Senin, 30 Maret 2015

Penghalang Kegelapan

Membaca kitab sirrul asrar karya Syeh Abdul Qadri Aljilani. Kali ini dalam pengajian Ustadz Kharisudin Aqib menerangkan tentang penghalang kegelapan dan cahaya.
Buta bisa bermakna harfiah yakni tidak bisa melihat secara fisik. Bisa disebabkan sakit, asli sejak lahir dan kecelakaan sehingga tidak bisa melihat. Namun yang terlupakan oleh kita buta secara maknawi. Kelihatannya sehat segar bugar bisa melihat pemandangan alam sekitar namun buta mata hatinya. Melihat orang lain susah namun masih bisa tertawa. Bisa juga buta karena menolak kebenaran. Sebenarnya tahu yang benar itu mana namun tidak mau melakukannya sehingga bisa menjadi buta. Buta mata hatinya.
Dampak dari buta hati ini tidak hanya dihitung di dunia saja terus berkelanjutan sampai ke akhirat. Bahkan diterangkan nanti ketika bangkit dari kubur juga bisa tetap buta. Inilah yang kita takuti. Karena manusia besok dibangkitkan disesuaikan dengan amalnya ketika di dunia.
Bodoh secara literal miskin ilmu sehingga tidak mempunyai ilmu. Wawasan yang dipunyai orang yang bodoh juga terbatas. Bisa terjadi karena hal ini memandang sesuatu secara hitam putih. Namun ada juga bodoh secara ruhani. Mengetahui ilmu namun tidak bisa menyuarakan kebenaran. Sifat seperti ini bila menempel pada seseorang maka secara otomatis menempel sifat kegelapan.
Ternyata sifat bodoh ini disebabkan sifat-sifat tercela. Diantaranya sifat sombong, hasud, hiqt, bakhil, ujub, ghibah dan khidzbu (berbohong). Sombong sudah jelas artinya tinggi hati tidak mengakui kebenaran. Ada hasud ada hiqt. Hasud itu merasa tidak menerima kebaikan yang diterima temannya lalu berusaha untuk menghilangkannya. Jadi ada action atau aksi untuk merebut atau merusak nikmat yang diterima temannya. Sedangkan hiqt masih sebatas iri saja. Iri dalam hati belum sampai aksi.

Penyakit yang berasal dari sifat tercela ini susah untuk dihilangkan. Yang bisa mengetahui dan menghilangkannya dari diri hanya yang bersangkutan sendiri. Orang lain tidak akan tahu hal itu karena tempatnya di dalam hati. Padahal penyakit rohani ini lebih berbahaya dari penyakit jasmani. Dan cara membersihkannya dengan dzikrullah, dzikir kepada Allah, menjauhkan diri dari berbuat maksiat, menjaga diri dengan lapar dan haus serta bertafakur. Ada qaul yang mengatakan bahwa orang yang dekat Kanjeng Nabi besok di hari akhir adalah orang yang banyak laparnya dan banyak bertafakur ketika di dunia. Wallahul a’lam bi alshawab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar