Hari Sabtu (11/10/2014)
dilaksanakan haul ke-1 H. Saifudin dan Ibu Masruchah. Dengan acara tahlil
dengan diimami Gus Juwaini Ghozali, Pengasuh Pondok Pesantren Pandanasri. Beliau
berdua adalah bapak dan ibu penulis. Mengapa peringatannya dibuat bersamaan?
Memang jarak beliau dipanggil Allah hanya berjarak sekitar 40 hari.
Setelah memperingati hari
ke-40 hari meninggalnya Bapak, Ibu kecapekan menghormat tamu. Dan selama masa
berkabung Ibu tidak keluar rumah. Sehingga
jadwal kontrol berobat tertunda. Memang ada rencana setelah selamatan. Namun ternyata
itu adalah berobat ke rumah sakit yang terakhir kalinya. Dan beliau meninggal
di sebuah rumah sakit di Pare.
Tanpa terasa sudah satu
tahun kami anak-anaknya ditinggal beliau berdua. Suatu hal yang tidak terduga
sebelumnya. Namun bagaimanapun ini sudah takdir yang harus kami terima dengan
ikhlas. Hanya terasa kami belum bisa berbuat baik kepada kedua orang tua.
Kami merasa begitu cinta
beliau berdua kepada anak-anaknya. Semua anak diberikan pendidikan minimal
madrasah aliyah. Suatu tingkatan lebih tinggi karena orang tua hanya
berpendidikan madrasah tsanawiyah. Bila ada yang sampai perguruan tinggi ini
adalah dorongan beliau agar kami menjadi orang yang berguna. Untuk hal ini
beliau bekerja keras siang malam untuk tercukupinya kebutuhan keluarga.
Teringat beliau harus
lembur tiap hari di sebuah pabrik gula di wilayah sekitar rumah. Apalagi musim
giling. Tercatat beliau bekerja di pabrik selama 35 tahun. Ini bisa dibuktikan
dari penerimaan medali penghargaan dari perusahaan. Buah dari jerih payah ini
beliau bisa mengantarkan kami bisa bersekolah dan di akhir masa kerja beliau
bisa menunaikan ibadah haji di tahun 2004.
Disaat beliau sudah tiada
kami semua sudah berkeluarga. Dan sudah bekerja di profesi masing-masing. Ada yang
guru, polisi dan pegawai kantor. Saya, adik nomer dua yang tinggal di Pare dan
ketiga sudah berkeluarga tinggal di Ngawi. Praktis hampir setahun rumah beliau
kosong karena kami semua sudah tinggal di rumah masing-masing. Agar bermanfaat
rumah beliau digunakan untuk kelompok belajar khadijah 2 Pisang yang mendidikan
anak-anak usia dini.
Kedua orang tua kami
termasuk orang yang hemat. Hingga beliau setahun meninggal masih ada gabah yang
tersisa. Selain beliau berdua tipe pekerja keras, hemat, hidup sederhana adalah
istikomah salat berjamaah. Setiap hari bapak salat berjamaah lima waktu di
masjid. Padahal jarak rumah dengan masjid sekitar 300 meter. Memang beliau
khadim di masjid. Bila tidak ada sepeda motor beliau naik sepeda ontel. Dan yang
saya ingat bila tidak ada acara sehabis isya’ beliau mampir ke rumah bercanda
dengan anak-anak saya. Sedang ibu salat berjamaah di musala sebelah rumah.
Saya kagum pada ibu yang
setiap hari istikomah mengaji alquran. Pernah beliau berpesan agar saya
senantiasa membaca surat yasin, arrahman, waqiah dan almulk setiap hari. Namun saya
belum bisa melaksanakannya setiap hari hingga sekarang ini. Ibu selalu
mengingatkan agar lekas ke musala bila sudah adzan untuk menunaikan salat
berjamaah.
Bapak Ibu kami tidak bisa
membalas budi baik Jenengan. Mohon maaf atas segala salah, khilaf dan dosa
kami. Pesan Bapak Ibu akan selalu kami ingat dan berusaha kami laksanakan. Semoga
amal saleh Panjenengan diterima, diampuni segala dosa, diberi keluasan dan
penerangan di alam kubur, diakui sebagai umat Kanjeng Nabi Muhammad dan
mendapat syafaat beliau, dan dimasukkan surga atas rahmat Allah. Amin. Wallahu a’lam
bi al shawab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar