Rabu, 15 April 2015

Kerbau dan ayam

Ada yang menarik dari membaca tulisan Prof. Dr. H. Imam Suprayogo kemarin terkait kepemimpinan, kerbau dan ayam. Memang saya menyukai tulisan beliau. Hampir setiap hari saya menyempatkan membacanya. Ketika dulu beliau memberi kuliah, disarankan untuk mengikuti tulisan beliau setiap hari sebagai pengayaan materi. Memang bisa diambil hikmahnya.
Walaupun tema tulisan beragam mulai dari hal yang sederhana hingga pengelolaan perguruan tinggi. Banyak hal yang menjadi bahasan sehingga menarik bagi orang yang suka membaca. Satu blog lagi yang suka saya baca yakni blog Prof. Dr. Muhibbin, M.Ag., Rektor UIN Walisongo Semarang. Bila Prof. Imam sudah hampir tujuh tahun menulis setiap hari, sedang Prof. Muhibbin juga bisa kita jumpai tulisannya setiap hari. Prof. Muhibbin memang menulis harian agak belakangan namun asik juga mengikuti tulisan beliau. Wawasan menjadi luas dan semoga bisa saja meniru dari beliau. Bisa istikomahnya menulis, syukur-syukur etos beliau berdua dalam meningkatkan kualitas pendidikan Islam. Amin.

Gusti Allah menciptakan segala sesuatu tidak sia-sia. Ada tujuan penciptaannya dan bisa diambil hikmahnya bagi manusia. Bahkan nyamuk sekalipun. Begitu juga beragam hewan seperti ayam dan kerbau.
Ayam seperti yang kita ketahui sangat perhatian terhadap anak-anaknya. Sesudah bertelur, telurnya dierami. Dibela-bela anaknya mendapatkan cukup kehangatan hingga induknya juga “bertirakat” tidak makan dan minum hingga beberapa waktu. Sesudah proses ini dilalui dengan pengorbanan lahirlah anak ayam dengan selamat.
Perhatian tidak cukup disini. Si induk mulai mengajari anak-anaknya mencari makan keluar sarang. Dengan anugerah mulut dan kakinya mencari makan bahkan dengan membongkar tanah. Ketika keluar makanan berupa cacing maka dipanggillah si anak untuk memakannya. Hingga anak bisa berdiri mandiri menjadi ayam.
Tidak cukup disitu ketika ada bahaya mengancam anak-anak dikumpulkan dibawah perlindungan sang induk semang. Dengan kemampuan yang ada musuh dilawan. Siapa yang mencoba mengganggu maka si induk akan melawannya.
Kerbau adalah hewan yang identik dengan olok-olok tentang kebodohan. Itu terjadi jaman saya kecil. Entah sekarang masih atau tidak. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa kerbau menjadi hewan favorit daerah Demak karena daging utama pengganti daging sapi. Bila ditanya soto adanya soto kerbau, sate kerbau pokoknya serba daging kerbau. Karena daging sapi dihindari untuk menghormati pemeluk Hindu yang mensucikan sapi. Itulah keindahan Islam, bisa menghormati pemeluk agama lain.
Kerbau juga care, perhatian terhadap anak-anaknya. Disuatu saat anak-anak kerbau, gudel juga diamankan oleh induknya dan kerbau dewasa. Bila tidur di tanah lapang maka si gudel tidur di tengah sedangkan induk dan yang dewasa tidur melingkar dengan kepala di luar. Namun kekurangannya kerbau tidak bisa bersatu melawan musuh yang datang. Bila ada salah satu yang dimakan atau terjerat musuh maka yang lain tidak berusaha membantu hanya membiarkan saja. Padahal bisa suatu saat dirinyalah yang akan diincar musuh, serigala dan teman-temannya.
Inilah yang dimaksud Prof. Imam bahwa binatang bisa diambil hikmahnya. Diharapkan seorang pemimpin bisa menyebarkan kasih sayang kepada semua anak buahnya. Ada keadilan kasih sayang kepada semuanya tanpa ada yang dibedakan. Tidak ada yang dianaktirikan semua mendapatkan perhatian untuk berkiprah, membangun karier, mendapatkan info peningkatan SDM dll. Bila ada anak buah yang bermasalah maka dia yang terdepan untuk menjaga eksistensi anak buah. Bukan lantas “habis manis sepah dibuang”.
Saran selanjutnya tidak pantas seorang pemimpin berlaku seperti kerbau. Tidak mau tahu permasalahan anak buah, bila ada anak buah yang menemui masalah dibiarkan saja. Bahkan bila mengancam eksistensi lembaga disuruh keluar. Tanpa pembelaan sedikitpun.
Kayaknya hari-hari ini yang dipertontonkan para pemimpin kita. Namun semoga masih banyak para pemimpin yang bermental ayam ketimbang kerbau. Sehingga “anak bua” bisa lebih berkiprah untuk menunjukkan identitasnya secara tidak langsung akan menunjukkan eksistensi lembaganya. Tahapan berikutnya karier anak buah akan terkerek naik. Bila ini terjadi maka keberadaan pemimpin akan dirasakan manfaatnya. Wallahu a’lam bi alshawab.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar