Jumat, 21 November 2014

Hari Jumat


Seperti biasanya malam Jumat ada kegiatan tahlilan Jamiyah Tahlil wa Taklim Babussalam. Walau ada hujan rintik-rintik saya berusaha juga untuk datang bersama anggota yang lain. Kegiatan semacam ini sebagai ajang silaturahmi antar warga. Suatu kearifan social yang perlu dijaga dan dilestarikan. Tadi malam acara ini berlangsung di rumah Mbah Rimin. Untuk menuju ke lokasi harus melewati gang kecil dan kandang sapi. Rumah pas di bawah barongan (rumpun bambo) di pinggir sawah.
Dari sisi manfaat social akan terjalin keakraban, kohesifitas social, bisa memecahkan masalah antar warga dan menambah wawasan keagamaan. Dan tentu saja ritual tahlil sebagai bagian kehidupan yang tidak terpisahkan. Tahlil adalah berkirim doa untuk para leluhur si empunya rumah dan juga leluhur para yang hadir umumnya kaum muslimin dan muslimat. Bisa diartikan juga bentuk kearifan untuk birrul walidain kepada para leluhur.
Bila ditilik lebih jauh forum atau komunitas semacam ini sebagai bentuk warisan para walisongo yang menyebarkan dakwah Islam yang ramah. Mengajak beribadah kepada Allah dengan tidak mengedepankan emosi. Ada hubungan yang simpatik dengan komunitas lain. Tidak saling menegasikan. Seperti saat ini isu terorisme merebak. Islam terlihat sebagai agama yang garang, agama pemarah dan kelihatan mencari musuh.
Selain tahlil ada pengajian yang diberikan. Tadi malam yang mengaji adalah Pak Isro’. Beliau menyitir hadits nabi yang tertulis di Kitab Tanbihul Ghofilin terkait persiapan di hari Jumat. Sebelum berangkat salat jumat dianjurkan untuk berwudu dengan sempurna. Ini bisa dilakukan bila dilakukan tidak tergesa-gesa.
Untuk itu berdasar pengalaman maka persiapan perlu waktu yang cukup. Bila pulang dari bekerja ada rentang waktu cukup sekitar 20 menit. Ini untuk mandi, potong kuku, menyiapkan baju yang bersih dan berjalan kaki. Mengenai yang terakhir diniati juga untuk sambil berolahraga. Namun bila jarak rumah-masjid jauh mangga saja naik sepeda atau sepeda motor.
Wudu sempurna maksudnya memenuhi syarat rukunnya. Mulai jumlah air atau caranya. Dibasuh atau diusap tiga kali. Juga sesuai anggota badan yang dibasuh. Lalu dilengkapi dengan doa sesudah wudu dan membaca surat alinsyirah. Sambil menghadap ke kiblat.
Mandi juga dianjurkan agar ketika di masjid berkumpul dengan jamaah yang banyak bisa terasa segar dan bau yang harum. Sehingga jamaah yang lain juga merasa nyaman. Terlebih lagi bisa konsentrasi untuk mendengarkan khutbah.
Bilal jumat sebelum khutbah biasanya membacakan hadith yang diantaranya adalah anshituu was ma’uu. Anshituu ini bisa bermakna nengklengakan (bahasa Jawa) memperhatikan dengan seksama. Tidak diselingi dengan kegiatan lain. Bahkan menegur anak  yang ramai walau dengan isyarat saja tidak boleh. Juga memutar tasbih untuk dzikir. Karena bisa lagho (sia-sia salat Jumatnya).
Khutbah Jumat ini adalah bagian penting. Karena ada dua khutbah sehingga jumlah rakaatnya salat menjadi dua. Bila dhuhur seperti biasa ada empat rakaat. Dikandung maksud juga untuk merefresh wawasan agama kita selama sepekan. Agar segar kembali. Bukankah setiap khutbah kita dianjurkan untuk meningkatkan takwa kepada Allah. Maka kewajiban salat Jumat menjadi kebutuhan disamping adalah kewajiban.
Dzikir adalah hal yang baik. Terkadang juga dengan memutar tasbih. Namun harus tahu waktunya. Dzikir kalau sudah focus maka tidak akan ingat apa-apa. Bila waktu sang Khotib khutbah lalu jamaah memutar tasbih berdzikir lalu siapa yang mendengarkan khutbah? Sebaiknya dzikir ditempatkan pada tempatnya. Bisa sesudah salat Jumat. Toh ini adalah ritual pribadi. Terkadang ketika memutar tasbih ini menarik perhatian jamaah yang lain. Karena terasa aneh.
Dengan mendengar khutbah ada wawasan baru atau memperbarui wawasan. Dengan wawasan ini sebagai bekal kehidupan ke depan. Menjadi pegangan agar berjalan sesuai relnya. Ada yang menarik mengenai anshituu ini. Ceramah atau pidato atau khutbah adalah orasi dari satu pihak kepada audien. Audien hanya mendengar dan mengandalkan memori. Sedangkan daya ingat kita tidak lama. Memang tingkat dhobit orang sekarang beda dengan jaman dahulu.
Lalu agar ilmu yang didapat selama khutbah bisa bermanfaat, awet, dan bisa dishare dengan orang lain apa boleh dengan ditulis? Ada teman yang menganggap tengkleng dengan menulis lebih konsentrasi  karena focus dengan apa yang disampaikan. Nah, bagaimana anda?
Acara tahlil dengan pengajian sebentar sudah usai. Tuan rumah memberi suguhan soto daging untuk makan malam dengan buah pisang hasil kebun sendiri. Setelah dirasa cukup, acara ditutup lalu para jamaah berjalan menuju masjid untuk menunaikan salat isak. Wallahul a’lam bi al shawab.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar