Suatu sore saya dan isteri menjenguk anak sulung yang
mondok di suatu pondok pesantren di Nganjuk. Karena hari hujan dan sambil
menunggu anak yang masih salat asar saya berteduh sambil “ngeteh” di warung
samping pondok.
Ibu warung ternyata sudah hapal dengan anak saya.
Sehingga dengan kamipun terasa sudah akrab. Mungkin juga orangnya yang peramah.
Dengan modal ini juga mungkin banyak orang yang suka membeli di warung ini.
Dari pembicaraan yang mengalir ternyata beliau sudah
berjualan selama 17 tahun. Single parent membesarkan putra semata wayangnya
yang sekarang kuliah di sebuah PTN Surabaya. Suatu hal yang luar biasa. Sudah
ditinggal sang suami ketika baru saja melahirkan. Tawaran menikah lagi sudah
tidak dihiraukan. Ternyata dengan berjualan nasi beliau bisa survive. Ada
satu kebanggaan pada diri beliau bahwa
sang anak hormat dengan orang tua dan kakeknya. Bila ada sesuatu hal pasti
disampaikan kepada ibunya. Bahkan motor yang dibelikan sang ibu masih utuh
seperti semula. Tidak ada onderdil yang dicopot sebagaimana anak seusianya.
Akhlak anak yang baik seperti ini bila dirunut memang
hasil didikan pondok pesantren. Ternyata si anak dulunya menuntut ilmu di
pondok pesantren sebelah rumahnya. Lalu setelah selesai melanjutkan kuliah di
luar kota. Si ibu sangat bersyukur atas capaian yang diperoleh sekarang.
Seorang janda menghidupi anak hingga bisa kuliah semester lima di PTN juga
menanggung bapaknya yang sakit-sakitan. Dan hanya mengandalkan berjualan nasi
di sebuah warung kecil dan dilakukan sendirian. Ini menurut gambaran umum
masyarakat adalah suatu hal yang luar biasa. Subhanallah...
Ada hal yang bisa dipetik adalah anak adalah amanah,
titipan Allah. Sebuah keluarga baru pastilah menginginkan anak sebagai
penyempurna kebahagiaan sebuah keluarga. Bila belum akan terasa belum sempurna.
Lalu bila sudah punya momongan lalu menjaga amanah ini yang berat. Mendidiknya,
mengasuhnya, diberikan pendidikan yang terbaik baik di lembaga pendidikan
formal juga tidak kalah penting mendidiknya di rumah.
Saya terasa disadarkan bahwa menjadi orang tua
tidaklah mudah. Anak disatu sisi adalah kebanggaan orang tua namun disisi lain
juga bisa menjadi fitnah. Tinggal pandai-pandainya kita sebagai orang tua untuk
mensyukuri hal ini semua. Lalu mentasarufkan kesyukuran pada tempat yang
semestinya. Semoga Allah senantiasa memberikan taufik dan hidayahnya kepada
kita semua. Wallahul a’lam bi al shawab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar