Senin, 08 Juni 2015

Takziyat: Merajut Silaturahmi

Ada kebiasaan yang baik di kalangan kita. Bila ada yang kesusahan misalnya ada anggota keluarga yang meninggal dunia maka berduyun-duyun baik sendiri maupun berombongan untuk ikut berbelasungkawa. Empati ini walaupun kelihatan sederhana namun berat untuk melakukannya.
Berat karena menata waktu dan agenda pribadi. Apalagi bagi yang mempunyai profesi rutin. Seperti guru dan pegawai. Jadwal kerja yang rutin dan belum lagi ada kegiatan kemasyarakatan keagamaan yang juga berkecimpung di dalamnya. Maka ada sisi waktu untuk mengagendakan acara berkunjung adalah hal yang butuh kemauan tersendiri.
T
Keluarga Besar MTsN Termas Baron berziarah ke rumah salah seorang guru.
Perasaan berat juga bisa didorong oleh perasaan diri sendiri. Siapakah saya dan siapa yang akan dikunjungi. Bila rasa ego yang mengemuka maka bisa jadi tidak akan berangkat. Disamping ada permakluman bahwa ada juga orang yang mempunyai prioritas pribadi. Misalnya ada keperluan pribadi yang tidak bisa ditinggalkan seperti studi dan keperluan mendesak lainnya.
Namun perasaan berat ini bisa ditepis bila mendengar bahwa dengan takziyah akan mendapatkan pahala dua gunung. Seperti sabda dari Kanjeng Nabi. Apabila datang dengan ikut mensolati dan mengantar jenazahnya ke liang lahat. Bila bisa mengerjakan salah satunya bisa jadi hanya mendapat salah satu gunung saja. He..he..ini mending daripada tidak sama sekali.
Ada pemandangan menarik bilamana yang berziarah melaksanakan salah gaib. Hal ini dilakukan karena ketika berziarah sudah tidak menemui jenazahnya. Alias jenazah sudah di kubur. Para zairin –istilah bagi peziarah- diajak bersama-sama untuk salat gaib. Salat gaib bagus untuk dilaksanakan karena fadhilahnya yang luar biasa. Hingga di ritual tariqah seperti tariqah qadiriyah wanaqsabandiyah suluk di Kelutan menjadi agenda rutin ketika mujahadah. Rentang waktu salat gaib untuk mensalati saudara muslim yang meninggal dalam kurun waktu 40 hari. Maksudnya selama hingga +40 dari meninggalknya masih bisa disalati dengan salat jenazah.
Kematian bagi seseorang memang rahasia Tuhan. Siapapun tidak akan tahu kapan kematiannya datang. Hanya yang perlu disiapkan adalah menyiapkan bekal menuju kehidupan abadi nanti di akhirat dengan amal saleh selagi di dunia ini.
Bila sebelum meninggal lantaran sakit. Dan sakitnyapun karena akumulasi akibat kerja keras untuk mencukupi kebutuhan keluarga dan beribadah semoga hal ini sebagai tanda khusnul khatimah. Sakit diterima dengan sabar semoga dicatat sebagai penghapus dosa yang ada.

Takziyah memang terasa berat dilakukan bila tanpa dibarengi dengan niat yang benar berdasarkan pemahaman yang ada. Namun bila ziarah tetap dilakukan maka efeknya juga tidak kecil. Suatu komunitas yang ada akan menjadi nyaman, saling asah, akrab dan menuju kesolidan dalam bekerja. Semoga. Wallahu a’lam bi alshawab. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar