Senin, 08 September 2014

Sambang Bayi



Hari Ahad (17/9/2014) lalu teman-teman TPQ dan Madin Baitul Atqiya’ Pisang melaksanakan sambang bayi anak teman guru. Kebetulan orang tuanya bayi kedua-duanya adalah guru TPQ kami. Jadi kebetulan sekali sekalian bias melihat rumahnya di Kediri tepatnya utara Pondok Ploso Mojo Kediri.
Ada keistimewaan kedua guru kami ini. Yakni alumni pondok Alquran. Mengenai bacaan dan hafalan tentunya lebih banyak mereka berdua disbanding kami semua. Keduanya keluarga muda. Dan ini adalah anak pertamanya. Adanya sambang ini sebenarnya sudah jauh dari acara-acara bayi. Baik itu brokohan, sepasaran, selapanan. Ini terkendala jadwal masing-masing teman begitu padat. Maklum hamper semuanya aktivis baik di banom NU seperti Muslimat NU dan Fatayat NU ada juga yang aktivis desa. Disamping juga bekerja di kantor dan di sawah. Hari Ahad dipandang waktu yang cukup untuk sambang bayi bareng-bareng.
Ada rasa senang bias bersilaturahim ke rumah teman. Bias bertemu keluarganya, kabar anaknya dan situasi di luar. Kami berangkat  di siang hari dengan mengendarai mobil satu. Ada rasa kedekatan, perhatian, rasa empati dan sebagainya. Campur aduk bila dibayangkan. Seumpama punya momongan lalu tidak ada yang menjenguk, tidak ada yang memberi perhatian terasa seperti makhluk asing yang tinggal ditengah hutan. Tidak punya saudara dan kawan. Beruntunglah kita mempunyai  komunitas tersendiri. Sehingga tidak merasakan seperti itu. Inilah harmoni. Entitas budaya yang perlu dilestarikan. Tidak ego yang dikedepankan namun juga sisi kemanusiaan tetap terus dijaga. Dilain sisi aktivitas masing-masing tetap terus berjalan. Antara agama dan implementasi ajaran ada keseimbangan. Sehingga hidup terasa lebih bermakna dan mempunyai nilai kemanfaatan bagi sesame dan anggota organisasi.



Acara ramah tamah dilanjutkan dengan makan sore bareng seakan menjadi agenda wajib. Lalu perjalanan ini diniati pula berziarah ke Makam Auliya Tambak Ngadi Kediri. Disini ada makamnya Gus Mik dan KH Ahmad Shiddiq. Dan beberapa aulia yang lain. Sebelum makam ini menjadi ramai seperti sekarang ada tiga makam tua di sisi utara yang menjadi cikal bakal makam. Ketiga-tiganya berasal dari luar negeri.
Wisata religi ternyata menjadi menarik dari segala sisi. Ada sebagian dari kita mempunyai tradisi berziarah, ini akan menimbulkan efek ekonomi terkerek. Baik travel, mode transportasi lain seperti ojek, juga warung, souvenir, sablon dan sebagainya. Dengan adanya makam seperti di Tambak ini ekonomi daerah sekitar menjadi terkerek. Nyatalah tesis bahwa orang yang sudah meninggal bias menghidupi orang yang masih hidup. Orang hidup di sini dalam tanda petik orang saleh atau waliyullah.
Setelah cukup berziarah dengan membaca tahlil, lalu shopping dilanjutkan dengan minum air berkah yang ada disini perjalanan dilanjutkan ke rumah masing-masing dengan salat Magrib di Masjid Annur Kota Kediri.  Alhamdulillah tiba di rumah dengan selamat tanpa kurang suatu apa. Wallahul a’lam bi al shawab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar