Alhamdulillah setelah
ditunggu berbulan-bulan, hujan mulai turun dibeberapa tempat. Para petani mulai
bisa tersenyum. Rencana memulai menanam padi segera dibuat. Bagi yang suka
bepergian harus siap-siap bila terjadi hujan. Menyiapkan jas hujan.
Musim pancaroba, inilah istilah yang pas
menggambarkan musim sekarang ini. Biasanya juga ada dampak adaptasinya tubuh
terhadap cuaca. Bagi tubuh yang tidak fit bisa sakit. Flu adalah salah satu
yang biasa diderita dalam musim pancaroba. Maka sudah wajar dan menjadi
keharusan bila kita hati-hati dan waspada menghadapinya.
Ada beberapa kebiasaan
yang tidak patut ditiru dan biasa dilakukan oleh siswa. Diantaranya membuang
sampah di bawah bangku. Pada awalnya tidak terasa, lama-kelamaan sampah akan
menumpuk di bawah bangku. Nyamuk akan berkembang biak di tempat ini. Hal inilah
yang berbahaya. Nyamuk akan menjangkiti peserta didik. Dan terjadilah sakit.
Bila ada banyak nyamuk
jangan disalahkan. Karena memang yang mengundang nyamuk dirimu sendiri. Anak-anak
perlu diajak membuang bungkus jajan pada tempatnya. Bila tidak ada tempat
sampah maka bisa saja bungkus jajan disimpan dulu pada tas, saku baju atau
celana, atau bisa juga pada lipatan baju.
Terkadang hujan
berlangsung pada sore. Seusai jam pelajaran di madrasah. Anehnya mereka juga
hujan-hujan dengan baju seragam yang masih dipakai untuk esok hari. Akhirnya pada
hari berikutnya tidak memakai seragam yang ditentukan lalu juga memakai sandal
ke madrasah. Hal inilah yang perlu dihindari. Sebenarnya sangat anak-anak
suasanya. Namun oleh karena menuruti kemauan hati namun akhirnya melanggar
peraturan madrasah. Hal inilah yang seharusnya dihindari.
Ada satu hal lagi
kebiasaan yang perlu dihindari ketika upacara yakni banyak anak yang tertawa,
apalagi bila kebetulan petugas upacara salah melaksanakan tugasnya. Belum lagi
berbincang-bincang dengan teman sebelahnya akhirnya upacara terasa tidak
khitmat.
Ada satu lagi yang perlu
diperbaiki yakni ketika berdoa.
Berdoa adalah bentuk
penghambaan makhluk kepada Sang Pencipta. Menunjukkan bahwa makhluk membutuhkan
sang pemilik jagat raya. Untuk itu ada tata cara agar sesuai dengan format
penghambaan. Meminta kok sambil tertawa dan merasa tidak butuh. Kalimat ini
memang sering terlupakan. Bahwasanya yang benar adalah berdoa memohon kepada
Allah Swt. Agar dikabulkan permintaan kita. Dengan perasaan harap-harap cemas
bila doa tidak diijabahi juga optimis bahwa permintaan kita sebagai hamba pasti
dikabulkan oleh Allah.
Untuk itu ketika berdoa
tidak boleh diselingi dengan canda, konsentrasi untuk berdoa, aktivitas lain
ditinggalkan. Sejenis dengan berdoa adalah ketika akan salat. Entah mengapa
masih banyak siswa yang belum memahami adab salat.
Ketika iqamah sudah
dikumandangkan namun ada saja yang masih senggol-senggolan dengan teman
sebelahnya, masih bercanda, masih tenang-tenang duduk diteras tidak segera
mengambil barisan terdepan. Ini adalah cermin ketidaktahuan, ketidakmengertian
siswa saja. Atau belum dibiasakan.
Kembali bila format
pendidikan menjadi lebih baik bila dibiasakan. Bila ada perbuatan yang
dibiasakan maka bila sudah tiba waktunya maka perbuatan itu akan dilakukan
tanpa ada perintah, atau paksaan dari orang lain. Namun sudah dikontrol oleh
diri pribadinya.
Jadi satu sisi drill
kelihatan monoton pada awalnya, namun aspek ini sangat perlu untuk membuat
pembiasaan ibadah bagi diri, anak didik kita.
Demikian garis besar
amanat pembina upacara hari Senin (16/11/2015) oleh Pak Komari, S.Pd. dihalaman
MTSN Termas Baron.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar