Minggu, 26 Januari 2014

Menghadiri Walimatul Urs

Modal awal hidup berumah tangga adalah sehat lahir batin kedua mempelai. Sehat jasmaninya dalam arti tidak mengidap penyakit yang merepotkan. Maka calon mempelai harus memeriksakan diri ke dokter. Takut jikalau mengidap suatu penyakit lalu menimbulkan masalah  dikemudian hari. Dengan kata lain tidak membeli kucing di dalam karung begitulah kira-kira upaya pencegahan dalam tahapan pernikahan. Juga sehat rohani dalam arti penyakit batin. Penyakit jenis ini kasat mata, tidak terlihat oleh mata biasa. Dan  yang tahu adalah yang bersangkutan sendiri. Tinggal menyadari hal tersebut atau tidak. Bila tidak menyadari maka bisa menggerogoti hingga akhir hayat. Syukur, bila sadar dan berusaha memperbaiki maka akan selamat. Karena yang bisa mengobati tentunya yang terjangkit. Termasuk penyakit jenis ini adalah akhlak tercela diantaranya: iri, sombong, tamak, mengadu domba dan sejenisnya.
Kedua, bermusyawarah. Pernikahan adalah menyatukan dua hal yang berbeda. Dua hati, dua makhluk yang berbeda. Masing-masing mempunyai sifat, kebiasaan, pikiran, kecenderungan yang berbeda. Maka apabila bisa menyatukan dua keunikan ini maka bahtera rumah tangga akan bisa berlayar dengan tenang menuju tujuan akhir keluarga sakinah mawaddah warahmah.
Ibu-ibu Guru sesaat sebelum berangkat walimatul urs.
Kepala Madrasah dan Ibu foto bersama kedua mempelai.
Tidak jarang kapal rumah tangga kandas dihantam krisis ekonomi, krisis  kepercayaan, krisis ilmu agama. Namun sebenarnya yang menjaga keutuhan rumah tangga adalah ilmu agama yang dimiliki kedua mempelai. Separah apapun namun bila bekal ilmu yang dimiliki dan disadari bahwa semenjak akad nikah adalah perjanjian tidak sehari dua hari namun adalah awal dari perjalanan panjang menuju pelabuhan terakhir insyaAllah kapal masih bisa diselematkan. Dalam berjalannya waktu pastilah ada ketidakcocokan, perbedaan pendapat, beda budaya, beda pendapatan, beda nasab, namun bila disikapi dengan arif maka bisa selamat. Dianggap saja hal tersebut sebagai riak-riak kecil seperti buih di lautan yang luas. Bila tidak ada hal yang mengganggu, yang mengancam, yang merecoki dan semacamnya kelihatan kehidupan kurang berwarna. Tentu saja perlu dihadapi dan musuh jangan dicari. Namun masalah perlu disikapi dan dicarikan solusi. Maka prinsip musyawarah adalah hal terbaik. Apapun masalahnya dirembug berdua. Dari berar menjadi ringan dan dari sulit menjadi mudah. Karena rumah tangga kemudinya ada dua, suami dan isteri. Bila si sopir dan kenek bisa bekerjasama maka kendaraan akan melaju dengan kencang. Bila ada hal yang perlu dibenahi  maka hal itu disadari sebagai ladang ibadah yang harus dikerjakan berdua.
Mempelai berdua diapit oleh orang tua masing-masing.
Itulah kira-kira tausiah dari perwakilan mempelai berdua. Ibu Nailul Hikmah, S.Pd.I. adalah putri dari Ibu Siti Ruqaiyah, S.Pd.I. guru di MTsN Termas. Sedangkan mempelai perempuan adalah alumni dan guru dari MTsN Termas yang sekarang berkarier di Jombang. Masing-masing dari keluarga kiai. Doa temanten juga berasal dari kiai, guru masing-masing. Semoga barokah dunia akhirat. Bagi pengantin tua bisa mengambil manfaat dari apa yang disampaikan dan tentu saja menjadi pengingat dalam kehidupan. Karena tidak jarang walau sudah lama berumah tangga terkadang ada hal yang terlupa. Dan adanya walimah pada hari Rabu, 15 Januari 2014 sebagai charge kehidupan rumah tangga lagi. Bukankah dalam setiap waktu kita berusaha mengambil hikmah dari setiap kejadian. Wallahu a’lam bi al shawab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar