Beberapa hari yang lalu adalah
salah satu guru MTsN Termas yang kembali
kehadirat Allah Swt. Namanya Ibu Nur Rahmah. Beliau pensiun tahun 2004.
Walaupun saya belum pernah satu kantor karena saya masuk di madrasah ini tahun
2008. Ketika diajak untuk takziyah ke beliau saya ikut saja. Sebagai bentuk
penghormatan terakhir kepada beliau yang senior juga mudah-mudahan member
hikmah bagi saya pribadi khususnya. Semoga amal saleh almarhumah diterima
disisiNya, segala dosa dimaafkan, beri
keluasan dan terang kuburnya, diakui sebagai umat Nabi Muhammad dan
mendapatkan syafaatnya serta dimasukkan surga atas rahmat Allah. Amin.
Takziyah identik dengan
mengingat kematian. Pada dasarnya manusia adalah camat, calon mati. Semuanya
pasti mengalaminya. Meninggal di usia bayi, anak-anak, remaja, tua bahkan mau
menikahpun juga pantas. Yang belum pantas adalah sudah siapkah untuk menuju
kehidupan berikutnya. Makanya Syeh Muad sebagaimana dijelaskan oleh Kiai
Hasanudin Pandanasri ketika di pengajian kita dianjurkan membangun makam
sebelum meninggal. Maksudnya bukan disuruh membangun kijingan di kuburan namun
mempersiapkan amal saleh untuk dibawa ke alam barzah.
Setelah bertemu dengan
sohibul musibah dan salat jenazah angkatan ke-21 saya menunggu jenazah
diberangkatkan. Lumayan lama menunggunya. Berangkat jam 08.05 diberangkatkan
sekitar jam 10.05 karena menunggu putranya datang dari Sulawesi. Sambil menunggu
saya mencari kolega atau teman untuk bersilaturahmi. Pertama ketemu dengan
pegawai kampus waktu menempuh S1. Hingga kini masih seperti dulu dan bahkan
putra sulungnya sudah kelas 6 MI. Alhamdulillah kabar beliau sehat-sehat saja.
Lalu bertemu dengan pengurus
ormas keagamaan di daerah pelosok Nganjuk. Karena sudah senior bahkan
jabatannya yang dituakan, lalu dijabatan PNS juga senior dan hubungan juga agak
dekat karena isteri beliau juga dekat dengan isteri saya sehingga saya lebih
banyak mendengar.
Ada hal yang menarik dari
pembicaraan ini diantaranya dalam memilih menantu. Putri sulungnya sudah
selesai kuliah dan sekarang mengabdi di madrasah yang didirikan orang tuanya. Dan
aktif di organisasi pelajar. Usia pasca sarjanaa bagi anak perempuan adalah
mencarikan jodoh. Dalam hal ini beliau memberi
kebebasan bagi putrinya untuk memilih sendiri. Karena beranggapan pilihan orang
tua tidak sama dengan pilihan anak jaman sekarang. Asal harus baik pendidikan
agamanya. Akhirnya disetujui menikah dengan juga aktivis organisasi pelajar. Mengenai
pekerjaan calon menantu bukan menjadi factor utama. Karena menurut beliau seorang
yang mempunyai ilmu haruslah bias survive hidupnya.
Kedua, hidup tidak
neko-neko. Dalam jenjang kepegawaian beliau sudah golongan IV. Secara matematis
gaji dan tunjangan yang diterima tiap bulan layak untuk hidup sekeluarga. Biasanya
tingkat ekonomi akan berhubungan tegak lurus dengan status social dan
pergaulan. Yang saya lihat di sekitar dalam pergaulan biasanya yang dibahas
adalah mobil, tanah, rumah, aseksori hidup yang intinya sudah kategori
sekunder.
Namun beliau menanggapi
secara santai saja. Dapat rizki digunakan untuk keperluan keluarga. Dan baru
membeli mobil setelah merasa bila ada keperluan keluar sudah tidak bias membawa
seluruh anggota keluarga bila hanya naik sepeda. Akhirnya membeli mobil,
padahal teman-temannya sudah lama membelinya. Begitu jabatan. Sebenarnya banyak
tawaran untuk menjadi kepala sekolah negeri. Lagi-lagi beliau merasa tidak
sanggup dengan beban kepala sekolah dengan segala aktivitasnya. Menikmati sebagai
guru biasa saja.
Ketiga,
ngopeni pendidikan alif ba ta hidup akan berkah. Tidak lupa beliau melungkan
waktu untuk ngopeni pendidikan keagamaan. Tidak hanya mengajar, menyediakan
sarana prasarana juga menjaga kelestarian pembelajaran. Hingga memikirkan honor
guru-gurunya. Dimaklumi bahwa lembaga pendidikan keagamaan harus bias hidup
mandiri tanpa uluran bantuan pemerintah. Jadi dibutuhkan kepedulian dari banyak
orang. Dan orang semacam ini jumlahnya sedikit.
Keempat, Tidak suka dengan
orang yang meminta jabatan. Seorang pemimpin dipilih karena mempunyai kapasitas
dan kualitas. Namun bila ada orang yang secara terang-terangan meminta suatu
jabatan maka pastilah dia mempunyai agenda tersembunyi. Begitulah alasan beliau
dalam hal ini. Di salah satu madrasahnya sekarang ini membutuhkan figure kepala
madrasah pengganti. Karena sudah 19 tahun terpaksa beliau pegang. Namun bila
ada orang yang mengajukan diri berarti ada sesuatu dibelakangnya. Beliau lebih
menyukai orang yang tidak mempunyai ambisi namun bisa amanah bila diserahi
tugas. Bagaimana dengan anda? Wallahu a’lam
bi al shawab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar