Senin, 26 Mei 2014

Sifat Rahman Rahim Allah



Dr. KH. Kharisuddin Aqib dalam tausiah pengajiannya mengatakan ahlu dzikir tidak akan takut dan gelisah dalam mengarungi kehidupan. Sebagaimana para wali seperti disebut dalam Quran Surat Yunus: 10. Tidak takut dalam arti emosi stabil, hati lepas, dan tawakal.
Namun hal ini juga dipengaruhi oleh tingkat kebersihan hati. Dengan mengamalkan dzikir secara konsisten, ajeg, istikomah diharapkan akan timbul hikmah beningnya hati. Adanya forum ngaji sebagai kroscek, pengingat agar apa yang dilakukan selama ini sesuai dengan relnya.
Mengapa para wali bisa tenang dalam menjalani hidup karena wali berakhlak dengan akhlaknya Allah. Sebagaimana Kanjeng Nabi Muhammad Saw. memberi contoh. Diantara contoh yakni bersifat rahman rahim. Manusia sebagai khalifah fil ardh wakil Allah dimuka bumi. Ada seseorang yang menjadi tukang masak. Bersifat welas asih membuatkan makan bagi orang lain yang tidak punya waktu untuk memasak. Sehingga bisa makan dan bisa melaksanakan aktivitasnya tanpa terhalang waktu untuk memasak. Tinggal makan saja. Sehingga orang semacam ini juga orang yang penting. Bayangkan saja, seorang presiden suatu negara dengan seabreg kegiatan menyangkut nasib ratusan juta rakyatnya akan terganggu manakala perutnya kosong. Dan apalagi harus memasak terlebih dahulu. Dengan adanya tukang masak maka kebijakannya akan bisa cepat dieksekusi tanpa harus menunggu selesainya pekerjaan di dapur.
Allah bersifat rahman, memberi kasih sayang bagi semua makhluk tanpa terkecuali. Sifat kasih sayang ini terkait dengan materi, kebendaan. Mulai dari qarik hingga korak. Semuanya diberi kasih sayang Allah tanpa diminta. Misalnya kekayaan, makan, kesejahteraan, kesehatan, kepandaian, bahkan juga prestise, kehormatan dan wibawa. Justru terkadang diberikan kepada orang yang tidak rajin beribadah. Ini menjadi petunjuk nyata bahwa Allah tanpa pilih kasih memberi kasih sayangNya.
Sifat rahim Allah bersifat maknawi atau ruhani. Bermakna hampir sama welas asih, kasih sayang juga. Hanya saja hanya tertuju kasih sayangnya untuk orang yang mukmin, orang yang bertakwa saja. Orang yang terpilih ini tentu saja adalah orang yang dicintaiNya saja. Dan ini berlaku di kehidupan akhirat. Sama seperti perlakuan Bapak Ibu kita terhadap anak-anaknya. Pastilah orang tua membuat kebijakan yang terbaik untuk tiap anak-anaknya.
Biasanya sifat Ibu bersifat rahman kepada anak. Apa saja yang diminta anak ibu segera mengabulkannya. Karena rasa sayang ibu kepada anaknya. Sedang sifat rahim lebih dimiliki oleh bapak. Bila ibu terlalu memanjakan anak maka bapak bisa mengerem. Inilah namanya sifat rahim. Perlu kombinasi dari bapak dan ibu dalam mendidik anak bila salah satu yang suka hambur-hamburan namun satunya ada yang mengingatkan jadi akan ada keseimbangan. Wallahu a’lam bi al shawab.
(disarikan dari pengajian mujahadah akhir bulan oleh Dr. KH. Kharisuddin Aqib, M.Ag. tanggal 25 Mei 2014 di PP Dua Kelutan Nganjuk).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar