Seperti biasanya malam Jumat ada kegiatan tahlilan Jamiyah Tahlil wa Taklim Babussalam. Walau ada hujan rintik-rintik saya berusaha juga untuk datang bersama anggota yang lain. Kegiatan semacam ini sebagai ajang silaturahmi antar warga. Suatu kearifan social yang perlu dijaga dan dilestarikan. Tadi malam acara ini berlangsung di rumah Mbah Rimin. Untuk menuju ke lokasi harus melewati gang kecil dan kandang sapi. Rumah pas di bawah barongan (rumpun bambo) di pinggir sawah.
Dari sisi manfaat social akan terjalin
keakraban, kohesifitas social, bisa memecahkan masalah antar warga dan menambah
wawasan keagamaan. Dan tentu saja ritual tahlil sebagai bagian kehidupan yang
tidak terpisahkan. Tahlil adalah berkirim doa untuk para leluhur si empunya
rumah dan juga leluhur para yang hadir umumnya kaum muslimin dan muslimat. Bisa
diartikan juga bentuk kearifan untuk birrul walidain kepada para leluhur.
Bila ditilik lebih jauh forum atau
komunitas semacam ini sebagai bentuk warisan para walisongo yang menyebarkan
dakwah Islam yang ramah. Mengajak beribadah kepada Allah dengan tidak
mengedepankan emosi. Ada hubungan yang simpatik dengan komunitas lain. Tidak
saling menegasikan. Seperti saat ini isu terorisme merebak. Islam terlihat
sebagai agama yang garang, agama pemarah dan kelihatan mencari musuh.
Selain tahlil ada pengajian yang
diberikan. Tadi malam yang mengaji adalah Pak Isro’. Beliau menyitir hadits
nabi yang tertulis di Kitab Tanbihul Ghofilin terkait persiapan di hari Jumat. Sebelum
berangkat salat jumat dianjurkan untuk berwudu dengan sempurna. Ini bisa
dilakukan bila dilakukan tidak tergesa-gesa.
Untuk itu berdasar pengalaman maka
persiapan perlu waktu yang cukup. Bila pulang dari bekerja ada rentang waktu
cukup sekitar 20 menit. Ini untuk mandi, potong kuku, menyiapkan baju yang
bersih dan berjalan kaki. Mengenai yang terakhir diniati juga untuk sambil
berolahraga. Namun bila jarak rumah-masjid jauh mangga saja naik sepeda atau
sepeda motor.
Wudu sempurna maksudnya memenuhi syarat
rukunnya. Mulai jumlah air atau caranya. Dibasuh atau diusap tiga kali. Juga sesuai
anggota badan yang dibasuh. Lalu dilengkapi dengan doa sesudah wudu dan membaca
surat alinsyirah. Sambil menghadap ke kiblat.
Mandi juga dianjurkan agar ketika di
masjid berkumpul dengan jamaah yang banyak bisa terasa segar dan bau yang
harum. Sehingga jamaah yang lain juga merasa nyaman. Terlebih lagi bisa
konsentrasi untuk mendengarkan khutbah.
Bilal jumat sebelum khutbah biasanya
membacakan hadith yang diantaranya adalah anshituu was ma’uu. Anshituu ini bisa
bermakna nengklengakan (bahasa Jawa) memperhatikan dengan seksama. Tidak diselingi
dengan kegiatan lain. Bahkan menegur anak
yang ramai walau dengan isyarat saja tidak boleh. Juga memutar tasbih
untuk dzikir. Karena bisa lagho (sia-sia salat Jumatnya).
Khutbah Jumat ini adalah bagian penting. Karena
ada dua khutbah sehingga jumlah rakaatnya salat menjadi dua. Bila dhuhur
seperti biasa ada empat rakaat. Dikandung maksud juga untuk merefresh wawasan
agama kita selama sepekan. Agar segar kembali. Bukankah setiap khutbah kita
dianjurkan untuk meningkatkan takwa kepada Allah. Maka kewajiban salat Jumat
menjadi kebutuhan disamping adalah kewajiban.
Dzikir adalah hal yang baik. Terkadang juga
dengan memutar tasbih. Namun harus tahu waktunya. Dzikir kalau sudah focus maka
tidak akan ingat apa-apa. Bila waktu sang Khotib khutbah lalu jamaah memutar
tasbih berdzikir lalu siapa yang mendengarkan khutbah? Sebaiknya dzikir
ditempatkan pada tempatnya. Bisa sesudah salat Jumat. Toh ini adalah ritual
pribadi. Terkadang ketika memutar tasbih ini menarik perhatian jamaah yang
lain. Karena terasa aneh.
Dengan mendengar khutbah ada wawasan baru
atau memperbarui wawasan. Dengan wawasan ini sebagai bekal kehidupan ke depan. Menjadi
pegangan agar berjalan sesuai relnya. Ada yang menarik mengenai anshituu ini. Ceramah
atau pidato atau khutbah adalah orasi dari satu pihak kepada audien. Audien hanya
mendengar dan mengandalkan memori. Sedangkan daya ingat kita tidak lama. Memang
tingkat dhobit orang sekarang beda dengan jaman dahulu.
Lalu agar ilmu yang didapat selama khutbah
bisa bermanfaat, awet, dan bisa dishare dengan orang lain apa boleh dengan
ditulis? Ada teman yang menganggap tengkleng dengan menulis lebih
konsentrasi karena focus dengan apa yang
disampaikan. Nah, bagaimana anda?
Acara tahlil dengan pengajian sebentar
sudah usai. Tuan rumah memberi suguhan soto daging untuk makan malam dengan
buah pisang hasil kebun sendiri. Setelah dirasa cukup, acara ditutup lalu para
jamaah berjalan menuju masjid untuk menunaikan salat isak. Wallahul a’lam bi al
shawab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar