Selasa, 15 April 2014

Alumni Mohon Doa Restu Kelancaran UN

Tanggal 14 s.d. 17 April 2014 adalah masa ujian nasional bagi siswa Madrasah Aliyah/SMA/SMK. Bila dilihat dari kalender pendidikan hal ini adalah rutinitas tahunan yang akan terus berlangsung. Namun bagi peserta penyikapannya bermacam-macam.
Ada senang, siap, bangga, optimis, pesimis, ragu-ragu, juga apatis. Namun seharusnya tetap saja dilalui dengan segala persiapan. Persiapan fisik, mental dan spiritual. Secara fisik menjaga kesehatan badan dengan olahraga teratur, istirahat cukup, pola makan dijaga. Ada kejadian karena memforsir tenaga dan waktu untuk belajar akhirnya drop sehingga tidak bisa mengikuti ujian. Dan mengikuti ujian susulan.
Secara mental juga perlu siap. Dalam pertandingan olahraga ada hasil menang dan kalah. Begitu juga ujian. Ujian apa saja. Bisa juga ujian sekolah. Segala hal yang berkaitan dengan studi baik itu proses pembelajaran di kelas dan di luar kelas, penugasan dengan berbagai variasinya, hingga ulangan harian, ulangan mid semester, ulangan semester semuanya adalah bentuk ujian diri. Pengujian diri seberapa mampu siswa menyesuaikan itu semua dan berusaha mengerjakan dengan sebaik-baiknya. Berkaitan dengan hal ini ada yang namanya dimensi kecerdasan. Dulu seseorang dianggap cerdas bila nilai rapornya bagus-bagus nyaris nilai 9. Namun sekarang ini ada bentuk kecerdasan lain yang ditemukan yakni kemampuan pantang menyerah untuk menggapai cita-cita. Memang diakui siswa berotak cerdas akan mudah menyelesaikan studinya. Lalu bagaimana kemampuan siswa yang pas-pasan?
Terkait dengan sifat dalam mencapai cita-cita dan pantang menyerah sudah sepantasnya dimiliki oleh para pencari ilmu. Tidak semua orang yang cerdas intelektualnya sukses dalam studi. Begitu juga tidak semua yang kemampuan intelektualnya pas-pasan gagal dalam studi. Ada cerita Ibn
u Hajar Alasqalani pulang dari tempat belajar karena merasa tidak mampu. Namun ditengah jalan ada setetes air yang jatuh pada  sebongkah batu. Karena berlangsung lama tetesan tadi membuat cekung batu tadi. Ibnu Hajar terkesima. Bahwa ketekunan bisa mengalahkan hal yang sulit. Lalu dengan tekad bulat akhirnya kembali lagi ke tempat belajar akhirnya menjadi ulama besar. Teman saya juga seperti itu. Beberapa hari lalu saya membaca bahwa salah satu guru besar UIN Maliki Malang juga seperti ini. Berkat ketekunan dan disiplin mengantarkan beliau menjadi guru besar di usia 45 tahun dan berhasil menjadi manager di kampus yang sama.
Persiapan spiritual. Adanya fenomena istighosah, doa bersama, pemberkatan dan sejenisnya adalah satu bentuk upaya peningkatan hasil belajar siswa. Beberapa waktu lalu seminggu sebelum ujian setingkat madrasah aliyah berlangsung banyak alumni yang datang memohon doa restu dari guru-guru. Kelihatan bila teman-teman bangga dan senang menerima. Serta dengan ikhlas mendoakan. Dari  jauh mereka menimba ilmu ada dari Jombang, Surabaya, Kediri dan Nganjuk masih tidak lupa dengan guru-gurunya. Semoga apa yang kau raih diberi kemudahan oleh Allah. Amin. Wallahu a’lam bi al shawab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar