Namanya saja catatan
sederhana jadi isinya juga sederhana. Sesederhana untuk menulis seperti anak
yang baru belajar menulis. Namun mungkin saja berguna bagi yang membutuhkan.
Lalu siapa yang membutuhkan? Bisa semua orang baik laki-laki, perempuan, tua,
muda, setengah tua. Namanya tulisan memang perlu disortir, dipilah. Ada yang bermanfaat atau hanya hoak saja. Tinggal
memasang filter saja. Dan filter ini bisa didapat dari membaca, berkomunikasi
dengan orang saleh dan bisa saja dari siapa saja. Namun yang perlu dicatat
bahwa bergaul dengan kiai dan orang-orang saleh tidak ada ruginya. Bahkan
manfaatnya banyak sekali.
Pada hari kamis sore
(28/5/2015) di suatu rumah banyak berkumpul orang. Ternyata ada kabar yang
menyebutkan bahwa si tuan rumah meninggal dunia. Kabar ini cepat menyebar.
Karena komunikasi yang mudah dengan hp banyak orang luar desa pun juga
berdatangan. Tidak sedikit dari kejauhan yang terlihat membawa beras di tangan
sebagai bentuk penghormatan terakhir dengan bertakziyah. Bila tetangga keluar
masuk rumah untuk melihat kejadian di dalamnya, tidak kalah sibuk keluarga di
rumah itu.
Dzikiran dan bacaan
alquran mengalun terdengar dengan jelas. Namun takdir tuhan adalah penentu
segalanya. Tuhanlah penentu segala kehidupan. Bisa menghidupkan dan juga
mengakhiri suatu kehidupan makhluk. Makhluk adalah ciptaan tuhan. Dan kehidupan
adalah anugerah titipan. Suatu saat akan kembali ke bentuk semula. Bila sudah
tiba waktunya, kematian tidak bisa dipercepat maupun diperlambat. Dilubang
semutpun atau di bungker anti bom nuklirpun bila sudah waktunya mati maka tidak
sulit bagi malaikat izrail untuk mencabut nyawa seseorang.
Benar apa yang didawuhkan
pak kiai sebelum meninggal kita harus mempersiapkan diri. Lalu persiapannya apa
saja? Yang jelas persiapan rumah di surga bukan persiapan membangun rumah di
neraka. Dalam arti amal salehnya yang diperbanyak. Bukan amal dosanya. Karena
amal salehlah yang akan menjadi bangunan rumah di surga. Begitu juga perbuatan
dosa dan maksiyat akan menjadi bangunan rumah di neraka. Dengan dawuh yang
sederhana biasanya pak kiai menyampaikan hal tersebut dalam pengajian. Diharapkan
para jamaah dengan sadar memahami dan mengambil hikmah dari hal itu. Lalu
dijalankan dalam kehidupan sehari-hari.
Pengajian atau dakwah
memang harus dengan bahasa yang sederhana, mudah dipahami, bukan doktrinasi.
Bila dakwah dengan ramah maka obyek dakwah akan menerima dengan tangan terbuka.
Apalagi disertai dengan bahasa dan budaya lokal. Inilah strategi dakwah wali
songo penyebar islam di tanah jawa. Dalam tempo yang relatif singkat bisa
menyebarkan islam ramah di nusantara.
Terkait dengan orang yang
menghadapi sakaratul maut ada beberapa saran untuk ahli keluarga. Ini berasal
dari beliau-beliau yang dikenal baik adabnya. Diantaranya bila sudah ada
tanda-tanda nazak misalnya nafasnya sudah sulit, dari telapak kaki sudah terasa
dingin ahli keluarga disarankan membaca surat yasin 3x dengan suara pelan.
Dengan doa mohon keputusan dari allah bila sudah berangkat ke dunia selanjutnya
dipermudah perjalanannya. Bila belum semoga diberi kesembuhan.
Atau juga dibacakan surat
arra’du ayat terakhir sebanyak 41x lalu ditiupkan pada segelas air. Dan airnya
diminumkan. Bisa juga membaca surat alqadr sebanyak 3x lalu juga ditiupkan dan
diminumkan secukupnya. Bila perlu juga digosok giginya dengan kayu siwak. Tidak
kalah penting juga dituntun membaca dzikir. Tidak perlu panjang-panjang.
Membaca allah allah allah terus menerus. Bila perlu di dekat telinganya. Ada
saran lain kita membaca dzikir sirri lalu memegang tangannya. Insyaallah juga
akan sampai seperti yang dituju. Selanjutnya terserah anda untuk memilih.
wallahu a’lam bi alshawab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar