Kemampuan
menulis siswa sekarang ini dinilai menurun. Menulis bagi siswa dianggap sebagai
momok yang menakutkan, harus dijauhi dan jangan sampai mendapat tugas untuk
menulis. Menulis bila dijaman sekolah saya dahulu dinamakan mengarang. Walau
tidak bias mengarang seperti para novelis yang bukunya best seller namun memang
diakui kemampuan menulis belum diasah dan tidak diarahkan sehingga mempunyai
kemampuan menulis.
Bukti
dari hal ini adalah buku catatan siswa yang masih kosong melompong. Kemampuan
siswa masih mengutamakan kemampuan bicara belum diimbangi dengan kemampuan
menulis. Untuk mengurai hal ini sedikit perlu mengolah otak sekiranya bias
untuk memulai dan menyemangati siswa agar doyan menulis. Tentu saja menulis
dalam bentuk sederhana terlebih dahulu.
Terbersit
pikiran dimulai dari hal yang sederhana. Sekarang ini kayaknya tidak ada siswa
yang tidak pegang HP. Memang ada timbul gejala bila tidak pegang HP tidak
style, tidak gaul. Memang zaman sudah berubah. Dalam hal menulis SMS siswa
sudah sangat biasa, familiar bahkan dengan tanpa melihat huruf sudah bias.
Karena mungkin sudah seringnya menulis SMS.
Bila
menulis SMS saja bias berarti menulis hal yang sederhana dari kegiatan
sehari-hari pasti bias. Misalnya aktivitas yang dilakukan setelah bangun tidur
hingga berangkat ke madrasah, bias juga materi pelajaran yang diterima di hari
kemarin, kegiatan madrasah yang diikuti misalnya pramuka dan sejenisnya,
perasaan yang dirasakan bias juga ditulis. Atau bias juga cerita lucu yang
ditemui. Seperti kemarin ada cerita siswa tentang temannya yang tersedak tempe
saat makan nasi goreng. Memang ide banyak namun untuk mengawalinya yang susah.
Hambatan
ini perlu diurai. Hal yang bias dikerjakan ya dikerjakan saja. Misalnya untuk
tahap awal setiap hari siswa menulis lima baris saja. Melalui program menulis
catatan harian. Yang ditulis bias apa saja seperti hal yang di atas tadi. Atau
juga pantun, puisi, lirik lagu, buku yang dibaca, khutbah jumat yang diikuti,
pesan orang tua, peribahasa, petuah dari kiai dan sebagainya.
Untuk
sarananya tidak harus memiliki buku khusus. Bias melalui buku catatan
masing-masing pelajaran. Bila hal ini sudah terlampaui pada tahap awal maka
selanjutnya siswa diharapkan bias menulis atas materi pelajaran yang diterima.
Dengan gaya bahasa, dan bahasa yang dikuasai maka siswa akan mudah memahami
pelajaran. Secara tidak langsung siswa sudah belajar walau tidak dinamakan
belajar. Sambil mengasah kemampuan memori diiringi dengan kemampuan menulis.
Siapa
tahu kelak nanti ada siswa madrasah yang akan menjadi penulis ternama,
cendikiawan hebat, dan profesi apapun. Dan akan semakin bermanfaat bila
karyanya dan ide-idenya dipublikasikan lewat tulisan. Modal awalnya dimulai
dari sekarang dengan menulis setiap hari lima baris. Semoga. Wallahul a’lam bi
al shawab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar