Alhamdulillah pada bulan
Oktober 2015 kita bisa bertemu dengan bulan mulia, yakni bulan Muharram. Bulan pertama
dalam kalender Islam, Hijriyah. Kita dipertemukan adalah salah satu anugerah. Karena
belum tentu akan bertemu lagi. Setiap tahun bulan Muharram akan selalu datang. Hanya
kita bisa menemuinya lagi atau tidak, tergantung atas kehendak Allah. Namun harapan
doa kita akan dipertemukan lagi. Amin.
pada bulan ini ada kebiasaan bagi sebagian kita untuk mencuci senjata pusaka. Yakni
keris, tombak, kereta, gamelan, tombak, atau juga sejenisnya. Bahkan ada ritual
khusus yang disebut dengan jamasan. Seperti di Keraton Jogja dan Surakarta. Namun
ditempat lain juga banyak yang menyelenggarakannya. Tidak lupa tiap pribadi
juga banyak yang melakukannya. Baik dicuci sendiri atau bisa juga meminta
bantuan orang lain. Memang melakukannya ada cara khusus yang belum tentu setiap
orang bisa.
Mandi secara keseharian
kita melakukannya. Minimal dua kali, pagi dan sore. Tujuannya agar badan kita
bersih, segar dan sehat. Kegiatan ini sangat dianjurkan disamping untuk menjaga
hubungan dengan orang lain juga untuk menjaga kesopanan manakala kita “sowan”
kepada pemilik jagat raya.
Lalu untuk apa senjata
dimandikan, lalu waktunyapun juga tertentu? Jawaban yang mungkin adalah untuk
menjaga dan merawat senjata agar bisa bertahan dalam waktu yang lama. Setiap barang
memang ada “masanya”. Bila tidak dirawat maka akan rusak. Begitu juga senjata. Disamping
untuk melestarikan warisan dari leluhur kita. Para leluhur menggunakan senjata
untuk meraih kemerdekaan, merebut kemerdekaan negeri tercinta. Jasa senjata itu
juga banyak. Apa salahnya kalau dirawat untuk mengingatkan akan sejarah masa
lalu. Sehingga sejarah tidak menjadi ahistoris.
Soalnya banyak orang
bahkan institusi negara yang berusaha mengubah sejarah tanpa disadari malah
menghilangkan nilai sejarah itu sendiri. Misalnya situs di Mekkah, sebagai awal
peradaban Islam. Ditengarahi sudah lebih 300 situs Islam yang diratakan dengan
tanah. Misalnya rumah Sayyidati Khadijah sudah diratakan dengan tanah dijadikan
wc umum. Masih dalam ingatan kita akan diratakannya makam Kanjeng Nabi di tahun
1920an. Lalu para kiai yang tergabung dalam Komite Hijaz mengajukan petisi
untuk mengurungkan niat itu kepada penguasa Saudi. Dan alhamdulillah berhasil. Inilah
embrio Nahdlatul Ulama. Dan masih banyak lagi.
Makna tersirat dari
mencuci keris adalah mencuci hati. Hati yang kita miliki sebagai anugerah Tuhan
adalah hal luar biasa dan menjadi penentu baik tidaknya perbuatan. Dibulan Muharram
ada ibadah untuk mencuci hati diantaranya puasa tasua di tanggal 9 dan asyura
di tanggal 10. Fadhilahnya adalah diampuni dosa kita. Disamping dianjurkan
untuk banyak memohon ampunan kepada
Allah lewat salat sunah Asyura dan di malam-malam bulan ini.
Jadi mencuci keris dan
benda pusaka lain di bulan Muharram atau Asyura memang baik dari segi budaya. Untuk
menjaga warisan budaya dari para leluhur. Disamping kita tidak boleh melupakan
hal yang lebih utama untuk selalu membersihkan hati kita dari berbagai penyakit
hati yang mematikan. Lebih mematikan dari penyakit fisik. Diantaranya iri,
dengki, sombong, pamer, ujub dan sejenisnya. Cara membersihkannya seperti
dianjurkan dalam ibadah di bulan Muharram dengan puasa dan salat sunah malam. Disamping
senantiasa banyak memohon ampun dengan membaca istighfar. Wallahu a’lam bial
shawab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar