Kata kerja memang pendek,
singkat, dan padat. Namun jangan dikira maknanya yang luas dan panjang. Memang mudah
untuk mengatakan kerja, bekerja, mencari rizki. Namun untuk melaksanakannya
memang tidak mudah seperti membalik telapak tangan.
Banyak cara orang untuk
memperoleh penghasilan. Begitu juga untuk memperoleh uang minimal untuk survive
hidup. Misalnya menengadahkan kardus dipinggir jalan. Bila ada orang yang iba
maka akan dapat uang. Namun akan lebih baik lagi perlu sedikit usaha dengan
bekerja. Bekerja apa saja. Bisa membuka cuci sepeda, potong rambut, jual
gorengan di pinggir jalan, atau juga bisa jadi tukang ojek. Yang jelas masih
banyak alternatif lain.
Teringat masa lalu ketika
belum mempunyai aktivitas. Pernah juga nganggur bingung apa yang mau
dikerjakan. Masih mending disalurkan dengan menulis sesuatu. Dari hasil tulisan
itu minimal dibaca diri sendiri. Syukur-syukur bisa bermanfaat bagi orang lain.
Namun bila bengong..ngong tidak tahu mau berbuat apa. Sehingga ketika orang
bergerak ke arah selatan ikut ke selatan. Bila angin ke arah utara lalu ke
utara. Itulah nasib orang yang tidak mempunyai cita-cita atau motivasi
hidup.
Diera persaingan hidup
yang makin kompetitif memang diperlukan bekal untuk hidup. Dan bekal itu namanya pendidikan. Proses
pendidikan memang tidak sepenuhnya menjanjikan lapangan kerja. Namun dari bekal
itu bisa untuk menciptakan lapangan kerja. Akan lebih berdaya saing lagi bila
memanfaatkan momentum lalu diisi dengan daya kreasi dipandu dengan teknologi. Paduan
kebutuhan, solusi cerdas, dan teknologi ternyata menghasilkan kreasi usaha yang
menjanjikan seperti fenomena go-jek.
Bila sekarang ini booming
pembicaraan tekait pembentukan karakter, penumbuhan jiwa wirausaha, kemandirian
sebenarnya jauh-jauh hari pondok pesantren sudah melakukannya. Bahkan tanpa
anggaran dari pemerintah. Walau secara tersurat tidak tertulis namun kurikulum
pesantren ini terpatri dalam sanubari santri. Dimanapun, kemanapun santri berada
karakter pesantren tidak lekang oleh waktu dan terbukti banyak santri yang
tidak menganggur. Bahkan bisa juga
membuka pangsa pasar baru pula. Walllahu a’lam bi alshawab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar