Senin, 25 Agustus 2014

Kerbau dan Lebah

Dalam kehidupan terkadang kita harus turut berfikir dengan keadaan sekeliling. Dan ternyata ada hal yang bias kita ambil ibrah atau teladan. Serta kita berhati-hati dalam melangkah dan dijadikan pelajaran untuk tidak seperti contoh yang kurang baik.
Diantara hal yang bias kita ambil pelajaran adalah kehidupan binatang. Binatang apapun ternyata diciptakan tuhan dengan tidak sia-sia. Wama khalaqta hadza bathila. Contoh saja misalnya nyamuk. Nyamuk adalah hewan yang suka mengganggu orang tidur. Dalam keadaan seperti ini ia bebas mengambil darah manusia dengan mulut hisapnya. Dan dari nyamuk tertentu bias menyebabkan suatu penyakit. Misalnya nyamuk aedes aygepti bias menyebabkan penyakit demam berdarah.

Pernahkah kita berpikir ternyata dari nyamuk ini terbuka lapangan pekerjaan yang banyak. Bahkan ribuan lapangan pekerjaan tercipta dari adanya nyamuk. Ada direktur, laboran, peneliti, dokter, penyuluh, sopir, pergudangan, kuli angkut, satpam, pekerja paking, tukang batu, kuli bangunan, pabrik mobil dan banyak lagi yang lain bekerja di perusahaan obat nyamuk, atau untuk menanggulangi bahaya penyakit akibat nyamuk. Subhanallah. Memang Allah maha benar atas apa yang difirmankan.
Contoh hewan yang bias diambil pelajaran adalah kerbau. Di desa saya dulu, Pisang banyak sekali orang yang memelihara kerbau. Kekayaan orang desa dinilai dari banyaknya kerbau yang dimiliki. Namun sekarang kelihatan tidak ada sama sekali yang beternak kerbau. Saya juga tidak habis berpikir kenapa kok bias seperti ini. Padahal areal sawah sangat luas dan penduduknya sebagian besar menjadi petani baik petani pemilik sawah maupun penggarap. Namun kelihatannya anak-anak petani tidak mau meneruskan pekerjaan orang tuanya. Mereka lebih senang bekerja di pabrik daripada harus bergelepotan lumpur di sawah. Ini sekarang menjadi style atau gaya hidup generasi muda desa. Tidak bias dipungkiri setelah lulus sma lebih senang pergi ke kota daripada bekerja di desa.
Kerbau juga dicokok hidungnya seperti halnya sapi. Hidupnya suka berkelompok. Namun entah mengapa nama kerbau identik dengan kebodohan. Padahal dagingnya enak. Sehingga menjadi makanan khas Kudus baik bakso maupun soto. Namun berkelompoknya ini tidak bersatu. Bila ada kerbau yang menjadi santapan hewan lain maka kerbau yang lain tidak peduli. Untuk berusaha menolong atau solider membantu mempertahankan komunitasnya tidak ada sama sekali. Mungkin oleh karena masa bodoh dengan keadaan sekelilingnya bahkan temannya maka kerbau dijuluki hewan yang dungu. Ada ungkapan orang Jawa ‘plonga plongo kaya kebo’. Hewan herbivore yang suka memakan rumput ini tidak mempunyai kreasi, inovasi. Apa yang ada dihadapannya dimakan, dan setelah itu memamah dan selesai. Hari-harinya tetap seperti itu saja.
Sedang binatang lebah lain lagi. Rasa solider dengan teman luar biasa. Hingga rela mengorbankan nyawa demi kawan. Lebah dikenal suka bergotong royong, suka bekerja, dan setia kawan. Bila ada temannya yang diganggu maka satu komunitas lebah akan dating mengeroyok. Bila keadaan darurat bias melakukan kamikaze, berani bunuh diri dengan menyengat musuh hingga akhirnya dia sendiri harus binasa.
Inilah dua contoh binatang yang bias dijadikan suri tauladan kita dalam kehidupan sehari-hari. Sikap peduli atau empati dengan teman memang perlu bahkan harus. Agar tidak dijuluki seperti kerbau. Yang tidak peduli dengan lingkungan. Tentu juga harus siap berteman, suka membantu, untuk kemaslahatan bersama. Di hari kemerdekaan ini mari kita bersama-sama berbuat sesuatu sesuai kemampuan dan profesi masing-masing untuk berbuat sesuatu untuk negeri kita tercinta, Indonesia. Selamat hari ulang tahun negeriku Indonesia yang ke-69. Wallahul a’lam bi al shawab.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar