Jumat, 07 November 2014

Ilmu Dari mana-mana



Beberapa hari yang lalu adalah salah satu guru MTsN Termas  yang kembali kehadirat Allah Swt. Namanya Ibu Nur Rahmah. Beliau pensiun tahun 2004. Walaupun saya belum pernah satu kantor karena saya masuk di madrasah ini tahun 2008. Ketika diajak untuk takziyah ke beliau saya ikut saja. Sebagai bentuk penghormatan terakhir kepada beliau yang senior juga mudah-mudahan member hikmah bagi saya pribadi khususnya. Semoga amal saleh almarhumah diterima disisiNya, segala dosa dimaafkan, beri  keluasan dan terang kuburnya, diakui sebagai umat Nabi Muhammad dan mendapatkan syafaatnya serta dimasukkan surga atas rahmat Allah. Amin.
Takziyah identik dengan mengingat kematian. Pada dasarnya manusia adalah camat, calon mati. Semuanya pasti mengalaminya. Meninggal di usia bayi, anak-anak, remaja, tua bahkan mau menikahpun juga pantas. Yang belum pantas adalah sudah siapkah untuk menuju kehidupan berikutnya. Makanya Syeh Muad sebagaimana dijelaskan oleh Kiai Hasanudin Pandanasri ketika di pengajian kita dianjurkan membangun makam sebelum meninggal. Maksudnya bukan disuruh membangun kijingan di kuburan namun mempersiapkan amal saleh untuk dibawa ke  alam barzah.
Setelah bertemu dengan sohibul musibah dan salat jenazah angkatan ke-21 saya menunggu jenazah diberangkatkan. Lumayan lama menunggunya. Berangkat jam 08.05 diberangkatkan sekitar jam 10.05 karena menunggu putranya datang dari Sulawesi. Sambil menunggu saya mencari kolega atau teman untuk bersilaturahmi. Pertama ketemu dengan pegawai kampus waktu menempuh S1. Hingga kini masih seperti dulu dan bahkan putra sulungnya sudah kelas 6 MI. Alhamdulillah kabar beliau sehat-sehat saja.
Lalu bertemu dengan pengurus ormas keagamaan di daerah pelosok Nganjuk. Karena sudah senior bahkan jabatannya yang dituakan, lalu dijabatan PNS juga senior dan hubungan juga agak dekat karena isteri beliau juga dekat dengan isteri saya sehingga saya lebih banyak mendengar.
Ada hal yang menarik dari pembicaraan ini diantaranya dalam memilih menantu. Putri sulungnya sudah selesai kuliah dan sekarang mengabdi di madrasah yang didirikan orang tuanya. Dan aktif di organisasi pelajar. Usia pasca sarjanaa bagi anak perempuan adalah mencarikan  jodoh. Dalam hal ini beliau memberi kebebasan bagi putrinya untuk memilih sendiri. Karena beranggapan pilihan orang tua tidak sama dengan pilihan anak jaman sekarang. Asal harus baik pendidikan agamanya. Akhirnya disetujui menikah dengan juga aktivis organisasi pelajar. Mengenai pekerjaan calon menantu bukan menjadi factor utama. Karena menurut beliau seorang yang mempunyai ilmu haruslah bias survive hidupnya.
Kedua, hidup tidak neko-neko. Dalam jenjang kepegawaian beliau sudah golongan IV. Secara matematis gaji dan tunjangan yang diterima tiap bulan layak untuk hidup sekeluarga. Biasanya tingkat ekonomi akan berhubungan tegak lurus dengan status social dan pergaulan. Yang saya lihat di sekitar dalam pergaulan biasanya yang dibahas adalah mobil, tanah, rumah, aseksori hidup yang intinya sudah kategori sekunder.
Namun beliau menanggapi secara santai saja. Dapat rizki digunakan untuk keperluan keluarga. Dan baru membeli mobil setelah merasa bila ada keperluan keluar sudah tidak bias membawa seluruh anggota keluarga bila hanya naik sepeda. Akhirnya membeli mobil, padahal teman-temannya sudah lama membelinya. Begitu jabatan. Sebenarnya banyak tawaran untuk menjadi kepala sekolah negeri. Lagi-lagi beliau merasa tidak sanggup dengan beban kepala sekolah dengan segala aktivitasnya. Menikmati sebagai guru biasa saja.
Ketiga, ngopeni pendidikan alif ba ta hidup akan berkah. Tidak lupa beliau melungkan waktu untuk ngopeni pendidikan keagamaan. Tidak hanya mengajar, menyediakan sarana prasarana juga menjaga kelestarian pembelajaran. Hingga memikirkan honor guru-gurunya. Dimaklumi bahwa lembaga pendidikan keagamaan harus bias hidup mandiri tanpa uluran bantuan pemerintah. Jadi dibutuhkan kepedulian dari banyak orang. Dan orang semacam ini jumlahnya sedikit.
Keempat, Tidak suka dengan orang yang meminta jabatan. Seorang pemimpin dipilih karena mempunyai kapasitas dan kualitas. Namun bila ada orang yang secara terang-terangan meminta suatu jabatan maka pastilah dia mempunyai agenda tersembunyi. Begitulah alasan beliau dalam hal ini. Di salah satu madrasahnya sekarang ini membutuhkan figure kepala madrasah pengganti. Karena sudah 19 tahun terpaksa beliau pegang. Namun bila ada orang yang mengajukan diri berarti ada sesuatu dibelakangnya. Beliau lebih menyukai orang yang tidak mempunyai ambisi namun bisa amanah bila diserahi tugas. Bagaimana dengan anda? Wallahu a’lam  bi al shawab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar