Selasa, 11 November 2014

Haul ke-1 H. Saifuddin dan Ibu Masruchah



Hari Sabtu (11/10/2014) dilaksanakan haul ke-1 H. Saifudin dan Ibu Masruchah. Dengan acara tahlil dengan diimami Gus Juwaini Ghozali, Pengasuh Pondok Pesantren Pandanasri. Beliau berdua adalah bapak dan ibu penulis. Mengapa peringatannya dibuat bersamaan? Memang jarak beliau dipanggil Allah hanya berjarak sekitar 40 hari.
Setelah memperingati hari ke-40 hari meninggalnya Bapak, Ibu kecapekan menghormat tamu. Dan selama masa berkabung  Ibu tidak keluar rumah. Sehingga jadwal kontrol berobat tertunda. Memang ada rencana setelah selamatan. Namun ternyata itu adalah berobat ke rumah sakit yang terakhir kalinya. Dan beliau meninggal di sebuah rumah sakit di Pare.
Tanpa terasa sudah satu tahun kami anak-anaknya ditinggal beliau berdua. Suatu hal yang tidak terduga sebelumnya. Namun bagaimanapun ini sudah takdir yang harus kami terima dengan ikhlas. Hanya terasa kami belum bisa berbuat baik kepada kedua orang tua.
Kami merasa begitu cinta beliau berdua kepada anak-anaknya. Semua anak diberikan pendidikan minimal madrasah aliyah. Suatu tingkatan lebih tinggi karena orang tua hanya berpendidikan madrasah tsanawiyah. Bila ada yang sampai perguruan tinggi ini adalah dorongan beliau agar kami menjadi orang yang berguna. Untuk hal ini beliau bekerja keras siang malam untuk tercukupinya kebutuhan keluarga.
Teringat beliau harus lembur tiap hari di sebuah pabrik gula di wilayah sekitar rumah. Apalagi musim giling. Tercatat beliau bekerja di pabrik selama 35 tahun. Ini bisa dibuktikan dari penerimaan medali penghargaan dari perusahaan. Buah dari jerih payah ini beliau bisa mengantarkan kami bisa bersekolah dan di akhir masa kerja beliau bisa menunaikan ibadah haji di tahun 2004.
Disaat beliau sudah tiada kami semua sudah berkeluarga. Dan sudah bekerja di profesi masing-masing. Ada yang guru, polisi dan pegawai kantor. Saya, adik nomer dua yang tinggal di Pare dan ketiga sudah berkeluarga tinggal di Ngawi. Praktis hampir setahun rumah beliau kosong karena kami semua sudah tinggal di rumah masing-masing. Agar bermanfaat rumah beliau digunakan untuk kelompok belajar khadijah 2 Pisang yang mendidikan anak-anak usia dini.
Kedua orang tua kami termasuk orang yang hemat. Hingga beliau setahun meninggal masih ada gabah yang tersisa. Selain beliau berdua tipe pekerja keras, hemat, hidup sederhana adalah istikomah salat berjamaah. Setiap hari bapak salat berjamaah lima waktu di masjid. Padahal jarak rumah dengan masjid sekitar 300 meter. Memang beliau khadim di masjid. Bila tidak ada sepeda motor beliau naik sepeda ontel. Dan yang saya ingat bila tidak ada acara sehabis isya’ beliau mampir ke rumah bercanda dengan anak-anak saya. Sedang ibu salat berjamaah di musala sebelah rumah.
Saya kagum pada ibu yang setiap hari istikomah mengaji alquran. Pernah beliau berpesan agar saya senantiasa membaca surat yasin, arrahman, waqiah dan almulk setiap hari. Namun saya belum bisa melaksanakannya setiap hari hingga sekarang ini. Ibu selalu mengingatkan agar lekas ke musala bila sudah adzan untuk menunaikan salat berjamaah.
Bapak Ibu kami tidak bisa membalas budi baik Jenengan. Mohon maaf atas segala salah, khilaf dan dosa kami. Pesan Bapak Ibu akan selalu kami ingat dan berusaha kami laksanakan. Semoga amal saleh Panjenengan diterima, diampuni segala dosa, diberi keluasan dan penerangan di alam kubur, diakui sebagai umat Kanjeng Nabi Muhammad dan mendapat syafaat beliau, dan dimasukkan surga atas rahmat Allah. Amin. Wallahu a’lam bi al shawab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar