Minggu, 01 November 2015

Keris Suro

Alhamdulillah pada bulan Oktober 2015 kita bisa bertemu dengan bulan mulia, yakni bulan Muharram. Bulan pertama dalam kalender Islam, Hijriyah. Kita dipertemukan adalah salah satu anugerah. Karena belum tentu akan bertemu lagi. Setiap tahun bulan Muharram akan selalu datang. Hanya kita bisa menemuinya lagi atau tidak, tergantung atas kehendak Allah. Namun harapan doa kita akan dipertemukan lagi. Amin.
pada bulan ini ada kebiasaan bagi sebagian kita untuk mencuci senjata pusaka. Yakni keris, tombak, kereta, gamelan, tombak, atau juga sejenisnya. Bahkan ada ritual khusus yang disebut dengan jamasan. Seperti di Keraton Jogja dan Surakarta. Namun ditempat lain juga banyak yang menyelenggarakannya. Tidak lupa tiap pribadi juga banyak yang melakukannya. Baik dicuci sendiri atau bisa juga meminta bantuan orang lain. Memang melakukannya ada cara khusus yang belum tentu setiap orang bisa.
Mandi secara keseharian kita melakukannya. Minimal dua kali, pagi dan sore. Tujuannya agar badan kita bersih, segar dan sehat. Kegiatan ini sangat dianjurkan disamping untuk menjaga hubungan dengan orang lain juga untuk menjaga kesopanan manakala kita “sowan” kepada pemilik jagat raya.
Lalu untuk apa senjata dimandikan, lalu waktunyapun juga tertentu? Jawaban yang mungkin adalah untuk menjaga dan merawat senjata agar bisa bertahan dalam waktu yang lama. Setiap barang memang ada “masanya”. Bila tidak dirawat maka akan rusak. Begitu juga senjata. Disamping untuk melestarikan warisan dari leluhur kita. Para leluhur menggunakan senjata untuk meraih kemerdekaan, merebut kemerdekaan negeri tercinta. Jasa senjata itu juga banyak. Apa salahnya kalau dirawat untuk mengingatkan akan sejarah masa lalu. Sehingga sejarah tidak menjadi ahistoris.
Soalnya banyak orang bahkan institusi negara yang berusaha mengubah sejarah tanpa disadari malah menghilangkan nilai sejarah itu sendiri. Misalnya situs di Mekkah, sebagai awal peradaban Islam. Ditengarahi sudah lebih 300 situs Islam yang diratakan dengan tanah. Misalnya rumah Sayyidati Khadijah sudah diratakan dengan tanah dijadikan wc umum. Masih dalam ingatan kita akan diratakannya makam Kanjeng Nabi di tahun 1920an. Lalu para kiai yang tergabung dalam Komite Hijaz mengajukan petisi untuk mengurungkan niat itu kepada penguasa Saudi. Dan alhamdulillah berhasil. Inilah embrio Nahdlatul Ulama. Dan masih banyak lagi.
Makna tersirat dari mencuci keris adalah mencuci hati. Hati yang kita miliki sebagai anugerah Tuhan adalah hal luar biasa dan menjadi penentu baik tidaknya perbuatan. Dibulan Muharram ada ibadah untuk mencuci hati diantaranya puasa tasua di tanggal 9 dan asyura di tanggal 10. Fadhilahnya adalah diampuni dosa kita. Disamping dianjurkan untuk banyak  memohon ampunan kepada Allah lewat salat sunah Asyura dan di malam-malam bulan ini.

Jadi mencuci keris dan benda pusaka lain di bulan Muharram atau Asyura memang baik dari segi budaya. Untuk menjaga warisan budaya dari para leluhur. Disamping kita tidak boleh melupakan hal yang lebih utama untuk selalu membersihkan hati kita dari berbagai penyakit hati yang mematikan. Lebih mematikan dari penyakit fisik. Diantaranya iri, dengki, sombong, pamer, ujub dan sejenisnya. Cara membersihkannya seperti dianjurkan dalam ibadah di bulan Muharram dengan puasa dan salat sunah malam. Disamping senantiasa banyak memohon ampun dengan membaca istighfar. Wallahu a’lam bial shawab. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar