Dalam dua hari terakhir saya dibuat kaget karena ada dua wali santri yang datang ke rumah. Yang pertama datang orang tua beserta dua anaknya. Kebetulan wali santri ini teman saya ketika di SD. Ketiga anaknya semuanya mengaji di tempat saya mengajar. Si sulung mengaji di madin. Sedang yang dua di TPQ. Tumben memang datang kerumaah. Saya pikir ada apa. Yang kedua, bapaknya santri. Di pagi hari menjelang berangkat mengajar. Memang di desa kebetulan saya diberi amanah untuk membantu menjalankan TPQ dan madin yang berlokasi di Masjid Baitul Atqiya’. Kebetulan ada sedikit masukan dari wali santri terkait dengan proses belajar mengajinya.
Yang pertama, mengadukan
masalah putranya yang ngambek karena tidak mau berangkat mengaji karena merasa
menjadi laki-laki sendiri. Satu kelasnya kebetulan hanya dia yang laki-laki.
Selainnya adalah perempuan. Dari hasil EBTA jilid 6 Metode Annahdliyah oleh
Majelis Pembina TPQ LP Ma’arif Nganjuk si santri berhasil lulus. Dan berhak
melanjutkan ke program sorogan Alquran. Saya memberi saran bahwa pendidikan
berhak bagi semua orang. Dan semua orang harus berani dan mau belajar. Walau hanya
sendiri. Hal ini tidak menghalangi dalam menuntut ilmu. Makanya harus mempunyai
tekad untuk mengaji.
Lalu paginya datang juga
wali santri. Kedatangannya adalah yang keduakali. Karena malamnya datang
kerumah namun tidak bertemu. Ia menyampaikan bahwa putranya mogok mengaji
karena diturunkan kelasnya. Yang semula sudah sorogan Alquran lalu kembali ke
jilid. Ia merasa malu karena diejek oleh temannya. Oleh karena sudah sepekan
mogok mengaji dan orang tuanya kewalahan akhirnya mencari solusi dengan datang kerumah.
Persoalan pendidikan memang banyak, pelik dan unik. Satu sisi terkadang kita
harus melayani dengan sebaik-baiknya namun jangan sampai mengorbankan kualitas.
Mengingat bahwa lembaga pendidikan yang baru menjaga kualitas dibarengkan
dengan pelayanan yang baik kepada pemangku kepentingan. Solusi menghadapi
masalah ini adalah si santri diajar privat oleh ustad yang ditunjuk untuk
mengantar dia bisa menyamai teman-temannya. Akhirnya si Bapak setuju dan
akhirnya pamit. Sebenarnya komplain
mengenai pelayanan pendidikan adalah hal yang baik. Dengan kata lain ada
perhatian dari pengguna jasa layanan pendidikan atas pelayanan yang kita
lakukan. Bila kita mempunyai program yang baik, dijelaskan dan dicarikan jalan
pemecahan bila ada masalah maka semuanya akan menjadi baik. Lembaga pendidikan
kita akan terus berjalan dan akan mendapat dukungan dari masyarakat. Semoga.
Wallahu a’lam bi al shawab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar