Rabu, 17 September 2014

Satu hari lima baris

Ada petuah semangat dari orang tua yang mengatakan bahwa hal yang besar di mulai dari yang kecil. Memang segala sesuatu yang besar di mulai dari hal kecil dulu. Bila yang kecil saja bias dikerjakan maka pekerjaan yang lebih besar akan lebih mudah dikerjakan. Mengenai hal ini ada seorang pengusaha yang mencoba kemampuan anak buahnya. Cara yang ditempuh adalah hal yang sederhana yakni si anak buah disuruh untuk azan di musala perusahaan. Bila yang bersangkutan mampu melaksanakan dengan baik maka hal lain sudah dianggap bias dikerjakan. Ini adalah contoh sederhana saja dalam melihat kemampuan bawahan. Masih banyak contoh lain mengenai hal ini.
Kemampuan menulis siswa sekarang ini dinilai menurun. Menulis bagi siswa dianggap sebagai momok yang menakutkan, harus dijauhi dan jangan sampai mendapat tugas untuk menulis. Menulis bila dijaman sekolah saya dahulu dinamakan mengarang. Walau tidak bias mengarang seperti para novelis yang bukunya best seller namun memang diakui kemampuan menulis belum diasah dan tidak diarahkan sehingga mempunyai kemampuan menulis.
Bukti dari hal ini adalah buku catatan siswa yang masih kosong melompong. Kemampuan siswa masih mengutamakan kemampuan bicara belum diimbangi dengan kemampuan menulis. Untuk mengurai hal ini sedikit perlu mengolah otak sekiranya bias untuk memulai dan menyemangati siswa agar doyan menulis. Tentu saja menulis dalam bentuk sederhana terlebih dahulu.
Terbersit pikiran dimulai dari hal yang sederhana. Sekarang ini kayaknya tidak ada siswa yang tidak pegang HP. Memang ada timbul gejala bila tidak pegang HP tidak style, tidak gaul. Memang zaman sudah berubah. Dalam hal menulis SMS siswa sudah sangat biasa, familiar bahkan dengan tanpa melihat huruf sudah bias. Karena mungkin sudah seringnya menulis SMS.
Bila menulis SMS saja bias berarti menulis hal yang sederhana dari kegiatan sehari-hari pasti bias. Misalnya aktivitas yang dilakukan setelah bangun tidur hingga berangkat ke madrasah, bias juga materi pelajaran yang diterima di hari kemarin, kegiatan madrasah yang diikuti misalnya pramuka dan sejenisnya, perasaan yang dirasakan bias juga ditulis. Atau bias juga cerita lucu yang ditemui. Seperti kemarin ada cerita siswa tentang temannya yang tersedak tempe saat makan nasi goreng. Memang ide banyak namun untuk mengawalinya yang susah.
Hambatan ini perlu diurai. Hal yang bias dikerjakan ya dikerjakan saja. Misalnya untuk tahap awal setiap hari siswa menulis lima baris saja. Melalui program menulis catatan harian. Yang ditulis bias apa saja seperti hal yang di atas tadi. Atau juga pantun, puisi, lirik lagu, buku yang dibaca, khutbah jumat yang diikuti, pesan orang tua, peribahasa, petuah dari kiai dan sebagainya.
Untuk sarananya tidak harus memiliki buku khusus. Bias melalui buku catatan masing-masing pelajaran. Bila hal ini sudah terlampaui pada tahap awal maka selanjutnya siswa diharapkan bias menulis atas materi pelajaran yang diterima. Dengan gaya bahasa, dan bahasa yang dikuasai maka siswa akan mudah memahami pelajaran. Secara tidak langsung siswa sudah belajar walau tidak dinamakan belajar. Sambil mengasah kemampuan memori diiringi dengan kemampuan menulis.
Siapa tahu kelak nanti ada siswa madrasah yang akan menjadi penulis ternama, cendikiawan hebat, dan profesi apapun. Dan akan semakin bermanfaat bila karyanya dan ide-idenya dipublikasikan lewat tulisan. Modal awalnya dimulai dari sekarang dengan menulis setiap hari lima baris. Semoga. Wallahul a’lam bi al shawab.


                                                  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar