Minggu, 12 Juni 2016

Kendala Pengembangan Organisasi

Organisasi pendidikan penting untuk melajunya perjalanan pendidikan. Organisasi pendidikan yang dikomandani kepala sekolah memegang peranan kunci. Merah hijau lembaga pendidikan di tangan kepala sekolah. Untuk menuju ke arah tersebut, kepala sekolah perlu membekali diri dengan seperangkat kompetensi.
Menarik dari yang tertulis dari buku Tips Sakti Membangun Organisasi Sekolah karya Jamal Ma’mur Asmani (2012). Dikemukakan beberapa kendala pengembangan organisasi sekolah. Diantaranya :
-      Sentralistik
Sistem “tukang cukur” sudah waktunya ditinggalkan. Kepala sekolah bisa mendelegasikan wewenang kepada orang lain. Tidak semua tugas mulai dari kebersihan, administrasi, hingga mengajar, dan penggajian ditangani sendiri. Memang dalam tahap perintisan bisa dimaklumi. Namun seiring waktu, kepala bisa mendelegasikan wewenang pembelian barang kepada orang yang ditunjuk.
Kepala sebagai manager memang perlu untuk merencanakan, melaksanakan, mengontrol, mengevaluasi pekerjaan dan program. Memang sesekali perlu juga langsung “blusukan” untuk melihat aktivitas program yang dilakukan. Untuk mengecek secara langsung apakah program sudah sesuai dengan jalurnya atau belum.
-      Kerjasama Lemah
Kepala sekolah adalah “dirigen” dalam organisasi sekolah. Seluruh elemen organisasi sekolah harus bisa bekerjasama dan solid untuk mensukseskan program yang direncanakan. Ini menjadi tugas kepala. Bila antar bagian berjalan sendiri-sendiri maka irama atau hasil program tidak akan sempurna.
-      Kurangnya kreativitas
Kreativitas atau menciptakan hal-hal baru memang menjadi tantangan bagi organisasi sekolah. Kepala sekolah dan semua elemen ditantang untuk menciptakan sesuatu demi kemajuan sekolah. Bisa kepala sekolahnya yang kreatif, atau kepala sekolah bisa “menstimulus” semua elemen sekolah untuk mengeksplore kreasitivitasnya. Bila perlu dibuat forum tersendiri, pertemuan informal di warung kopi, atau ketika rehat selepas salat berjamaah di musala. Terkadang guru atau staf kurang saluran untuk menyampaikan fikirannya. Perlu jembatan untuk ini.
-      Kaderisasi Macet
Tidak selamanya seseorang menduduki jabatannya. Misalnya kepala sekolah, wakil kepala dls. Oleh karena jabatan adalah amanah dan sunatullah bahwa harus ada pemimpin dan bawahan untuk jalannya organisasi sekolah. Namun dibatasi oleh masa bhakti. Bila kepala sekolah 4 tahun sedang wakil kepala dibatasi 2 tahun dan dapat dipilih kembali.
Untuk dinamisasi organisasi harus berani keluar dari zona nyaman. Biasanya pimpinan ambil jalan pintas, yang sudah berpengalaman didudukkan kembali pada jabatannya. Atau senior tidak diganti-ganti karena senioritasnya. Bisa karena wibawanya, pengaruhnya, masa kerjanya. Harus ada regenerasi. Bisa dimulai dengan bertahap, gradual. Tidak frontal, babat habis.
Karena bisa saja yang senior tersisa bisa membimbing yang yunior. Karena pengalaman dulu terkadang tidak bisa diaplikasikan dalam keadaan sekarang. Dunia sudah berubah. Banyak faktor yang mempengaruhinya. Maka dibutuhkan tenaga baru, biar ada “darah segar” untuk pengembangan organisasi. Bila tidak, maka organisasi akan mandek. Bila mandek maka kepercayaan masyarakat akan luntur akhirnya bisa gulung tikar organisasi.
-      Pendanaan Minim
    Ini isu krusial bagi kepala sekolah. Disamping memiliki kompetensi yang lengkap, kepala sekolah juga dihadapkan untuk mencukupi pendanaan organisasi. Bila sumber keuangan sudah jelas dan tidak bisa mencukupi untuk keberlangsungan organisasi maka kreativitas kepala sekolah diuji.
    Dengan keberanian, konsep “out of the box”, kemampuan organisasi dan jaringan, kepala sekolah bisa mencoba menggali dari luar. Masih ada peluang sumber-sumber pendanaan. Bisa dari donatur, tanah wakaf, CSR perusahaan, lembaga zakat dan sebagainya. Bisa juga menjalankan usaha, edupreneur. Hasilnya tentu kembali ke organisasi sekolah.
    Organisasi yang sudah mapan memiliki usaha. Bisa berupa hotel, pabrik, swalayan, SPBU, usaha pertanian, perikanan, perkebunan, koperasi, BMT, dan masih banyak yang lain. Yang perlu disiapkan diantaranya SDM, managemen, dan kepercayaan. Wallahu a’lam bi al shawab.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar