Sabtu, 30 Mei 2015

Catatan sederhana

Namanya saja catatan sederhana jadi isinya juga sederhana. Sesederhana untuk menulis seperti anak yang baru belajar menulis. Namun mungkin saja berguna bagi yang membutuhkan. Lalu siapa yang membutuhkan? Bisa semua orang baik laki-laki, perempuan, tua, muda, setengah tua. Namanya tulisan memang perlu disortir, dipilah. Ada  yang bermanfaat atau hanya hoak saja. Tinggal memasang filter saja. Dan filter ini bisa didapat dari membaca, berkomunikasi dengan orang saleh dan bisa saja dari siapa saja. Namun yang perlu dicatat bahwa bergaul dengan kiai dan orang-orang saleh tidak ada ruginya. Bahkan manfaatnya banyak sekali.
Pada hari kamis sore (28/5/2015) di suatu rumah banyak berkumpul orang. Ternyata ada kabar yang menyebutkan bahwa si tuan rumah meninggal dunia. Kabar ini cepat menyebar. Karena komunikasi yang mudah dengan hp banyak orang luar desa pun juga berdatangan. Tidak sedikit dari kejauhan yang terlihat membawa beras di tangan sebagai bentuk penghormatan terakhir dengan bertakziyah. Bila tetangga keluar masuk rumah untuk melihat kejadian di dalamnya, tidak kalah sibuk keluarga di rumah itu.
Dzikiran dan bacaan alquran mengalun terdengar dengan jelas. Namun takdir tuhan adalah penentu segalanya. Tuhanlah penentu segala kehidupan. Bisa menghidupkan dan juga mengakhiri suatu kehidupan makhluk. Makhluk adalah ciptaan tuhan. Dan kehidupan adalah anugerah titipan. Suatu saat akan kembali ke bentuk semula. Bila sudah tiba waktunya, kematian tidak bisa dipercepat maupun diperlambat. Dilubang semutpun atau di bungker anti bom nuklirpun bila sudah waktunya mati maka tidak sulit bagi malaikat izrail untuk mencabut nyawa seseorang.
Benar apa yang didawuhkan pak kiai sebelum meninggal kita harus mempersiapkan diri. Lalu persiapannya apa saja? Yang jelas persiapan rumah di surga bukan persiapan membangun rumah di neraka. Dalam arti amal salehnya yang diperbanyak. Bukan amal dosanya. Karena amal salehlah yang akan menjadi bangunan rumah di surga. Begitu juga perbuatan dosa dan maksiyat akan menjadi bangunan rumah di neraka. Dengan dawuh yang sederhana biasanya pak kiai menyampaikan hal tersebut dalam pengajian. Diharapkan para jamaah dengan sadar memahami dan mengambil hikmah dari hal itu. Lalu dijalankan dalam kehidupan sehari-hari.
Pengajian atau dakwah memang harus dengan bahasa yang sederhana, mudah dipahami, bukan doktrinasi. Bila dakwah dengan ramah maka obyek dakwah akan menerima dengan tangan terbuka. Apalagi disertai dengan bahasa dan budaya lokal. Inilah strategi dakwah wali songo penyebar islam di tanah jawa. Dalam tempo yang relatif singkat bisa menyebarkan islam ramah di nusantara.
Terkait dengan orang yang menghadapi sakaratul maut ada beberapa saran untuk ahli keluarga. Ini berasal dari beliau-beliau yang dikenal baik adabnya. Diantaranya bila sudah ada tanda-tanda nazak misalnya nafasnya sudah sulit, dari telapak kaki sudah terasa dingin ahli keluarga disarankan membaca surat yasin 3x dengan suara pelan. Dengan doa mohon keputusan dari allah bila sudah berangkat ke dunia selanjutnya dipermudah perjalanannya. Bila belum semoga diberi kesembuhan.

Atau juga dibacakan surat arra’du ayat terakhir sebanyak 41x lalu ditiupkan pada segelas air. Dan airnya diminumkan. Bisa juga membaca surat alqadr sebanyak 3x lalu juga ditiupkan dan diminumkan secukupnya. Bila perlu juga digosok giginya dengan kayu siwak. Tidak kalah penting juga dituntun membaca dzikir. Tidak perlu panjang-panjang. Membaca allah allah allah terus menerus. Bila perlu di dekat telinganya. Ada saran lain kita membaca dzikir sirri lalu memegang tangannya. Insyaallah juga akan sampai seperti yang dituju. Selanjutnya terserah anda untuk memilih. wallahu a’lam bi alshawab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar