Ada yang menarik dari
membaca tulisan Prof. Dr. H. Imam Suprayogo kemarin terkait kepemimpinan,
kerbau dan ayam. Memang saya menyukai tulisan beliau. Hampir setiap hari saya
menyempatkan membacanya. Ketika dulu beliau memberi kuliah, disarankan untuk
mengikuti tulisan beliau setiap hari sebagai pengayaan materi. Memang bisa
diambil hikmahnya.
Walaupun tema tulisan
beragam mulai dari hal yang sederhana hingga pengelolaan perguruan tinggi.
Banyak hal yang menjadi bahasan sehingga menarik bagi orang yang suka membaca.
Satu blog lagi yang suka saya baca yakni blog Prof. Dr. Muhibbin, M.Ag., Rektor
UIN Walisongo Semarang. Bila Prof. Imam sudah hampir tujuh tahun menulis setiap
hari, sedang Prof. Muhibbin juga bisa kita jumpai tulisannya setiap hari. Prof.
Muhibbin memang menulis harian agak belakangan namun asik juga mengikuti
tulisan beliau. Wawasan menjadi luas dan semoga bisa saja meniru dari beliau.
Bisa istikomahnya menulis, syukur-syukur etos beliau berdua dalam meningkatkan
kualitas pendidikan Islam. Amin.
Gusti Allah menciptakan segala sesuatu tidak sia-sia. Ada tujuan penciptaannya dan bisa diambil hikmahnya bagi manusia. Bahkan nyamuk sekalipun. Begitu juga beragam hewan seperti ayam dan kerbau.
Gusti Allah menciptakan segala sesuatu tidak sia-sia. Ada tujuan penciptaannya dan bisa diambil hikmahnya bagi manusia. Bahkan nyamuk sekalipun. Begitu juga beragam hewan seperti ayam dan kerbau.
Ayam seperti yang kita
ketahui sangat perhatian terhadap anak-anaknya. Sesudah bertelur, telurnya
dierami. Dibela-bela anaknya mendapatkan cukup kehangatan hingga induknya juga “bertirakat”
tidak makan dan minum hingga beberapa waktu. Sesudah proses ini dilalui dengan
pengorbanan lahirlah anak ayam dengan selamat.
Perhatian tidak cukup
disini. Si induk mulai mengajari anak-anaknya mencari makan keluar sarang. Dengan
anugerah mulut dan kakinya mencari makan bahkan dengan membongkar tanah. Ketika
keluar makanan berupa cacing maka dipanggillah si anak untuk memakannya. Hingga
anak bisa berdiri mandiri menjadi ayam.
Tidak cukup disitu ketika
ada bahaya mengancam anak-anak dikumpulkan dibawah perlindungan sang induk
semang. Dengan kemampuan yang ada musuh dilawan. Siapa yang mencoba mengganggu
maka si induk akan melawannya.
Kerbau adalah hewan yang
identik dengan olok-olok tentang kebodohan. Itu terjadi jaman saya kecil. Entah
sekarang masih atau tidak. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa kerbau menjadi
hewan favorit daerah Demak karena daging utama pengganti daging sapi. Bila ditanya
soto adanya soto kerbau, sate kerbau pokoknya serba daging kerbau. Karena daging
sapi dihindari untuk menghormati pemeluk Hindu yang mensucikan sapi. Itulah keindahan
Islam, bisa menghormati pemeluk agama lain.
Kerbau juga care,
perhatian terhadap anak-anaknya. Disuatu saat anak-anak kerbau, gudel juga
diamankan oleh induknya dan kerbau dewasa. Bila tidur di tanah lapang maka si
gudel tidur di tengah sedangkan induk dan yang dewasa tidur melingkar dengan
kepala di luar. Namun kekurangannya kerbau tidak bisa bersatu melawan musuh
yang datang. Bila ada salah satu yang dimakan atau terjerat musuh maka yang
lain tidak berusaha membantu hanya membiarkan saja. Padahal bisa suatu saat
dirinyalah yang akan diincar musuh, serigala dan teman-temannya.
Inilah yang dimaksud
Prof. Imam bahwa binatang bisa diambil hikmahnya. Diharapkan seorang pemimpin
bisa menyebarkan kasih sayang kepada semua anak buahnya. Ada keadilan kasih
sayang kepada semuanya tanpa ada yang dibedakan. Tidak ada yang dianaktirikan
semua mendapatkan perhatian untuk berkiprah, membangun karier, mendapatkan info
peningkatan SDM dll. Bila ada anak buah yang bermasalah maka dia yang terdepan
untuk menjaga eksistensi anak buah. Bukan lantas “habis manis sepah dibuang”.
Saran selanjutnya tidak
pantas seorang pemimpin berlaku seperti kerbau. Tidak mau tahu permasalahan
anak buah, bila ada anak buah yang menemui masalah dibiarkan saja. Bahkan bila
mengancam eksistensi lembaga disuruh keluar. Tanpa pembelaan sedikitpun.
Kayaknya hari-hari ini
yang dipertontonkan para pemimpin kita. Namun semoga masih banyak para pemimpin
yang bermental ayam ketimbang kerbau. Sehingga “anak bua” bisa lebih berkiprah
untuk menunjukkan identitasnya secara tidak langsung akan menunjukkan
eksistensi lembaganya. Tahapan berikutnya karier anak buah akan terkerek naik. Bila
ini terjadi maka keberadaan pemimpin akan dirasakan manfaatnya. Wallahu a’lam
bi alshawab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar