Selasa, 20 Januari 2015

NU Pisang Merutinkan Lailatul Ijtimak



Hari Jumat (07/11/2014) tepat hari padang mbulan. Lailatul ijtimak ke-7 dilakukan di Musala Almuhibbin Sanggrahan Pisang. Sanggrahan termasuk wilayah baru. Waktu saya kecil Sanggrahan masih berupa tegalan (sawah untuk menanam palawija) dan letaknya agak jauh dari pemukiman penduduk. Namun beberapa waktu terakhir pasca pengusiran orang Jawa dari Aceh menjadi tempat pengungsian. Lama-kelamaan banyak warga desa yang ikut tinggal di sana. Terutama yang tidak memiliki tempat tinggal.
Di bawah hujan rintik-rintik acara berlangsung. Tidak dinyana jamaah yang hadir lumayan banyak. Musala hampir penuh diisi jamaah laki-laki dan perempuan. Dari warga Sanggrahan sendiri juga tidak sedikit.
Acara diawali dengan Salat Isak berjamaah komplet dengan wiridan bakda maktubah. Wiridan semacam ini ada yang menganggap hal-hal yang mengada-ada. Tidak ada contohnya dari Nabi dan menghabiskan waktu saja. Namun bila dirunut lebih jauh tidak ada bacaan wiridan yang salah semuanya ada dalilnya. Bila dikerjakan bersama-sama maka tidak berat dan semoga amal saleh seperti ini yang bisa kita harapkan menjadi bekal di hari kemudian.
Bila tidak sabar barang 5-10 menit untuk duduk bakda maktubah lalu kapan lagi kita “mendekat” kepada Sang Khalik. Bila menuruti kata hati lebih enak segera beraktivitas keluar dari masjid. Memang bila dicerna aktivitas duniawi lebih menjanjikan materi namun juga jangan dilupakan bahwa hati, pikiran juga membutuhkan nutrisi sendiri untuk keseimbangan hidup. Sama seperti perut juga membutuhkan asupan gizi yang memadai.
Acara selanjutnya yakni salat taubat, salat hajat, dan salat tasbih yang dipimpin oleh Rais syuriah NU Ranting Pisang, H. Basyari Utsman. Setelah acara rampung dilanjutkan Pengajian Kitab Sulam Taufik oleh Wakil Rais Syuriyah, Bapak Moh. Isro’. Diterangan syahadat tauhid bahwa setiap muslim wajib kiranya meyakini dan mengimani bahwa Allah adalah ahad, wahid satu adanya.
Allahlah yang membeberi rizki. Tugas dan kewajiban manusia adalah berikhtiar. Bila ikhtiar telah dilakukan maka hasilnya disyukuri sebagai bentuk anugerah yang diterima. Bentuk ikhtiar manusia bermacam-macam. Bisa dengan bertani, berdagang, menjadi pegawai, menjadi perangkat desa, polisi dst. Semuanya diperbolehkan asal halalan tayyiban. Bila kurang harus bersabar dan berikhtiar lagi.  
Acara selesai dengan ramah tamah. Senyampang hujan belum begitu deras jamaah segera pamit untuk kerumah masing-masing. Wallahul a’lam bi al shawab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar