Selasa, 15 April 2014

Area Parkir di Bawah Pohon

Bila melihat bagian dalam MTsN Termas maka akan terlihat ratusan sepeda berjajar di bawah pohon mangga. Berbagai merk sepeda ada. Mulai yang masih original hingga yang sudah modifikasi. Dan kebanyakan sepeda yang sudah lama dipakai. Bukan sepeda baru. Walau ada juga yang baru. Bahkan tak jarang ada siswa yang membawa sepeda unta atau sepeda perang –julukan untuk sepeda besar yang biasa dipakai orang tua kita dahulu. Melihat sepeda ini saya teringat dengan sepeda yang biasa dinaiki bapak saya. Waktu kecil Bapak biasa memakai sepeda perang –nama lain sepeda unta- ketika berangkat bekerja di PG Lestari.
Melihat dari beraneka ragam sepeda yang dibawa oleh siswa kelihatan bahwa tingkat ekonomi keluarga siswa dari golongan menengah ke bawah. Maka kebijakan madrasah membuat parkir khusus siswa. Tepatnya di depan kelas dibawah pohon mangga. Karena jumlahnya yang banyak maka tidak mampu ditampung di tengah. Lahan parkir ini hanya cukup untuk siswa putri. Maka solusinya parkir siswa putra berada di belakang kelas sebelah timur dan barat dengan dibuatkan lahan khusus diberi kunci. Hal ini dikandung maksud untuk menjaga keamanan dan tidak dijadikan tempat siswa ketika jam istirahat tiba.
Ada sisi positif bersepeda bagi siswa. Badan segar dan sehat karena anggota badan digerakkan. Lalu keluarlah keringat kebugaran. Sekarang ini keringat adalah salah satu barang yang mahal. Karena banyak orang yang ogah menggerakkan tubuhnya untuk berolahraga. Tak ayal banyak jenis penyakit baru yang datang menghampiri. Bila ini terjadi maka banyak rupiah yang dialokasikan untuk menjaga kesehatan. Padahal sebenarnya keseimbangan aktivitas perlu dijaga. Hanya saja konsisten dalam hal ini yang susah.
Kedua, adalah hemat uang. Selain sehat badan dengan mengendarai sepeda tidak mengeluarkan biaya tambahan dari orang tua siswa. Tidak mengeluarkan uang untuk beli premium harian. Sehingga orang tua bisa menggunakan dana untuk alokasi pendidikan anak lainnya. Misalnya sarana prasarana belajar, buku penunjang, persiapan studi selanjutnya dan sebagainya.
Ketiga, dengan naik sepeda ontel mengurangi angka kecelakaan lalu lintas. Usia anak madrasah tsanawiyah pada rentang usia 12-15 tahun. Memasuki usia remaja. Salah satu karakteristiknya adalah keinginan tahu lebih tinggi. Dan keinginan untuk mencoba. Pada umumnya usia sekian sudah bisa naik sepeda motor. Bila sudah naik ada kecenderungan kebut-kebutan. Menjajal kemampuannya. Padahal sebenarnya belum berhak naik sepeda karena belum punya lisensi menaiki sepeda motor. Berdasar hal ini kebijakan madrasah yang diambil adalah melarang siswa mengendarai sepeda motor. Wallahu a’lam bi al shawab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar