Hari Jumat (07/11/2014)
tepat hari padang mbulan. Lailatul ijtimak ke-7 dilakukan di Musala Almuhibbin
Sanggrahan Pisang. Sanggrahan termasuk wilayah baru. Waktu saya kecil Sanggrahan
masih berupa tegalan (sawah untuk menanam palawija) dan letaknya agak jauh dari
pemukiman penduduk. Namun beberapa waktu terakhir pasca pengusiran orang Jawa
dari Aceh menjadi tempat pengungsian. Lama-kelamaan banyak warga desa yang ikut
tinggal di sana. Terutama yang tidak memiliki tempat tinggal.
Di
bawah hujan rintik-rintik acara berlangsung. Tidak dinyana jamaah yang hadir
lumayan banyak. Musala hampir penuh diisi jamaah laki-laki dan perempuan. Dari
warga Sanggrahan sendiri juga tidak sedikit.
Acara
diawali dengan Salat Isak berjamaah komplet dengan wiridan bakda maktubah. Wiridan
semacam ini ada yang menganggap hal-hal yang mengada-ada. Tidak ada contohnya
dari Nabi dan menghabiskan waktu saja. Namun bila dirunut lebih jauh tidak ada
bacaan wiridan yang salah semuanya ada dalilnya. Bila dikerjakan bersama-sama
maka tidak berat dan semoga amal saleh seperti ini yang bisa kita harapkan
menjadi bekal di hari kemudian.
Bila
tidak sabar barang 5-10 menit untuk duduk bakda maktubah lalu kapan lagi kita “mendekat”
kepada Sang Khalik. Bila menuruti kata hati lebih enak segera beraktivitas
keluar dari masjid. Memang bila dicerna aktivitas duniawi lebih menjanjikan
materi namun juga jangan dilupakan bahwa hati, pikiran juga membutuhkan nutrisi
sendiri untuk keseimbangan hidup. Sama seperti perut juga membutuhkan asupan
gizi yang memadai.
Acara
selanjutnya yakni salat taubat, salat hajat, dan salat tasbih yang dipimpin
oleh Rais syuriah NU Ranting Pisang, H. Basyari Utsman. Setelah acara rampung
dilanjutkan Pengajian Kitab Sulam Taufik oleh Wakil Rais Syuriyah, Bapak Moh.
Isro’. Diterangan syahadat tauhid bahwa setiap muslim wajib kiranya meyakini
dan mengimani bahwa Allah adalah ahad, wahid satu adanya.
Allahlah
yang membeberi rizki. Tugas dan kewajiban manusia adalah berikhtiar. Bila ikhtiar
telah dilakukan maka hasilnya disyukuri sebagai bentuk anugerah yang diterima. Bentuk
ikhtiar manusia bermacam-macam. Bisa dengan bertani, berdagang, menjadi
pegawai, menjadi perangkat desa, polisi dst. Semuanya diperbolehkan asal
halalan tayyiban. Bila kurang harus bersabar dan berikhtiar lagi.
Acara
selesai dengan ramah tamah. Senyampang hujan belum begitu deras jamaah segera
pamit untuk kerumah masing-masing. Wallahul a’lam bi al shawab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar