Tujuan tour kali ini ada empat
tujuan ke wilayah barat. Yakni Pantai Parangtritis, Museum Dirgantara, Candi
Borobudur dan Makam Gunungpring. Pada hari Senin (22/12/2014) pukul 20.15 WIB
berangkatlah 4 unit bus madrasah. Dengan iringan doa dari orang tua yang
mengantar 6 rombel kelas VIII berangkat dengan lancar.
Dengan didampingi oleh guru
pembimbing peserta tour (rihlah) melihat keagungan ayat-ayat Allah. Ayat-ayat
kauniyah yang tampak nyata dari penglihatan berupa Pantai Parangtritis yang
menawan. Debur ombaknya yang terus
menerus mengingatkan betapa agungnya Sang Pencipta. Dari sinilah akan terlihat
betapa kita takjub atas kekuasaan Allah. Dari sini akan timbul rasa syukur bias
melihat sendiri. Diharapkan akan lebih mendekat kepada sang Khalik.
Museum Dirgantara menjadi saksi bisu
betapa para pejuang mulai dari nol membangun kekuatan udara dalam merebut dan
mempertahankan Kemerdekaan RI. Akan bias melihat betapa para pejuang berkorban
dan berjuang apa saja untuk meraih cita-cita kemerdekaan dan sumbangsihnya
dalam mempertahankan kedaulatan Negara hingga sekarang ini. Ada nilai-nilai patriotisme,
cinta tanah air yang perlu ditanamkan kepada generasi penerus. Bahwa untuk
merebut kemerdekaan bukanlah hal yang mudah. Pengorbanan baik harta, nyawa,
darah, dan semuanya tidak bias dihitung dengan materi. Bagitu ikhlasnya para
pejuang. Tidak melihat dan menghitung anggaran harus tersedia? Bagaimana harus menunggu
anggaran perang sedangkan musuh sudah dihadapan. Resikonya ditembak atau
menembak. Membunuh atau dibunuh. Sebagai generasi penerus sudah seharusnya
meneruskan karakter para pejuang untuk mengisi kemerdekaan yang sudah di raih.
Candi Borobudur sebagai salah satu
warisan peradaban dunia. Hal ini menunjukkan sebenarnya nenek moyang kita sudah
mempunyai peradaban yang luar biasa di masa lalu. Seni bangunan, seni
arsitektur dan antusiasme membangun karya yang besar dan bias diwariskan kepada
generasi mendatang. Hal ini bias diketahui dari kemegahan candi sendiri dan
lebih detail bagaimana pembangunan, latar belakang situs, renovasi dan
lain-lain bias dilihat dari film documenter karya Garin Nugroho yang bias dilihat
dari ruang informasi Candi Borobudur.
Pengelola Candi Borobudur berusaha
berbenah. Mungkin oleh karena pengelolanya yang berupa perseroan terbatas
bagian dari menteri BUMN dan ditangani oleh direktur perempuan yang masih muda
belum berusia 30an. Mungkin dengan sentuhan dingin tenaga yang masih fresh
menjadikan suatu institusi bias berkecepatan tinggi.
Yang terasa berbeda diantaranya
loket tiket lyang berubah menjadi corporate, toilet yang bersih, beragam
penampilan seni dan wahana yang banyak dan bias dikunjungi. Walau harus bayar
lagi namun karena pelayanan yang memuaskan sehingga pengunjung tidak terasa
mengeluarkan kocek yang lebih dalam.
Ketika tiba di situs Gunung Pring
tempat disemayamkannya waliyullah Kiai Dalhar dan Raden Santri suasana hujan
deras. Sehingga untuk naik ke makam membutuhkan perjuangan yang ekstra. Akhirnya
semua tujuan bias dikunjungi dan relative lancer. Tiba kembali di madrasah
sekitar jam 02.00 WIB dini hari berikutnya. Wallahu a’lam bi al shawab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar