Dalam kehidupan terkadang
kita harus turut berfikir dengan keadaan sekeliling. Dan ternyata ada hal yang bias
kita ambil ibrah atau teladan. Serta kita berhati-hati dalam melangkah dan
dijadikan pelajaran untuk tidak seperti contoh yang kurang baik.
Diantara hal yang bias kita
ambil pelajaran adalah kehidupan binatang. Binatang apapun ternyata diciptakan
tuhan dengan tidak sia-sia. Wama khalaqta hadza bathila. Contoh saja misalnya
nyamuk. Nyamuk adalah hewan yang suka mengganggu orang tidur. Dalam keadaan
seperti ini ia bebas mengambil darah manusia dengan mulut hisapnya. Dan dari
nyamuk tertentu bias menyebabkan suatu penyakit. Misalnya nyamuk aedes aygepti bias
menyebabkan penyakit demam berdarah.
Pernahkah kita berpikir
ternyata dari nyamuk ini terbuka lapangan pekerjaan yang banyak. Bahkan ribuan
lapangan pekerjaan tercipta dari adanya nyamuk. Ada direktur, laboran,
peneliti, dokter, penyuluh, sopir, pergudangan, kuli angkut, satpam, pekerja
paking, tukang batu, kuli bangunan, pabrik mobil dan banyak lagi yang lain bekerja
di perusahaan obat nyamuk, atau untuk menanggulangi bahaya penyakit akibat
nyamuk. Subhanallah. Memang Allah maha benar atas apa yang difirmankan.
Contoh hewan yang bias diambil
pelajaran adalah kerbau. Di desa saya dulu, Pisang banyak sekali orang yang
memelihara kerbau. Kekayaan orang desa dinilai dari banyaknya kerbau yang
dimiliki. Namun sekarang kelihatan tidak ada sama sekali yang beternak kerbau. Saya
juga tidak habis berpikir kenapa kok bias seperti ini. Padahal areal sawah
sangat luas dan penduduknya sebagian besar menjadi petani baik petani pemilik
sawah maupun penggarap. Namun kelihatannya anak-anak petani tidak mau
meneruskan pekerjaan orang tuanya. Mereka lebih senang bekerja di pabrik
daripada harus bergelepotan lumpur di sawah. Ini sekarang menjadi style atau gaya
hidup generasi muda desa. Tidak bias dipungkiri setelah lulus sma lebih senang
pergi ke kota daripada bekerja di desa.
Kerbau juga dicokok
hidungnya seperti halnya sapi. Hidupnya suka berkelompok. Namun entah mengapa
nama kerbau identik dengan kebodohan. Padahal dagingnya enak. Sehingga menjadi
makanan khas Kudus baik bakso maupun soto. Namun berkelompoknya ini tidak
bersatu. Bila ada kerbau yang menjadi santapan hewan lain maka kerbau yang lain
tidak peduli. Untuk berusaha menolong atau solider membantu mempertahankan
komunitasnya tidak ada sama sekali. Mungkin oleh karena masa bodoh dengan keadaan
sekelilingnya bahkan temannya maka kerbau dijuluki hewan yang dungu. Ada ungkapan
orang Jawa ‘plonga plongo kaya kebo’. Hewan herbivore yang suka memakan rumput
ini tidak mempunyai kreasi, inovasi. Apa yang ada dihadapannya dimakan, dan
setelah itu memamah dan selesai. Hari-harinya tetap seperti itu saja.
Sedang binatang lebah
lain lagi. Rasa solider dengan teman luar biasa. Hingga rela mengorbankan nyawa
demi kawan. Lebah dikenal suka bergotong royong, suka bekerja, dan setia kawan.
Bila ada temannya yang diganggu maka satu komunitas lebah akan dating mengeroyok.
Bila keadaan darurat bias melakukan kamikaze, berani bunuh diri dengan
menyengat musuh hingga akhirnya dia sendiri harus binasa.
Inilah dua contoh
binatang yang bias dijadikan suri tauladan kita dalam kehidupan sehari-hari. Sikap
peduli atau empati dengan teman memang perlu bahkan harus. Agar tidak dijuluki
seperti kerbau. Yang tidak peduli dengan lingkungan. Tentu juga harus siap
berteman, suka membantu, untuk kemaslahatan bersama. Di hari kemerdekaan ini
mari kita bersama-sama berbuat sesuatu sesuai kemampuan dan profesi
masing-masing untuk berbuat sesuatu untuk negeri kita tercinta, Indonesia. Selamat
hari ulang tahun negeriku Indonesia yang ke-69. Wallahul a’lam bi al shawab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar