Rabu, 01 Juni 2016

Jangan Merasa Puas

“Ada ciri orang sukses yakni jangan merasa puas atas apa yang diraih”, demikian kata-kata refleksi yang disampaikan Pak Imam Ch. Tim Asesor Akreditasi dari BAP Jawa Timur. MTsN Termas Baron mendapat giliran akreditasi madrasah pada hari Selasa (31/5/2016).
Perasaan puas adalah sifat naluriah manusia atas raihan apa yang diusahakan. Namun terkadang manusia menjadi lupa diri lalu lengah untuk melangkah tahap selanjutnya. Padahal berhentinya ikhtiar dikala sudah kembali kehadirat Sang Pencipta.
Qarun sebagai salah satu contoh. Dia dikenal sebagai salah satu tokoh di masa Nabi Musa As. Karena giat bekerja, akhirnya memperoleh kekayaan yang berlimpah. Konon kunci gudangnya saja tidak mampu diangkat oleh satu orang. Ini menunjukkan banyaknya gudang hartanya. Seiring waktu ia lupa bahwa kekayaannya adalah karunia Allah, Sang Pemberi rizki. Ia merasa bahwa apa yang diperoleh dari jerih payah keringatnya semata.  Nabi Musa mengingatkan hal tersebut. Namun karena kesombongannya, akhirnya Allah memberi jawaban dengan menenggelamkan hartanya ke dalam perut bumi. Jadilah akhirnya cerita “harta karun”.
Seorang guru yang telah meraih gelar master pendidikan bisa saja lupa diri. Lupa dengan dibalik gelar yang disandangnya. Ia kembali bekerja seperti sediakala, inovasi dan kreasi mandeg, karya yang tidak kunjung muncul, namun tetap berkhayal meningkatnya karier. Apa yang telah dicapai sudah dirasakan “aman dan nyaman”. Motivasi dan sindiran halus dari kolega tidak dihiraukan. Ini bisa dipengaruhi oleh lingkungan pergaulan, rendahnya kemauan berkarya, kurangnya membaca keadaan, kurangnya gesekan keilmuan. Untuk meminimalisir hal ini bergabung dengan komunitas profesi dirasakan menjadi sebuah tuntutan.
Guru sebagai tenaga pendidik dituntut menjadi pembelajar sepanjang hayat, long live education. Belajar tidak dibatasi jenjang pendidikan formal. Gusti Kanjeng Nabi Muhammad Saw. sudah mengisyaratkan sejak 1400 tahun yang lalu bahwa menuntut ilmu sejak buaian (ayunan) hingga meninggal dunia.
Ibaratnya adalah sejak kecil, seorang ibu sudah mengajari dengan lagu, puji-pujian, bacaan salawat dan sejenisnya. Bahkan ketika dikandungan janinpun bisa mendengar apa yang disampaikan orang di sekitarnya. Begitu juga di pemakaman, ada tradisi talkin. Talkin sebenarnya mengajari si mayit jawaban atas pertanyaan malaikat yang akan menemuinya. Mayit mendengar apa isi talkin. Hanya tidak bisa berbicara lagi. Kalau berbicara, wah heboh nanti seisi kuburan. He..he..

Semoga para guru terus diberi kemauan untuk belajar. Belajar apa saja, dimana saja, kapan saja. Amin. Wallahu a’lam bi al shawab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar