Bapak Moh. Isro' sedang memberikan penjelasan kaifiyat salat gerhana. |
H. Basyari Utsman sedang menyampaikan khutbah salat gerhana matahari. |
Bersalam-salaman usai salat gerhana. |
Menikmati hidangan nasi ayam bakar sebagai penutup acara salat gerhana. |
Walaupun salat
dilaksanakan agak siang namun antusiasme warga begitu tinggi. Selepas salat
subuh banyak yang sudah hadir di masjid. Tua, muda, laki-laki dan perempuan
berbondong-bondong ke masjid. Tidak terkecuali anak-anak. Siswa SD, TPQ, dan
madin tidak ketinggalan untuk hadir. Peristiwa ini sangat langka bila tidak
menyebut sekali seumur hidup. Kali terakhir terjadi pada tahun 1983 dan
sekarang baru terjadi lagi. Dan menurut perhitungan akan datang 350 tahun
kemudian.
Adanya gerhana memang
fenomena alam. Bukti kebesaran dan kemahakuasaan Allah Swt. Bagaimana tidak? Bumi
berputar pada porosnya. Begitu pula bulan, matahari dan benda langit yang lain.
Kelihatan tidak ada sumbunya. Namun mengapa tidak bertabrakan. Limit waktu juga
terjaga antar benda-benda itu. Bila tidak setinggingannya Yang Maha Kuasa lalu
siapa lagi. Maka adanya fenomena GMT (gerhana matahari total) kali ini tidak
saja disyukuri sebagai tanda-tanda ayat kauniyah Allah tetapi juga untuk
diteliti untuk pengembangan ilmu pengetahuan.
GMT ini hanya terjadi di
bumi nusantara. Tepatnya ada 19 kota yang dilintasi sejurus garis khatulistiwa.
Oleh karena hanya terjadi di sini maka banyak orang luar negeri yang
berbondong-bondong datang untuk menyaksikan fenomena langka ini. Oleh karena
kamar hotel dan losmen sudah booked, bukitpun disewa untuk bermalam. Asal fenomena
yang terjadi ini bisa disaksikan.
Salat gerhana kali ini
dipimpin oleh Bapak Moh. Isro’, Wakil Rais Syuriah NU Ranting Pisang. Sebelum dimulai
beliau menjelaskan tatacara salat gerhana. Dalam kitab Ihya’ dijelaskan salatnya
berjumlah dua rakaat. Namun ada sedikit perbedaan dalam pelaksanaannya. Dimulai
dengan niat: ushalli sunnatan likusyufis syamsi makmuman lillahi ta’ala. Dilanjutkan
dengan membaca doa iftitah, surat alfatihah, surat pendek, lalu rukuk. Berdiri lagi
membaca surat alfatihah, surat pendek, rukuk, i’tidal lalu sujud. Rakaat kedua
juga sama dan diakhiri dengan tahiyat akhir. Setelah salam ada doa. Kesemuanya dilaksanakan
dengan sirri. Tidak ada adzan, tidak ada iqamat maupun muraqqi. Langsung dilanjutkan
dengan dua khutbah.
Dalam
khutbahnya, H. Basyari Utsman selaku Rais Syuriah NU Ranting Pisang mengatakan
bahwa fenomena GMT adalah salah satu
tanda kekuasaan Allah. Bukan terjadi karena meninggal atau lahirnya seseorang. Memang
pernah terjadi di jaman Kanjeng Nabi terjadi gerhana matahari bertepatan dengan
wafatnya Sayyid Ibrahim, putra dari Kanjeng Nabi dengan Sayyidah Maria
Alkibtiyah. Namun oleh Kanjeng Nabi diluruskan bahwa pendapat itu tidak benar.
Begitu
pula pada jaman dahulu. Ada mitos bahwa gerhana terjadi karena di maka buto ijo
(raksasa jahat). Untuk itu lesung (penumbuk padi) dipukuli, kentongan di
bunyikan agar Si Buto segera pergi. Belum lagi orang yang hamil disuruh
bersembunyi di bawah kolong tempat tidur. Pohon-pohon yang sedang berbuah di
pukuli biar tidak kena gerhana. Hal tersebut adalah mitos yang tidak bisa
dipertanggungjawabkan kebenarannya.
Adanya
kejadian gerhana kita dianjurkan untuk memperbanyak membaca istighfar (memohon
ampun kepada Allah), juga memperbanyak sedekah.
Selesai
khutbah lalu dilanjutkan dengan bersalam-salaman antar jamaah. Adem ayem
rasanya bisa bersilaturahim dengan warga. Belum tentu kita bisa bersalaman bila
kita tidak memaksakan diri untuk melaksanakannya. Karena memang mempunyai
aktivitas masing-masing. Terasa seperti hari raya.
Sebelum
pulang seperti biasa ada yang membawa sedekah nasi ayam bakar lengkap dengan
sayurnya (kulup-kulupan) dalam satu nampan. Teman-teman takmir dan jamaah duduk
melingkar, sarapan bareng. Suasana pondok pesantren dan suasana desa bisa
mendekatkan suasana baik hati dan waktu. Semoga keguyupan senantiasa bersemi di
desaku, Pisang. Wallahu a’lam bi al shawab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar