Membaca kitab sirrul
asrar karya Syeh Abdul Qadri Aljilani. Kali ini dalam pengajian Ustadz
Kharisudin Aqib menerangkan tentang penghalang kegelapan dan cahaya.
Buta bisa bermakna
harfiah yakni tidak bisa melihat secara fisik. Bisa disebabkan sakit, asli sejak
lahir dan kecelakaan sehingga tidak bisa melihat. Namun yang terlupakan oleh
kita buta secara maknawi. Kelihatannya sehat segar bugar bisa melihat
pemandangan alam sekitar namun buta mata hatinya. Melihat orang lain susah namun
masih bisa tertawa. Bisa juga buta karena menolak kebenaran. Sebenarnya tahu
yang benar itu mana namun tidak mau melakukannya sehingga bisa menjadi buta. Buta
mata hatinya.
Dampak dari buta hati ini
tidak hanya dihitung di dunia saja terus berkelanjutan sampai ke akhirat. Bahkan
diterangkan nanti ketika bangkit dari kubur juga bisa tetap buta. Inilah yang
kita takuti. Karena manusia besok dibangkitkan disesuaikan dengan amalnya
ketika di dunia.
Bodoh secara literal
miskin ilmu sehingga tidak mempunyai ilmu. Wawasan yang dipunyai orang yang
bodoh juga terbatas. Bisa terjadi karena hal ini memandang sesuatu secara hitam
putih. Namun ada juga bodoh secara ruhani. Mengetahui ilmu namun tidak bisa
menyuarakan kebenaran. Sifat seperti ini bila menempel pada seseorang maka
secara otomatis menempel sifat kegelapan.
Ternyata sifat bodoh ini
disebabkan sifat-sifat tercela. Diantaranya sifat sombong, hasud, hiqt, bakhil,
ujub, ghibah dan khidzbu (berbohong). Sombong sudah jelas artinya tinggi hati
tidak mengakui kebenaran. Ada hasud ada hiqt. Hasud itu merasa tidak menerima
kebaikan yang diterima temannya lalu berusaha untuk menghilangkannya. Jadi ada
action atau aksi untuk merebut atau merusak nikmat yang diterima temannya. Sedangkan
hiqt masih sebatas iri saja. Iri dalam hati belum sampai aksi.
Penyakit yang berasal
dari sifat tercela ini susah untuk dihilangkan. Yang bisa mengetahui dan
menghilangkannya dari diri hanya yang bersangkutan sendiri. Orang lain tidak
akan tahu hal itu karena tempatnya di dalam hati. Padahal penyakit rohani ini
lebih berbahaya dari penyakit jasmani. Dan cara membersihkannya dengan dzikrullah,
dzikir kepada Allah, menjauhkan diri dari berbuat maksiat, menjaga diri dengan
lapar dan haus serta bertafakur. Ada qaul yang mengatakan bahwa orang yang
dekat Kanjeng Nabi besok di hari akhir adalah orang yang banyak laparnya dan
banyak bertafakur ketika di dunia. Wallahul a’lam bi alshawab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar