Ada kebiasaan yang baik
di kalangan kita. Bila ada yang kesusahan misalnya ada anggota keluarga yang
meninggal dunia maka berduyun-duyun baik sendiri maupun berombongan untuk ikut
berbelasungkawa. Empati ini walaupun kelihatan sederhana namun berat untuk
melakukannya.
Berat karena menata waktu
dan agenda pribadi. Apalagi bagi yang mempunyai profesi rutin. Seperti guru dan
pegawai. Jadwal kerja yang rutin dan belum lagi ada kegiatan kemasyarakatan
keagamaan yang juga berkecimpung di dalamnya. Maka ada sisi waktu untuk
mengagendakan acara berkunjung adalah hal yang butuh kemauan tersendiri.
T |
Keluarga Besar MTsN Termas Baron berziarah ke rumah salah seorang guru. |
Perasaan berat juga bisa
didorong oleh perasaan diri sendiri. Siapakah saya dan siapa yang akan
dikunjungi. Bila rasa ego yang mengemuka maka bisa jadi tidak akan berangkat. Disamping
ada permakluman bahwa ada juga orang yang mempunyai prioritas pribadi. Misalnya
ada keperluan pribadi yang tidak bisa ditinggalkan seperti studi dan keperluan
mendesak lainnya.
Namun perasaan berat ini
bisa ditepis bila mendengar bahwa dengan takziyah akan mendapatkan pahala dua
gunung. Seperti sabda dari Kanjeng Nabi. Apabila datang dengan ikut mensolati
dan mengantar jenazahnya ke liang lahat. Bila bisa mengerjakan salah satunya
bisa jadi hanya mendapat salah satu gunung saja. He..he..ini mending daripada
tidak sama sekali.
Ada pemandangan menarik
bilamana yang berziarah melaksanakan salah gaib. Hal ini dilakukan karena
ketika berziarah sudah tidak menemui jenazahnya. Alias jenazah sudah di kubur. Para
zairin –istilah bagi peziarah- diajak bersama-sama untuk salat gaib. Salat gaib
bagus untuk dilaksanakan karena fadhilahnya yang luar biasa. Hingga di ritual
tariqah seperti tariqah qadiriyah wanaqsabandiyah suluk di Kelutan menjadi
agenda rutin ketika mujahadah. Rentang waktu salat gaib untuk mensalati saudara
muslim yang meninggal dalam kurun waktu 40 hari. Maksudnya selama hingga +40
dari meninggalknya masih bisa disalati dengan salat jenazah.
Kematian bagi seseorang
memang rahasia Tuhan. Siapapun tidak akan tahu kapan kematiannya datang. Hanya yang
perlu disiapkan adalah menyiapkan bekal menuju kehidupan abadi nanti di akhirat
dengan amal saleh selagi di dunia ini.
Bila sebelum meninggal
lantaran sakit. Dan sakitnyapun karena akumulasi akibat kerja keras untuk
mencukupi kebutuhan keluarga dan beribadah semoga hal ini sebagai tanda khusnul
khatimah. Sakit diterima dengan sabar semoga dicatat sebagai penghapus dosa
yang ada.
Takziyah memang terasa
berat dilakukan bila tanpa dibarengi dengan niat yang benar berdasarkan
pemahaman yang ada. Namun bila ziarah tetap dilakukan maka efeknya juga tidak
kecil. Suatu komunitas yang ada akan menjadi nyaman, saling asah, akrab dan
menuju kesolidan dalam bekerja. Semoga. Wallahu a’lam bi alshawab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar