Senin, 23 Februari 2015

Puasa HP

Bulan-bulan ini bagi siswa kelas IX menjadi waktu yang mendebarkan hati. Karena banyak agenda yang harus dilalui. Ada try out sampai beberapa kali, ujian semester, ujian praktek, UAMBN, Ujian Nasional yang waktunya berdekatan. Untuk menghadapi itu semua perlu kesiapan fisik dan psikis siswa.
“Semua waktu sebaiknya difokuskan untuk belajar. Perlu puasa HP,  main game, begadang, keluyuran malam ditambah dengan puasa sunah”, tegas Komari, S.Pd., pembina upacara hari Senin (23/2/2015).


HP bagi anak seperti kebutuhan akan makan. Bahkan bisa lebih. Bila tidak pegang smart phone sesaat bagaimana rasanya begitu. Begitulah kira-kira rasanya. Sebentar-sebentar kepala merunduk melihat layar untuk update status, memberi komentar, membalas ciutan teman dan masih banyak yang lain. Nyaris berkomunikasi dengan teman, orang tua semakin dingin. Seolah-olah hanya teman medsos saja yang menjadi teman sejati.
Itulah gambaran sekilas dari perilaku remaja sekarang ini. Akhirnya cuek dengan lingkungan sosial akhirnya menjadi asosial. Sebelum semuanya terlambat perlu disadari akan bahayanya hal ini. Update informasi, gadget yang canggih memang perlu. Namun jangan sampai menelantarkan kewajiban yang lebih utama. Bagi siswa waktu adalah belajar, belajar dan belajar.
Semoga kita semua bisa membagi waktu dengan baik dengan membuat skala  prioritas. Kewajiban ibadah adalah hal utama disusul berbuat baik kepada guru dan orang tua. Begitu juga belajar. Sedangkan berteman di medsos adalah kebutuhan yang kesekian. Setelah kewajiban utama diselesaikan. Bukan malah sebaliknya mengutamakan hal-hal yang pelengkap dan pemanis melupakan serta mengabaikan kewajiban. Dampaknya hidup akan berantakan. Semoga saja tidak.
Terkait dengan puasa sunah seperti puasa senin kamis, puasa baith (puasa tanggal 13, 14, 15), puasa bulan Rajab, puasa Daud dan semacamnya memang hal yang tidak terbantahkan kebaikannya. Ilmu perlu diiringi dengan “tirakat”. Agar bisa merasakan kemanfaatan ilmu. Dan bukti nyata telah banyak kita dengar dan kita baca. Misalnya Gus Dur karena tirakat kakek dan ayahnya. Pak Habibi yang brillian juga karena terbiasa puasa Senin Kamis. Wallahul a’lam bi al shawab. (Hadi).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar