Rabu, 01 Juni 2016

I’tikaf di Rumah

I’tikaf adalah ibadah dengan cara berdiam diri. Dan tempatnya di masjid. Memang i’tikaf hanya bisa dikerjakan di masjid. Bisa melakukan dzikiran, membaca salawat, dan tadarus Alquran. Lalu bila mengerjakan hal tersebut di rumah, apa dinamakan i’tikaf? Tidak. Ini khusus di masjid. Seperti salat tahiyatul masjid hanya dikerjakan di masjid. Tidak ada salat tahiyatul bait, atau tahiyatul musalla, tahiyatul langgar.
Bisa saja satu dusun didirikan 2 masjid. Namun yang digunakan untuk salat jumat hanya satu. Karena masih memungkinkan. Kedua masjid bisa digunakan untuk i’tikaf.
Suatu saat Nabi Musa bertanya kepada Allah ketika beribadah di Gunung Tursina. “Apa Jenengan masih akan menciptakan makhluk yang lebih baik daripada saya, Gusti?”, tanya Nabi Musa As.  Ada hatib, suara tanpa rupa yang menjawab. “Ya, Aku akan menciptakan makhluk yang lebih baik dan lebih dekat denganku. Namanya Muhammad”.
Ini adalah salah satu bukti keistimewaan Nabi Muhammad Saw. diantara makhlukNya.  Jarak antara Nabi Musa As. dengan Allah ada hijab 70 ribu. Sedang umat Muhammad tanpa hijab sebab puasa Ramadan. Bahkan umat terakhir ini mendapat keistimewaan akan bertemu dengan Allah di akhirat.
Puasa adalah ibadah yang lumayan berat. Apalagi bagi orang yang kesehariannya sebagai pekerja lapangan. Di sawah, sopir, kuli angkut, bekerja yang mengandalkan otot dan semacamnya. Namun namanya berat bisa melanda semua orang. Makanya perintah puasa hanya ditujukan kepada orang yang beriman saja. Dari ibadah puasa ini akan diketahui seberapa jauh iman seseorang.
Berpuasa di cuaca yang panas, lapangan pekerjaan yang sulit dan persaingan yang ketat, jalanan macet adalah suasana yang bisa menimbulkan  emosi memuncak. Namun bila disadari hidup adalah pilihan. Ingin selamat atau tidak. Bila ingin hidup dan selamat haruslah mencari bekal. Bekal di dunia dan di akhirat.
Mencari bekal agar selamat bukanlah pekerjaan yang ringan, berat. Gusti Allah melalui utusanNya memberi tahu jalan keselamatan hidup. Diantaranya dengan berpuasa di bulan Ramadan.
Bulan Ramadan hanya dimiliki oleh umat Nabi terakhir saja. Jadi ini hal yang istimewa. Sehingga perlu disyukuri dengan menjalankan segala perintah dan menjauhi segala yang dilarang. Imbalannya juga tidak bisa dihitung dengan logika. Karena hasilnya bisa tidak terhingga.

Seperti dawuhnya Allah, berpuasa adalah untukKu (Allah). Maka Aku sendiri yang menghitungnya. Belum lagi amalan seperti salat tarawih di malam hari bulan Ramadan. Imbalannya juga tidak sedikit yakni diampuni dosa-dosa yang telah berlalu. Tentu saja dengan dikerjakan untuk mengharap rida Allah semata. Wallahu a’lam bi al shawab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar