Untuk apa manusia hidup? Mengapa
manusia hidup? Apa yang digunakan sebagai sarana hidup? Ini adalah sebagian
pertanyaan untuk dijawab oleh kita semua. Dari pengalaman dan pengamatan yang
ada, ada yang bisa menemukan jawabannya dan berusaha untuk mempraktekkannya,
ada yang menemukan jawaban namun hanya sebatas mengetahui, bahkan ada yang
belum menemukan jawaban hingga akhir hayatnya. Nah.
Mengenai hal ini saya
teringat dari cerita teman mengenai orang yang pergi haji. Dari sekian rukun,
syarat dan sunah haji ada seseorang yang sudah melakukannya. Hingga tawaf, sai,
melempar jumrah, tahallul dan bahkan semuanya. Namun seseorang ini nyeletuk
begitu saja. Ketika mau pulang, dimana ya kakbahnya kok saya belum melihatnya
sama sekali.
Mengenai kualitas sebagai
gaya hidup bisa dimulai dari melihat apa harapan dari orang sekelilingnya. Dari
gurunya, keluarganya, orang tuanya, masyarakatnya, organisasi yang digelutinya,
lalu Allah sang Khalik juga berharap bagaimana. dari hal ini akan tahu seperti
apa harapan mereka. Dari harapan-harapan mereka lalu kita rumuskan sesuatu lalu
kita berusaha untuk mencapai harapan tersebut.
Kembalinya pada diri
kita. Mempersiapkan segala sesuatu, regulasi diri, menejemen diri untuk
mencapai hal itu semua. Hal ini tidak mudah, alias sulit dan melalui jalan yang
terjal, berliku-liku. Tidak kalah penting adalah istikomah untuk melaksanakan
hal itu semua.
Bila apa yang dijalani
sekarang ini sudah jauh dari rel maka harus segera dibelokkan lagi ke arah yang
pas. Dimulai lagi dari nol. Lama kelamaan akan sampai tujuan bila terus kita
berjalan, berproses, tanpa kenal lelah. Bila sudah menapaki satu tahap dan
dirasa belum sesuai yang diharapkan maka diperbaiki lagi dan diperbaiki lagi. Hingga
kualitas seperti yang diharapkan pelanggan bisa terpenuhi. Semoga. Wallahu a’lam
bi al shawab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar