Rabu, 27 Januari 2016

Upacara Bendera Hari Senin

Upacara bendera hari senin di madrasah negeri sudah menjadi rutinitas. Dalam keadaan yang normal biasanya tetap diadakan. Normal dalam arti tidak libur, tidak hujan, keadaan memungkinkan maka tetap dilaksanakan sebagaimana biasa. Begitu juga di MTsN Termas Baron.
Sejak semester 2 ini dimulai tanggal 4 Januari 2016 sudah sejak itu pula diadakan upacara hari Senin. Petugasnya berganti-ganti antar kelas dengan supervisi dari Waka Kesiswaan dengan didampingi pengurus OSIS.
Dengan melaksanakan upacara ada penanaman nilai kedisiplinan, tanggungjawab. Upacara dilaksanakan pada jam pertama hari Senin pukul 06.45 WIB. Siswa kelas VII, VIII, dan IX sudah berjajar rapi di lapangan dengan memakai atribut lengkap. Mulai dari kopiah, dasi, baju seragam, ada bedge lengkap, memakai ikat pinggang hitam, juga sepatu hitam dan kaos kaki putih.
Dari hal rutinitas ini tidak langsung bisa lengkap seratus persen. Namanya saja siswa masih dalam tahap remaja. Ada saja yang belum lengkap. Namun seiring dengan waktu semakin hari siswa yang mendapat pembinaan semakin sadar dan bisa zero. Artinya siswa sudah terbiasa memakainya. Tugas seksi ketertiban semakin berkurang dengan hal ini. Begitu juga pendamping dari OSIS.
Dari hal berbaris rapi berjajar dari yang besar di depan masih perlu waktu. Dan ini alamiah sebenarnya. Artinya pembiasaan terus saja dilakukan hingga akhirnya anak terbiasa dan melakukannya dengan kesadaran. Bahwa apa yang dikerjakan itu baik adanya maka lambat laun akan menjadi habit.
Bagi petugas upacara, tidak sembarang anak yang bisa terpilih menjadi petugas. Ada pengerek bendera, pemimpin peleton, pemimpin upacara, MC, protokoler, pembaca UUD, pembawa naskah Pancasila, pembaca doa, pembaca janji siswa. Bagi yang terpilih merupakan tantangan dan juga kehormatan. Karena dia akan melakukan di depan siswa lainnya yang berjumlah 500an juga disaksikan bapak ibu guru. Bila sukses melaksanakan berarti suatu kepercayaan dan kebanggaan bagi diri pribadi. Jarang juga pengerek bendera adalah siswi begitu juga pemimpin upacara. Namun di madrasah ini hal ini menjadi kebanggaan. Bila suatu kelas dirasa mampu siswi untuk tampil mengapa tidak untuk dicoba.
Perihal pembina upacara, digilir dari kepala madrasah dan wakil kepala. Tidak menutup kemungkinan juga para wali kelas. Ini dikandung maksud bahwa madrasah adalah milik kita semua. Bukan hanya milik waka saja. Jadi butuh kebersamaan dan juga kekompakan. Oh, ya. Walaupun sudah terbiasa mengajar di depan kelas belum tentu semua guru berani untuk tampil menjadi pembina upacara. Ini sebenarnya butuh keberanian saja. Bila sudah bismillah dan mempunyai materi yang disampaikan mengapa harus grogi. Begitulah kata pengalaman. Dan juga untuk menjadi pembina upacara tidak harus butuh waktu lama, maksimal tujuh menit sudah cukup. Singkat, padat dan berisi. Inilah yang disukai oleh anak-anak. Bila terlalu lama tidak menutup kemungkinan ada gerutuan. Karena sudah terasa capek. Capek berdiri. He..he..

Wallahul a’lam bi al shawab. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar