Suatu saat ketika liburan
madrasah, saya bertemu dengan teman
guru. Ia bilang sudah membaca tulisan saya tentang memberi makan pekerja di
bulan Ramadan. Deg, hati saya. Rasanya malu, bangga, senang beraduk-aduk
menjadi satu. Ya, tulisan itu sudah agak lama saya posting. Dan setelah itu
tidak menulis dalam waktu yang agak lama.
Ada sedikit kebanggaan
ternyata ada orang yang mau membacanya. Padahal hal itu adalah tulisan
sederhana. Dari hasil pengajian rutin yang dilaksanakan di Masjid Baitul Atqiya’
Pisang. Benar memang kata Sayyidina Ali. Bahwa ilmu harus ditulis bila tidak
ditulis maka akan lari atau hilang. Memori manusia memang tidak terbatas. Namun
kemampuan menghafal yang terbatas. Apalagi bagi saya yang banyak lupanya. Hal yang
sederhana seringkali bermanfaat untuk ditulis. Mungkin bagi diri kita hal itu
kelihatan hal yang sederhana. Namun bisa juga bagi orang lain itu hal yang
bermanfaat. Karena terkait langsung dengan kehidupan nyata. Dan berkaitan
dengan hidup keseharian.
Menjaga spirit menulis
memang berat dan sulit. Perlu kesungguhan dan kerja keras. Begitulah kata para
penulis yang saya baca. Menulis minimal dua halaman sehari misalnya. Ternyata itu
beratnya bukan main. Taruhlah satu halaman saja. walhasil butuh energi besar
untuk melaksanakannya bisa dengan istikomah.
Berhenti menulis
terkadang dikarenakan sebab lain. Misalnya kesibukan yang tidak bisa ditunda. Seiring
dengann pergerakan karir yang mananjak maka seorang penulis bisa menapaki karir
yang moncer. Berbarengan dengan hal tersebut terasa tidak waktu luang untuk
menuangkan ide untuk menulis. Nyaris waktunya untuk menyelesaikan segala yang
menjadi tanggungjawabnya. Sehingga tidak ada karya yang muncul.
Bisa juga karena sudah
mapan secara ekonomi. Giat menulis karena kurang dana karena pekerjaan belum
mapan, banyakan tanggungan yang harus dikerjakan sehingga harus berjibaku untuk
mendapatkan uang dengan menulis. Lalu dikirim ke media dan mendapatkan uang. Setelah
hal itu semua sudah terlampuai maka spirit menulis menjadi berkurang bahkan
hilang.
Matinya ide. Ini juga
salah satu biang berhenti menulis. Ada anjuran bijak dari para ulama. Bacalah buku,
bacalah Alquran. Maka tidak akan kering idemu. Benar memang dengan membaca buku
dan membaca kalam ilahi maka ide akan banyak sekali. Hingga untuk menuliskannya
tidak akan cukup tinta dari tujuh samudera. Alquran selain sebagai wahyu dari
Allah juga mukjizat yang tidak akan ada habisnya untuk menjadi inspirasi dan
pedoman dalam kehidupan hingga akhir zaman kelak. Wallahu a’lam bi al shawab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar