Mas Hengki biasa saya
menyapa bukanlah orang hebat seperti yang terkenal di media sosial. Dia hanya
seorang pemuda desa, masih jomblo, yang
pernah merantau kemana-mana. Pernah juga ke Bali, Tangerang, Jakarta dan
sebagainya. Merantau tidak dengan tujuan untuk mengumpulkan banyak uang namun
bila sudah cukup pengalaman ya pulang. Atau pindah tempat. Misalnya di Bali
hanya 6 bulan. Begitu juga di tempat lainnya.
Sekarang ia di desa
memberi jasa pelayanan pasang lisrik di rumah-rumah, servise sound dan
sejenisnya. Oh, ya rumahnya bukan satu desa. Tetapi ia tinggal di desa sebelah.
Waktunya juga tidak hanya
melulu untuk bekerja. Disela-sela bekerja ia juga aktif diperkumpulan tahlilan,
semaan, kegiatan masjid, musala. Walau dalam hal pemahaman agama masih
sederhana mungkin ia berprinsip selagi bisa bermanfaat mengapa tidak dilakukan.
Seperti kemarin ketika ada Semaan Alquran Mantab tingkat kabupaten Nganjuk yang
dihadiri bisa lebih dari 10 ribuan orang di Pandantoyo (23/2/2016) ia juga
aktif sebagai panitia.
Terkait dengan pekerjaan,
saya beberapa kali menggunakan jasanya. Namun tidak selalu langsung bisa dikerjakan.
Ternyata harus antri. Beberapa hari kemudian baru bisa. Ia mempunyai prinsip, bila
belum rampung tidak menerima order baru. Jadi user –pemakai- harus sabar juga
untuk menunggu.
Prinsip ini sangat
terkait dengan kepuasan pelanggan. Bila pelanggan puas atas pelayanan yang
diberikan maka lain waktu ada keluhan yang sama maka akan memanggil penjual
jasa yang sama. Bila ini berlangsung lama maka tidak ada kata menganggur. Terus
saja ada job baru. Apalagi tukang instalasi listrik termasuk masih jarang. Dilihat
dari jumlah penduduk yang terus bertambah tentu saja jumlah rumah juga
bertambah. Maka keluhan atau gangguan akan instalasi listrik juga peluangnya
makin bertambah. Bila penyedia jasa tidak bertambah maka akan terjadi antrian.
Ketika bincang-bincang
santai setelah pekerjaan selesai, ia mengatakan bahwa dalam bekerja harus
disertai dengan kejujuran. Walau tidak membutuhkan modal yang banyak (seperti
profesinya) namun pekerjaan apapun membutuhkan sifat jujur. Maka kepercayaan
dari orang lain akan terbentuk dengan sendirinya. Dan sekarang ini sifat jujur
semakin langka. Walau tidak bisa dikatakan tidak ada sama sekali.
Bila dari hal kecil sudah
jujur dan ada kepuasan dari pelanggan maka lambat laun kepercayaan akan tumbuh dan
akan diberi kepercayaan yang lebih besar. Inilah namanya berproses. Proses
mematangkan diri inilah yang berat dan butuh waktu. Setiap orang inginnya
instan -langsung. Merasa sudah cukup kemampuan langsung ingin menguasai hal
yang besar. Padahal lingkup pekerjaan belum begitu dikuasai. Bukan berarti pula
untuk menduduki puncak karier harus setapak demi setapak jenjang harus dilalui.
Maka tidak akan mungkin itu terjadi. Karena butuh waktu puluhan tahun.
Contoh dalam hal ini
adalah terpilihnya presiden RI ke-7. Pak Jokowi mulanya adalah pengusaha mebel.
Lalu menjadi walikota sebuah kota kecil di Jawa Tengah, Solo. Karena bagus lalu
terpilih lagi pada periode ke-2. Belum selesai pada kepemimpinan ini lalu
mencalonkan menjadi gubernur di ibukota negara. Bayangkan dari pemimpin kota
kecil lalu macung di kota metropolitan? Bila tidak memiliki modal sosial besar
tidak akan bisa hal ini. Namun ternyata juga berhasil.
Belum selesai menjadi gubernur
periode pertama di ibukota lalu macung menjadi RI-1. Dan jadi. Ini hal yang
luar biasa. Bisa menjadi teori tersendiri dalam kepemimpinan bisa juga dalam
bekerja.
Teringat dengan dawuhnya
Sayyidina Ali bahwa rizki itu ada yang dicari dan ada rizki yang datang
sendiri. Pekerjaan dari Mas Hengki ini kelihatan rizki yang datang sendiri. Karena
puas dengan servise yang diberikan, pelanggan harus rela antri hingga
berhari-hari untuk membenahi peralatan listrik di rumahnya. Walau tidak
berpendidikan tinggi ternyata profesi ini dibutuhkan banyak orang. Dan menjadi
maisyah dalam kehidupan. Asal syaratnya terpenuhi diantaranya bisa memenuhi
kebutuhan pelanggan –kepuasaan pelayanan dan kejujuran.
Inilah sedikit catatan
dalam bekerja. Semoga ada manfaatnya. Wallahu a’lam bi al shawab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar