Berziarah adalah
berkunjung ke makam orang yang sudah meninggal. Bisa saudara, orang tua, leluhur
kita, kiai kita, ulama yang telah berdakwah menyebarkan ajaran agama. Dulu di
jaman Kanjeng Nabi memang pernah dilarang melakukannya. Dilatarbelakangi keimanan
dan akidah sahabat pada waktu itu belum kokoh. Namun seiring dengan
perkembangan waktu lalu dianjurkan untuk berziarah kubur.
|
Makam Syeh Abdul Mursyad. |
|
Pasujudan Syeh Subakir. |
|
Makam Syeh Subakir. |
|
Pintu Masuk Makam Syeh Alwasil Syamsudin. |
Mengapa ziarah kubur dianjurkan
oleh Nabi? Karena banyak sekali manfaatnya. Berziarah tidak meminta-minta
sesuatu kepada ahli kubur. Namun sebagai wasilah doa agar permohonan doa kita
diteruskan kepada Allah, Sang Pengabul doa. Sebenarnya ilustrasinya sederhana
dalam hal ini. Bila kita ingin bertemu lurah, bila kita tidak pernah kenal dan
bertemu sebelumnya akan kesulitan bertemu. Apalagi tidak mempunyai kontak
personnya. Namun bila sudah kenal dengan sekretaris desa atau kepala dusun atau
bahkan bu lurah maka kita bisa meminta bantuan kepadanya. Maka persoalan akan
lebih mudah. Ini baru tingkatan lurah. Apalagi ingin bertemu Presiden Jokowi. Tambah
sulit lagi mungkin.
|
Makam Syeh Alwasil Syamsudin. |
|
Makam Bupati Kediri I dan Isteri. |
|
Mimbar Masjid Aulia Setonogedong. |
|
Bedug Masjid Aulia Setonogedong. |
Begitu bagi seorang hamba yang dalam kehidupan
diliputi maksiyat dan dosa maka akan sulit untuk langsung berhubungan dengan
Allah, Sang Penguasa Jagat Raya. Yang bisa dilakukan adalah meminta bantuan
wasilah para wali, orang saleh, kiai, ulama, leluhur kita yang dekat dengan
Allah untuk menyampaikan permohonan doa kita. Tentu saja tidak cukup dengan doa
saja, kita juga tetap diharuskan untuk berikhtiar dengan sekuat kemampuan yang
dimiliki.
Diantara latar belakang
di atas, serombongan teman guru dan TU berjumlah lima orang berziarah ke makam
Syeh Mursyad Sentono Landean Grogol Kediri, lalu Syeh Subakir Nglegok Blitar
dan Syeh Wasil Masjid Sentono Gedong Kediri.
Ziarah ini menggunakan
momen hari libur sekaligus refreshing kegiatan rutin. Dengan berharap setelah
hari kerja bisa langsung move on atas pekerjaan yang diamanahkan. Satu sisi
refreshing sangat dibutuhkan oleh kita agar tidak terjadi kejenuhan di tempat
kerja. Karena apabila terjadi kejenuhan akan menuju dampak berkurangnya
produktivitas kerja. Dan ini bahaya bagi organisasi. Maka dipilihlah hari Ahad
(7/2/2016) sebagai hari berziarah. Sekaligus mencharge hati dan pikiran kita
bahwa kita semua juga akan menyusul nantinya. Maka ada harapan untuk menyiapkan
kubur sebelum meninggal –meminjam istilah yang dipakai KH Hasanuddin
Pandanasri.
Berangkat dari madrasah
pukul 07.00 WIB dengan mengendarai mobil menuju lokasi pertama makam Syeh
Mursyad di Kediri. Lalu menuju Syeh Wasil ternyata ada program car free day di
jalan Dhoho maka rencana dialihkan ke Blitar dulu ke makam Syeh Subakir. Setelah
selesai dari sini menuju tujuan ke tiga di jalan Dhoho namun sebelumnya
mencicipi buah durian di sepanjang jalan Blitar –banyak orang menjual durian. Ternyata
Blitar penghasil buah durian. Saya yang agak trauma makan buah durian ternyata
bisa menikmatinya. Subhanallah, ternyata buah durian itu enak. Dan saya tidak
muntah seperti yang saya alami ketika kecil.
Ada yang menarik ketika
sudah di makam dan bacaan tahlil dibacakan oleh Pak Syamsudin. Ada harapan dan
doa yang dipanjatkan diantaranya untuk kemaslahatan kehidupan kita hingga anak
cucu agar senantiasa dalam hidayah Allah. Anak cucu yang sedang menuntut ilmu
baik di madrasah, sekolah, pondok pesantren dan perguruan tinggi senantiasa
diberi kecerdasan akal sehingga bisa menerima ilmu dan ilmunya manfaat barokah
dan berharap menjadi anak saleh-salehah. Keluarga kita menjadi sakinah mawaddah
warahmah, keruwetan hidup yang tidak bisa dipecahkan dengan akal rasional
semoga diberi solusi oleh Allah, berharap juga keluarga kita yang masih sakit
semoga segera disembuhkan sehingga sehat lahir batin.
Dan tidak kalah arifnya
hati, yakni memohon doa juga untuk madrasah tercinta MTsN Termas semoga
dijadikan madrasah yang dipercaya masyarakat. Sebenarnya acara ini murni acara
pribadi namun oleh karena terasa begitu dekatnya serasa madrasah adalah bagian
dari hidup maka doa ini dengan sadar juga dipanjatkan. Saya rasa inilah
kelebihan guru madrasah yang perlu diuri-uri, dilestarikan.
Acara terakhir berziarah
ke Syeh Wasil di Masjid Aulia’ jalan Dhoho Kediri. Acara berlangsung lancar dan
merasakan salat Dhuhur di sini pula. Lalu acara diteruskan pulang sambil mampir
sebentar mencicipi kuliner makan siang “soto sate gondanglegi”. Wallahu a’lam
bi al shawab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar