Ujian nasional setingkat Madrasah
Aliyah/SMA/SMK telah usai. Info mengenai pelanggaran masih saja terjadi. Mulai dari
bocornya soal, penjual kunci jawaban, mencontek di ruang ujian, soal ujian yang
isinya menyebut salah satu kandidat presiden, dan semacamnya. Hal tersebut
adalah masalah teknis dan setiap tahun terulang. Memang ujian nasional adalah
rutinitas tahunan yang terus akan dijalani.
Bentuk soal ujian berupa
pilihan ganda dengan asumsi objektif, mudah dikoreksi dengan dipindai scan. Namun
tidak lupa cara menjawabnya siswa bisa saja gambling. Bila tidak bisa ada cara
seperti jaman dulu waktu sekolah. Yakni menghitung kancing baju dari atas ke
bawah. Dan yang bawah menjadi alternatif jawaban. Bisa juga karena pilihan
ganda maka ada peluang orang lain untuk menjual kunci jawaban palsu. Karena tergiur
banyak siswa sekolah yang rela merogoh kocek hingga Rp 150.000,00 perjawaban. Celakanya
ternyata kunci jawabannya salah. Info yang ada pembelinya tidak hanya sekolah
negeri pinggiran juga ada siswa sekolah favorit banyak juga yang ikut-ikutan
membeli. Nah, bagaimana ini? Setelah dicek ternyata kunci jawaban palsu. Ada korban
yang menangis, takut gagal ujian karena jawabannya banyak yang salah. Ya,
resiko. Namun mengapa masih saja ada
yang tergiur membeli seperti itu. Lalu selama tiga tahun belajar dan ditambahi
bimbel masih saja tidak percaya diri. Kesalahannya sebenarnya terletak dimana? Namun
ujian yang sudah selesai biarlah berlalu. Semoga bisa diambil hikmahnya.
Disamping ujian sekolah,
bolehlah menoleh ada ujian untuk para pemimpin negeri ini. Hal ini menarik
seperti yang ditulis Imam Suprayogo. Ujian jenis ini tidak perlu polisi untuk
mengamankan pembuatan soalnya, tidak perlu dikoreksi oleh mesin pemindai, tidak
perlu pengawas dari dosen yang membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Pelaksanaannyapun
boleh dimana saja para pemimpin suka mengerjakannya. Menggunakan bantuan staf
ahli atau orang yang mempunyai kompetensi juga dipersilahkan. Dikerjakan dengan
alat bantu kalkulator, ipod dan menggunakan rumus atau teori apapun juga boleh.
Bahkan dikerjakan dengan sebuah team kerja
profesional juga dianjurkan. Soal ujiannya adalah mau dibawa kemana
negeri ini? Sumber daya alam yang melimpah bagaimana caranya agar semuanya
dimanfaatkan untuk sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat? Mempersempit jurang
kesenjangan si kaya dan si miskin? Pemerataan akses pendidikan dan kesehatan
bagi seluruh rakyat? Begitu pula akses mendapatkan pangan yang mudah bagi orang
miskin? Rakyat mendapatkan rasa aman di rumah sendiri dan dalam beraktivitas? Tidak
ada pekerja rumah tangga yang diekspor ke luar negeri? Menciptakan jutaan
lapangan pekerjaan untuk antisipasi berkah demografi di masa yang akan datang? Dan
masih banyak pertanyaan ujian krusial
yang lain tak kalah mutunya untuk dijawab.
Jawabannya berupa
aksi nyata dari para pemimpin. Jutaan mata
melihat, memandang dan memperhatikan dengan serius jawaban dari para pemimipin
bangsa. Ketika para elit partai sekarang ini sedang sibuk mencari koalisi untuk
maju di laga pilpres Juli nanti, pertanyaan-pertanyaan di atas masih terus saja
ditunggu jawabannya. Kita berharap para wakil rakyat yang terpilih adalah
orang-orang yang mampu menyampaikan dan merasakan aspirasi warga di akar
rumput. Harapan ini sebenarnya tidak muluk namun sebenarnya dinanti oleh semua
warga negara yang menginginkan kesejehteraan di tanah kandungnya sendiri. Pemimpin
yang amanah, jujur, seorang yang visioner, bisa bekerja dengan semua pihak
untuk menjalankan tugasnya dengan sebaik-baiknya. Wallahu a’lam bi al shawab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar