Mengikuti Konferensi Cabang
NU Nganjuk baru kali ini saya ikuti. Pernah sebenarnya, tepatnya 10 tahun lalu
di Pondok Pesantren Sunan Kalijaga Pakuncen Patianrowo. Namun tidak begitu aktif. Hanya sebatas penggembira.
Namun konfercab ke-19 kali ini yang
berlangsung di Pondok Pesantren Darussalam Krempyang Tanjunganom (21-22/5/2016),
saya menjadi peserta aktif. Otomatis menjadi peserta yang punya hak suara.
Mewakili NU Ranting he..he..
Pembukaan konferensi
berlangsung di malam hari. Di halaman pondok. Peserta duduk di tempat yang
telah disediakan. Kelihatan halaman sudah disetting untuk acara-acara berskala
besar. Ini wajar mengingat pondok ini mempunyai lembaga pendidikan mulai
PG-RA-MI-MTs-MA-pondok pesantren hingga perguruan tinggi. Dengan jumlah santri
ribuan. Belum lagi bila ada hajatan skala kabupaten. Sangat pas. Apalagi ada
dapur dan santri yang siap menyukseskan acara.
Ada sedikit catatan.
Beda jumlah ranting antar
MWC
Sebagai contoh jumlah
ranting di MWC Patianrowo ada 11. Ini mengikuti jumlah desa. Dari jumlah
nahdliyin di setiap desa dan dusun sebenarnya besar. Ini ditopang dengan jumlah
masjid, musala, TPQ, madrasah diniyah. Hal tersebut sebagai gambaran amal
usaha. Bahkan ada satu dusun terdiri atas 4 masjid karena besarnya jumlah
penduduk. Oleh karena besar sedang rantingnya satu. Ini warga kurang mendapat
perhatian. Kedepan sebaiknya dimekarkan jumlah ranting. Ini untuk keefektifan pengembangan
organisasi NU kedepan. Bisa lebih baik satu dusun dijadikan satu ranting. Bila
ada satu desa yang terdiri atas 6 dusun yang wilayah dan penduduknya luas bisa
dijadikan 6 ranting. Toh, SK ranting yang membuat adalah pengurus cabang,
dengan rekomendasi MWC. Tidak terlalu ribet.
Logikanya sederhana. Satu
organisasi dengan jumlah jamaah yang
banyak akan lebih bisa diberdayakan bila yang mengurus banyak. Sesuai dengan
level kepengurusannya.
Keaktifan kepengurusan
ranting
Parameter ini yang perlu
mendapat perhatian semua kalangan. Terutama pengurus. Bila di madrasah ada
akreditasi madrasah dengan nilai A, B, C. Maka saya kira perlu namanya
akreditasi pengurus ranting. Parameternya bisa dibuat misalnya papan nama
organisasi, sk pengurus yang masih aktif, amal usaha berupa masjid musala, tpq,
madin, ada sekretariat. Ada rapat pengurus, ada kegiatan rutin seperti lailatul
ijtimak, administrasi organisasi.
Sementara ini kalau
dilihat dari konferensi kemarin sekilas pokoknya pengurus ranting ada yang
mewakili. Tanpa kita tahu, apa benar yang bersangkutan pengurus ranting atau
bukan. Sebagai bentuk rasa percaya diri pengurus ranting adalah adanya papan
nama organisasi yang dipasang. NU itu organisasi resmi yang diakui negara.
Mengapa kita malu menunjukkan diri sebagai pengurus NU.
Menyanyikan Lagu Indonesia
Raya, Mars NU dan Hymne NU.
Menyanyikan lagu
kebangsaan Indonesia Raya bagi saya adalah hal yang biasa. Dalam arti, sebagai
pendidik tiap hari senin ada upacara. Di dalamnya ada acara menyanyikan lagu
kebangsaan. Belum lagi ada acara resmi di kementerian. Namun kali ini, ketika
Konfercab NU setelah membaca ayat-ayat suci dan bacaan salawat ada menyanyikan
lagu? Wow. Jadilah para pengurus NU mulai rais syuriyah hingga pengurus ranting
yang menjadi tokoh agama di tempat masing-masing berdiri sejenak.
Saya lihat beliau-beliau
sangat antusias. Dengan memakai sarung sebagai baju kebesaran, tak lupa memakai
kopyah tampak gagah dan berwibawa. Walaupun belum begitu terbiasa. Inilah bukti
bahwa NU pemilik sah negeri ini. kemerdekaan Indonesai adalah hasil jerih payah
perjuangan para kiai dan santri senusantara. Konsep iman dan nasionalisme yang
digelorakan KH Hasyim Asyari memang sangat pas. Maka NKRI sebagai bentuk final
dalam bernegara. Bukan negara Islam ataupun negara khilafah, namun negara
bangsa berdasar PBNU, Pancasila-Bhinneka Tunggal Ika-NKRI-UUD 1945.
Terus terang baru kali
ini mendengar ada Mars NU dan Hymne NU. Sangat menarik. NU dan seni tidak
terpisahkan. Seni bisa menggelorakan semangat keagamaan dan kebangsaan.
hal-hal unik di kabupaten
Nganjuk.
K. Mahfud bertindak
mewakili PWNU Jawa Timur untuk membuka acara. Dalam sambutannya tidak lepas
dengan joke-joke segar. Mengurangi ketegangan pemilihan rais dan ketua yang
akan berlangsung. Mungkin inilah ciri khas NU yang tidak dimiliki organisasi
lain. Bahkan salah satu pimpinan Muhammadiyah berseloroh apakah untuk menjadi
kiai harus bisa joke?
Ketika registrasi,
peserta mendapat tas, materi, pen, buku catatan, ID card, buku cetakan dan tak
terlupa ada dana kertas abadi. Ini terobosan panitia agar ke depan, NU
mempunyai dana operasional. Asumsinya NU itu organisasi besar dan kaya. Dari
iuran peserta saja terkumpul dana 70
juta lebih. Dengan @100 ribu. Dari perhitungan panitia yang mengisi dana
abadi terkumpul sekitar 79 juta rupiah. Semoga ini mentes dan panitia bisa
amanah mempertanggungjawabkannya.
Qadiriyah dan wahidiyah.
Ada preseden yang tidak terlupakan nahdliyin Jawa Timur. Suatu ketika rais
syuriyah dan ketua tanfidziyah vis a vis memperebutkan jabatan wakil bupati.
Dalam gelaran pilkada suatu daerah. Yang menang, karena gandengannya bernama
taufik. Makanya, kemudian diberlakukan kontrak jamiyah. Agar kejadian serupa
tidak berulang di kemudian hari.
Sambutan Bupati
Tidak ketinggalan Bupati
Nganjuk hadir dan memberi sambutan. Beliau menyampaikan obsesi untuk membangun Waduk
Semantok di Rejoso sebagai waduk terpanjang se Asia. Luar biasa, dan perlu kita
dukung.
Beliau juga berjanji
menyelesaikan pembangunan Kantor NU Nganjuk baik fisik maupun administrasinya. Semoga
cepat selesai.
Khutbah Iftitah K.
Baghowi
Beliau adalah rais
syuriyah PCNU Nganjuk masa khitmah 2010-2016. Secara garis besar beliau
memaparkan kebesaran jamaah NU. Bila hal ini disikapi dengan kreativitas maka
sebenarnya bisa menopang operasional organisasi. Contoh kecil saja misalnya
membuat sabun mandi.
Setiap orang membutuhkan
mandi sehari dua kali. Belum lagi misalnya satu rumah lima orang jadi 10 kali
sehari. Belum ketika ke kamar mandi cuci tangan. Jadi secara ekonomis, sabun
mandi sangat vital. Bila diproduksi sendiri made in NU. Wah, sebenarnya luar
biasa. Siapa yang mau memulai berbisnis ini. kelangkaan dikalangan kita adalah
trust, managemen. Orang pintar banyak namun orang bener? Mari dicari.
Belum lagi produk harian
lain. Masih sangat banyak. Belum lagi kebutuhan dasar kehidupan. Misalnya pelayanan
pendidikan, kesehatan. Kita masih bisa dikatakan jalan ditempat, atau mlaku
timik-timik. Semoga dengan motivasi pengurus baru membawa nuansa jihad di
bidang dasar ini. amin.
Wallahu a’lam bi
alshawab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar