“Ada ciri orang sukses
yakni jangan merasa puas atas apa yang diraih”, demikian kata-kata refleksi
yang disampaikan Pak Imam Ch. Tim Asesor Akreditasi dari BAP Jawa Timur. MTsN
Termas Baron mendapat giliran akreditasi madrasah pada hari Selasa (31/5/2016).
Perasaan puas adalah
sifat naluriah manusia atas raihan apa yang diusahakan. Namun terkadang manusia
menjadi lupa diri lalu lengah untuk melangkah tahap selanjutnya. Padahal
berhentinya ikhtiar dikala sudah kembali kehadirat Sang Pencipta.
Qarun sebagai salah satu
contoh. Dia dikenal sebagai salah satu tokoh di masa Nabi Musa As. Karena giat
bekerja, akhirnya memperoleh kekayaan yang berlimpah. Konon kunci gudangnya
saja tidak mampu diangkat oleh satu orang. Ini menunjukkan banyaknya gudang
hartanya. Seiring waktu ia lupa bahwa kekayaannya adalah karunia Allah, Sang
Pemberi rizki. Ia merasa bahwa apa yang diperoleh dari jerih payah keringatnya
semata. Nabi Musa mengingatkan hal
tersebut. Namun karena kesombongannya, akhirnya Allah memberi jawaban dengan
menenggelamkan hartanya ke dalam perut bumi. Jadilah akhirnya cerita “harta
karun”.
Seorang guru yang telah
meraih gelar master pendidikan bisa saja lupa diri. Lupa dengan dibalik gelar
yang disandangnya. Ia kembali bekerja seperti sediakala, inovasi dan kreasi
mandeg, karya yang tidak kunjung muncul, namun tetap berkhayal meningkatnya
karier. Apa yang telah dicapai sudah dirasakan “aman dan nyaman”. Motivasi dan
sindiran halus dari kolega tidak dihiraukan. Ini bisa dipengaruhi oleh lingkungan
pergaulan, rendahnya kemauan berkarya, kurangnya membaca keadaan, kurangnya
gesekan keilmuan. Untuk meminimalisir hal ini bergabung dengan komunitas
profesi dirasakan menjadi sebuah tuntutan.
Guru sebagai tenaga
pendidik dituntut menjadi pembelajar sepanjang hayat, long live education.
Belajar tidak dibatasi jenjang pendidikan formal. Gusti Kanjeng Nabi Muhammad
Saw. sudah mengisyaratkan sejak 1400 tahun yang lalu bahwa menuntut ilmu sejak
buaian (ayunan) hingga meninggal dunia.
Ibaratnya adalah sejak
kecil, seorang ibu sudah mengajari dengan lagu, puji-pujian, bacaan salawat dan
sejenisnya. Bahkan ketika dikandungan janinpun bisa mendengar apa yang
disampaikan orang di sekitarnya. Begitu juga di pemakaman, ada tradisi talkin.
Talkin sebenarnya mengajari si mayit jawaban atas pertanyaan malaikat yang akan
menemuinya. Mayit mendengar apa isi talkin. Hanya tidak bisa berbicara lagi.
Kalau berbicara, wah heboh nanti seisi kuburan. He..he..
Semoga para guru terus
diberi kemauan untuk belajar. Belajar apa saja, dimana saja, kapan saja. Amin.
Wallahu a’lam bi al shawab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar