Minggu, 29 Mei 2016

Pembukaan Konferensi Cabang NU Nganjuk ke-19

Mengikuti Konferensi Cabang NU Nganjuk baru kali ini saya ikuti. Pernah sebenarnya, tepatnya 10 tahun lalu di Pondok Pesantren Sunan Kalijaga Pakuncen Patianrowo.  Namun tidak begitu aktif. Hanya sebatas penggembira. Namun konfercab ke-19  kali ini yang berlangsung di Pondok Pesantren Darussalam Krempyang Tanjunganom (21-22/5/2016), saya menjadi peserta aktif. Otomatis menjadi peserta yang punya hak suara. Mewakili NU Ranting he..he..
Pembukaan konferensi berlangsung di malam hari. Di halaman pondok. Peserta duduk di tempat yang telah disediakan. Kelihatan halaman sudah disetting untuk acara-acara berskala besar. Ini wajar mengingat pondok ini mempunyai lembaga pendidikan mulai PG-RA-MI-MTs-MA-pondok pesantren hingga perguruan tinggi. Dengan jumlah santri ribuan. Belum lagi bila ada hajatan skala kabupaten. Sangat pas. Apalagi ada dapur dan santri yang siap menyukseskan acara.

Ada sedikit catatan.

Beda jumlah ranting antar MWC
Sebagai contoh jumlah ranting di MWC Patianrowo ada 11. Ini mengikuti jumlah desa. Dari jumlah nahdliyin di setiap desa dan dusun sebenarnya besar. Ini ditopang dengan jumlah masjid, musala, TPQ, madrasah diniyah. Hal tersebut sebagai gambaran amal usaha. Bahkan ada satu dusun terdiri atas 4 masjid karena besarnya jumlah penduduk. Oleh karena besar sedang rantingnya satu. Ini warga kurang mendapat perhatian. Kedepan sebaiknya dimekarkan jumlah ranting. Ini untuk keefektifan pengembangan organisasi NU kedepan. Bisa lebih baik satu dusun dijadikan satu ranting. Bila ada satu desa yang terdiri atas 6 dusun yang wilayah dan penduduknya luas bisa dijadikan 6 ranting. Toh, SK ranting yang membuat adalah pengurus cabang, dengan rekomendasi MWC. Tidak terlalu ribet.
Logikanya sederhana. Satu organisasi  dengan jumlah jamaah yang banyak akan lebih bisa diberdayakan bila yang mengurus banyak. Sesuai dengan level kepengurusannya.

Keaktifan kepengurusan ranting
Parameter ini yang perlu mendapat perhatian semua kalangan. Terutama pengurus. Bila di madrasah ada akreditasi madrasah dengan nilai A, B, C. Maka saya kira perlu namanya akreditasi pengurus ranting. Parameternya bisa dibuat misalnya papan nama organisasi, sk pengurus yang masih aktif, amal usaha berupa masjid musala, tpq, madin, ada sekretariat. Ada rapat pengurus, ada kegiatan rutin seperti lailatul ijtimak, administrasi organisasi.
Sementara ini kalau dilihat dari konferensi kemarin sekilas pokoknya pengurus ranting ada yang mewakili. Tanpa kita tahu, apa benar yang bersangkutan pengurus ranting atau bukan. Sebagai bentuk rasa percaya diri pengurus ranting adalah adanya papan nama organisasi yang dipasang. NU itu organisasi resmi yang diakui negara. Mengapa kita malu menunjukkan diri sebagai pengurus NU.

Menyanyikan Lagu Indonesia Raya, Mars NU dan Hymne NU.
Menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya bagi saya adalah hal yang biasa. Dalam arti, sebagai pendidik tiap hari senin ada upacara. Di dalamnya ada acara menyanyikan lagu kebangsaan. Belum lagi ada acara resmi di kementerian. Namun kali ini, ketika Konfercab NU setelah membaca ayat-ayat suci dan bacaan salawat ada menyanyikan lagu? Wow. Jadilah para pengurus NU mulai rais syuriyah hingga pengurus ranting yang menjadi tokoh agama di tempat masing-masing berdiri sejenak.
Saya lihat beliau-beliau sangat antusias. Dengan memakai sarung sebagai baju kebesaran, tak lupa memakai kopyah tampak gagah dan berwibawa. Walaupun belum begitu terbiasa. Inilah bukti bahwa NU pemilik sah negeri ini. kemerdekaan Indonesai adalah hasil jerih payah perjuangan para kiai dan santri senusantara. Konsep iman dan nasionalisme yang digelorakan KH Hasyim Asyari memang sangat pas. Maka NKRI sebagai bentuk final dalam bernegara. Bukan negara Islam ataupun negara khilafah, namun negara bangsa berdasar PBNU, Pancasila-Bhinneka Tunggal Ika-NKRI-UUD 1945.
Terus terang baru kali ini mendengar ada Mars NU dan Hymne NU. Sangat menarik. NU dan seni tidak terpisahkan. Seni bisa menggelorakan semangat keagamaan dan kebangsaan.

hal-hal unik di kabupaten Nganjuk.
K. Mahfud bertindak mewakili PWNU Jawa Timur untuk membuka acara. Dalam sambutannya tidak lepas dengan joke-joke segar. Mengurangi ketegangan pemilihan rais dan ketua yang akan berlangsung. Mungkin inilah ciri khas NU yang tidak dimiliki organisasi lain. Bahkan salah satu pimpinan Muhammadiyah berseloroh apakah untuk menjadi kiai harus bisa joke?
Ketika registrasi, peserta mendapat tas, materi, pen, buku catatan, ID card, buku cetakan dan tak terlupa ada dana kertas abadi. Ini terobosan panitia agar ke depan, NU mempunyai dana operasional. Asumsinya NU itu organisasi besar dan kaya. Dari iuran peserta saja terkumpul dana 70  juta lebih. Dengan @100 ribu. Dari perhitungan panitia yang mengisi dana abadi terkumpul sekitar 79 juta rupiah. Semoga ini mentes dan panitia bisa amanah mempertanggungjawabkannya.
Qadiriyah dan wahidiyah. Ada preseden yang tidak terlupakan nahdliyin Jawa Timur. Suatu ketika rais syuriyah dan ketua tanfidziyah vis a vis memperebutkan jabatan wakil bupati. Dalam gelaran pilkada suatu daerah. Yang menang, karena gandengannya bernama taufik. Makanya, kemudian diberlakukan kontrak jamiyah. Agar kejadian serupa tidak berulang di kemudian hari.

Sambutan Bupati
Tidak ketinggalan Bupati Nganjuk hadir dan memberi sambutan. Beliau menyampaikan obsesi untuk membangun Waduk Semantok di Rejoso sebagai waduk terpanjang se Asia. Luar biasa, dan perlu kita dukung.
Beliau juga berjanji menyelesaikan pembangunan Kantor NU Nganjuk baik fisik maupun administrasinya. Semoga cepat selesai.

Khutbah Iftitah K. Baghowi
Beliau adalah rais syuriyah PCNU Nganjuk masa khitmah 2010-2016. Secara garis besar beliau memaparkan kebesaran jamaah NU. Bila hal ini disikapi dengan kreativitas maka sebenarnya bisa menopang operasional organisasi. Contoh kecil saja misalnya membuat sabun mandi.
Setiap orang membutuhkan mandi sehari dua kali. Belum lagi misalnya satu rumah lima orang jadi 10 kali sehari. Belum ketika ke kamar mandi cuci tangan. Jadi secara ekonomis, sabun mandi sangat vital. Bila diproduksi sendiri made in NU. Wah, sebenarnya luar biasa. Siapa yang mau memulai berbisnis ini. kelangkaan dikalangan kita adalah trust, managemen. Orang pintar banyak namun orang bener? Mari dicari.
Belum lagi produk harian lain. Masih sangat banyak. Belum lagi kebutuhan dasar kehidupan. Misalnya pelayanan pendidikan, kesehatan. Kita masih bisa dikatakan jalan ditempat, atau mlaku timik-timik. Semoga dengan motivasi pengurus baru membawa nuansa jihad di bidang dasar ini. amin.
Wallahu a’lam bi alshawab.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar