Selasa, 09 Juni 2015

Berkunjung Ke PP Darul Ulum Sanggrahan Gondang

Pada hari Senin (4/5/2015) saya mendapat tugas untuk mendampingi penyelenggara UN di mts Darul Ulum Sanggrahan Gondang. Senang rasanya bisa berkunjung di madrasah ini. Keinginan bisa bersilaturahim sebenarnya sudah ada sejak setahun lalu ketika kali pertama bertemu dengan Pak Tamyiz, sang kepala madrasah.
Namanya pondok pesantren maka unsur-unsur pondok terlihat secara fisik. Ada masjid dengan arsitektur bangunan lama, ada asrama santri, ada kiai, ada pengajian, ada kitab yang diajarkan. Ketika saya mencoba berkeliling pondok ada asrama santri berupa rumah angkring (rumah-rumahan panggung satu kamar) di selatan masjid. Sedangkan makam satu-satunya adalah makam pendiri dan pengasuh pondok pertama (ayahnya Pak Tamyiz yang meninggal satu tahun silam). Makam berada di barat imaman masjid. Kelihatan tertata rapi dan asri. Barat makam ada sungai yang mengalir dan membatasi pondok dan rumah penduduk. Serta ada jembatan penghubungnya.
Pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan asli Indonesia yang sudah ada sejak penyebaran Islam era wali songo kini banyak bertransformasi. Bila dulu hanya tafaqquh fid din (mempelajari ilmu agama saja) namun sekarang banyak pula yang melengkapi diri dengan lembaga pendidikan formal. Begitu pula pondok pesantren darul ulum ini. Di pesantren ini ada Pendidikan Anak Usia Dini, Raudlatul Athfal, Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah, TPQ, dan madrasah diniyah. Ini tidak bisa lepas dari peran Pak Tamyiz sang penerus pengasuh pondok yang juga magister agama dari sebuah perguruan tinggi. Perpaduan latar belakang pondok salaf dan pendidikan modern mengilhami adanya transformasi kelembagaan pondok pesantren.
Disamping juga harapan stakeholder yang ada dimana membutuhkan ilmu untuk hidup di dunia dengan bukti selembar ijazah. Bagi santri niat talabul ilmi sebenarnya masih ansih talabul ilmi saja. Mengenai ijasah adalah nomor kesekian. Menurut pandangan kelompok ini bila seseorang berilmu dan beriman pastilah Allah akan mengangkat derajatnya baik dalam pandangan manusia maupun di hadapan Allah.
Lembaga pendidikan Paud sudah dirintis beberapa tahun yang lalu kemudian disusul RA. Bila madrasah tsanawiyah pada tahun ini akan meluluskan siswa yang kedua sedangkan madrasah ibtidaiyahnya sekarang ini baru tahun ketiga.
Setelah berbincang-bincang dengan Pak Tamyiz diketahui bahwa kebersamaan dengan warga merupakan modal sosial yang tinggi. Bila pondok pesantren akan mendirikan gedung maka galian pondasi bisa dikerjakan oleh warga. Begitu pula ketika membangun atap gedung. Diumumkan lewat masjid saja banyak warga yang datang membantu. Hal ini disamping untuk mengurangi budget dana juga menunjukkan bahwa adanya ikatan emosional antara warga dengan pondok. Pondok berhasil membangun komunikasi yang erat. Disatu sisi warga membutuhkan pondok dengan layanan pendidikannya, pondok pesantren membutuhkan mitra untuk menjaga eksistensi keberadaannya di tengah-tengah masyarakat.
Ada yang menarik dari budaya yang dibangun di pesantren ini. Siswa dibiasakan Salat duha dan salat duhur berjamaah setiap hari. Dua bulan menjelang ujian nasional, siswa mts diajak salat hajat dan istighosah tiap hari jumat. Ini dikandung maksud agar siswa siap secara mental dan rohani untuk menghadapi ujian yang akan dilaksanakan. Sesuatu bila dipersiapkan dan direncanakan pastilah akan mendapatkan hasil yang baik dibanding tanpa persiapan dan rencana.
Tidak cukup hal di atas menjelang ujian nasional setiap hari siswa diajak salat duha dan membaca salawat nariyah dengan jumlah tertentu. Tidak tanggung-tanggung yang memimpin kegiatan ini adalah pengasuh sendiri.
Adanya pondok pesantren dengan banyak lembaga di dalamnya tentunya membutuhkan penataan personel yang baik. The right man in the right job. Pepatah ini digunakan oleh pengasuh untuk menata lembaga agar bisa berjalan dengan maksimal. Personel yang mempunyai latar belakang pendidikan sesuai dan berjiwa leader di jadikan pimpinan lembaga pendidikana. Begitu pula untuk posisi administrator. Dibutuhkan tenaga yang sesuai. Inilah salah satu kecakapan dan kompetensi yang dibutuhkan oleh seorang pemimpin.
Dalam bidang pendanaan organisasi juga ada temuan yang menarik. Pengasuh menjalin hubungan dengan tokoh masyarakat. Banyak teman adalah potensi jaringan yang perlu dirawat. Musuh satu sudah kebanyakan. Mungkin salah satu pikiran Gus Dur ini juga mengilhami pengasuh untuk melangkah membesarkan lembaganya. Tokoh masyarakat, tokoh partai partai, lembaga sosial, birokrat menjadi mitra strategis dalam keberlangsungan lembaga. Wallahu a’lam bi alshawab.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar