Bulan-bulan ini bagi
siswa kelas IX menjadi waktu yang mendebarkan hati. Karena banyak agenda yang
harus dilalui. Ada try out sampai beberapa kali, ujian semester, ujian praktek,
UAMBN, Ujian Nasional yang waktunya berdekatan. Untuk menghadapi itu semua
perlu kesiapan fisik dan psikis siswa.
“Semua waktu sebaiknya
difokuskan untuk belajar. Perlu puasa HP, main game, begadang, keluyuran malam ditambah
dengan puasa sunah”, tegas Komari, S.Pd., pembina upacara hari Senin
(23/2/2015).
HP
bagi anak seperti kebutuhan akan makan. Bahkan bisa lebih. Bila tidak pegang
smart phone sesaat bagaimana rasanya begitu. Begitulah kira-kira rasanya. Sebentar-sebentar
kepala merunduk melihat layar untuk update status, memberi komentar, membalas ciutan
teman dan masih banyak yang lain. Nyaris berkomunikasi dengan teman, orang tua
semakin dingin. Seolah-olah hanya teman medsos saja yang menjadi teman sejati.
Itulah
gambaran sekilas dari perilaku remaja sekarang ini. Akhirnya cuek dengan
lingkungan sosial akhirnya menjadi asosial. Sebelum semuanya terlambat perlu
disadari akan bahayanya hal ini. Update informasi, gadget yang canggih memang
perlu. Namun jangan sampai menelantarkan kewajiban yang lebih utama. Bagi siswa
waktu adalah belajar, belajar dan belajar.
Semoga
kita semua bisa membagi waktu dengan baik dengan membuat skala prioritas. Kewajiban ibadah adalah hal utama
disusul berbuat baik kepada guru dan orang tua. Begitu juga belajar. Sedangkan berteman
di medsos adalah kebutuhan yang kesekian. Setelah kewajiban utama diselesaikan.
Bukan malah sebaliknya mengutamakan hal-hal yang pelengkap dan pemanis melupakan
serta mengabaikan kewajiban. Dampaknya hidup akan berantakan. Semoga saja
tidak.
Terkait
dengan puasa sunah seperti puasa senin kamis, puasa baith (puasa tanggal 13, 14,
15), puasa bulan Rajab, puasa Daud dan semacamnya memang hal yang tidak
terbantahkan kebaikannya. Ilmu perlu diiringi dengan “tirakat”. Agar bisa
merasakan kemanfaatan ilmu. Dan bukti nyata telah banyak kita dengar dan kita
baca. Misalnya Gus Dur karena tirakat kakek dan ayahnya. Pak Habibi yang
brillian juga karena terbiasa puasa Senin Kamis. Wallahul a’lam bi al shawab.
(Hadi).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar