dalam skala kecil.
Keempat, berpuasa di
bulan Ramadan.
Ramadan bulan yang mulia.
Dan hanya diperuntukkan untuk umat Muhammad saja. Sesungguhnya sangatlah
tersanjung bagi orang yang bisa menemui bulan berkah ini. para alim, selalu
berdoa akan bisa dipertemukan dengan bulan suci ini.
Di bulan Ramadan ini
diwajibkan berpuasa bagi orang yang beriman. Sekali lagi hanya untuk orang yang
beriman saja. Dan memang, berpuasa menjadi ajang uji nyali bagi seorang muslim.
Dihadapan godaan kehidupan yang luar biasa, bekerja dengan segala resiko dan
persaingannya namun masih tetap berpuasa. Wow, ini hal yang istimewa.
Berpuasa di bulan ini
bertujuan untuk menjadi orang yang sakti, muttaqin –orang yang bertakwa. Out put
dari puasa menjadi lebih asih kepada orang lain. Karena sudah diuji dengan rasa
lapar dan haus yang sangat. Kesengsaraan sebagai orang miskin sudah dialami. Sehingga
juga tidak mudah berlaku sombong dalam kehidupan.
Di surga ada satu pintu
namanya Rayyan. Dari pintu inilah, soimin (sebutan bagi orang yang berpuasa)
besok akan dipersilahkan memasukinya. Bagi yang tidak senang berpuasa dilarang
untuk masuk. Balasan bagi orang yang berpuasa memang luar biasa. Apalagi janji
Allah sendiri bahwa pahala orang yang berpuasa tidak terhingga. Langsung Allah
sendiri yang menghitungnya. Bila ibadah lain dilipatgandakan 10 hingga 700 kali
namun khusus ibadah puasa lebih banyak lagi.
Wallahu a’lam bi al
shawab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar