Hari Ahad (17/9/2014)
lalu teman-teman TPQ dan Madin Baitul Atqiya’ Pisang melaksanakan sambang bayi
anak teman guru. Kebetulan orang tuanya bayi kedua-duanya adalah guru TPQ kami.
Jadi kebetulan sekali sekalian bias melihat rumahnya di Kediri tepatnya utara
Pondok Ploso Mojo Kediri.
Ada keistimewaan kedua
guru kami ini. Yakni alumni pondok Alquran. Mengenai bacaan dan hafalan
tentunya lebih banyak mereka berdua disbanding kami semua. Keduanya keluarga
muda. Dan ini adalah anak pertamanya. Adanya sambang ini sebenarnya sudah jauh
dari acara-acara bayi. Baik itu brokohan, sepasaran, selapanan. Ini terkendala
jadwal masing-masing teman begitu padat. Maklum hamper semuanya aktivis baik di
banom NU seperti Muslimat NU dan Fatayat NU ada juga yang aktivis desa. Disamping
juga bekerja di kantor dan di sawah. Hari Ahad dipandang waktu yang cukup untuk
sambang bayi bareng-bareng.
Ada rasa senang bias bersilaturahim
ke rumah teman. Bias bertemu keluarganya, kabar anaknya dan situasi di luar. Kami
berangkat di siang hari dengan
mengendarai mobil satu. Ada rasa kedekatan, perhatian, rasa empati dan
sebagainya. Campur aduk bila dibayangkan. Seumpama punya momongan lalu tidak
ada yang menjenguk, tidak ada yang memberi perhatian terasa seperti makhluk
asing yang tinggal ditengah hutan. Tidak punya saudara dan kawan. Beruntunglah kita
mempunyai komunitas tersendiri. Sehingga
tidak merasakan seperti itu. Inilah harmoni. Entitas budaya yang perlu
dilestarikan. Tidak ego yang dikedepankan namun juga sisi kemanusiaan tetap
terus dijaga. Dilain sisi aktivitas masing-masing tetap terus berjalan. Antara agama
dan implementasi ajaran ada keseimbangan. Sehingga hidup terasa lebih bermakna
dan mempunyai nilai kemanfaatan bagi sesame dan anggota organisasi.
Acara ramah tamah dilanjutkan
dengan makan sore bareng seakan menjadi agenda wajib. Lalu perjalanan ini
diniati pula berziarah ke Makam Auliya Tambak Ngadi Kediri. Disini ada makamnya
Gus Mik dan KH Ahmad Shiddiq. Dan beberapa aulia yang lain. Sebelum makam ini
menjadi ramai seperti sekarang ada tiga makam tua di sisi utara yang menjadi
cikal bakal makam. Ketiga-tiganya berasal dari luar negeri.
Wisata religi ternyata
menjadi menarik dari segala sisi. Ada sebagian dari kita mempunyai tradisi
berziarah, ini akan menimbulkan efek ekonomi terkerek. Baik travel, mode
transportasi lain seperti ojek, juga warung, souvenir, sablon dan sebagainya. Dengan
adanya makam seperti di Tambak ini ekonomi daerah sekitar menjadi terkerek. Nyatalah
tesis bahwa orang yang sudah meninggal bias menghidupi orang yang masih hidup. Orang
hidup di sini dalam tanda petik orang saleh atau waliyullah.
Setelah cukup berziarah
dengan membaca tahlil, lalu shopping dilanjutkan dengan minum air berkah yang
ada disini perjalanan dilanjutkan ke rumah masing-masing dengan salat Magrib di
Masjid Annur Kota Kediri. Alhamdulillah tiba
di rumah dengan selamat tanpa kurang suatu apa. Wallahul a’lam bi al shawab.




Tidak ada komentar:
Posting Komentar