Rabu, 02 September 2015

Ayo Kerja...Kerja...Kerja

Kata kerja memang pendek, singkat, dan padat. Namun jangan dikira maknanya yang luas dan panjang. Memang mudah untuk mengatakan kerja, bekerja, mencari rizki. Namun untuk melaksanakannya memang tidak mudah seperti membalik telapak tangan.
Banyak cara orang untuk memperoleh penghasilan. Begitu juga untuk memperoleh uang minimal untuk survive hidup. Misalnya menengadahkan kardus dipinggir jalan. Bila ada orang yang iba maka akan dapat uang. Namun akan lebih baik lagi perlu sedikit usaha dengan bekerja. Bekerja apa saja. Bisa membuka cuci sepeda, potong rambut, jual gorengan di pinggir jalan, atau juga bisa jadi tukang ojek. Yang jelas masih banyak alternatif lain.
Teringat masa lalu ketika belum mempunyai aktivitas. Pernah juga nganggur bingung apa yang mau dikerjakan. Masih mending disalurkan dengan menulis sesuatu. Dari hasil tulisan itu minimal dibaca diri sendiri. Syukur-syukur bisa bermanfaat bagi orang lain. Namun bila bengong..ngong tidak tahu mau berbuat apa. Sehingga ketika orang bergerak ke arah selatan ikut ke selatan. Bila angin ke arah utara lalu ke utara. Itulah nasib orang yang tidak mempunyai cita-cita atau motivasi hidup. 
Diera persaingan hidup yang makin kompetitif memang diperlukan bekal untuk  hidup. Dan bekal itu namanya pendidikan. Proses pendidikan memang tidak sepenuhnya menjanjikan lapangan kerja. Namun dari bekal itu bisa untuk menciptakan lapangan kerja. Akan lebih berdaya saing lagi bila memanfaatkan momentum lalu diisi dengan daya kreasi dipandu dengan teknologi. Paduan kebutuhan, solusi cerdas, dan teknologi ternyata menghasilkan kreasi usaha yang menjanjikan seperti fenomena go-jek.

Bila sekarang ini booming pembicaraan tekait pembentukan karakter, penumbuhan jiwa wirausaha, kemandirian sebenarnya jauh-jauh hari pondok pesantren sudah melakukannya. Bahkan tanpa anggaran dari pemerintah. Walau secara tersurat tidak tertulis namun kurikulum pesantren ini terpatri dalam sanubari santri. Dimanapun, kemanapun santri berada karakter pesantren tidak lekang oleh waktu dan terbukti banyak santri yang tidak  menganggur. Bahkan bisa juga membuka pangsa pasar baru pula. Walllahu a’lam bi alshawab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar