Bila tinggal di desa, masih
sering kita jumpai burung satu ini burung emprit. Jenis burung ini berukuran
kecil. Suaranya renyah sekali. Dan akan cepat mengenali suaranya walau tidak
melihat sendiri.
Burung ini biasa menjadi musuh
para petani. Apalagi mendekati masa panen padi. Pak Tani berusaha menunggu
sawahnya dari amukan para burung ini. Dan biasanya menunggu secara bergiliran
antar anggota keluarga. Ketika saya masih remaja dulu juga pernah disuruh orang
tua untuk ke sawah. Namun seiring berjalannya waktu hanya sesekali ke sawah. Karena
banyak di luar desa karena masih mondok.
Bila kita mau memperhatikan
dengan seksama ada hikmah yang bisa kita petik dari kehidupan burung emprit. Memang
Gusti Allah Maha Sempurna. Menciptakan suatu makhluk hidup pastilah ada hikmahnya. Tidak hanya
burung yang bentuknya masih bisa dilihat. Bahkan nyamuk yang lebih kecil lagi
masih ada hikmah yang bisa diambil. Memang kita diperintahkan untuk mengambil hikmah dari setiap kejadian
dari kehidupan.
Adapun hikmah yang bisa diambil
dari burung emprit adalah kebersamaan dalam membangun rumah tangga. Sebelum berkembangbiak
dalam arti menemukan pasangannya burung emprit hanya dirinya sendirinya yang
dipikir. Namun setelah bertemu pasangannya mereka bersama-sama membuat rumah –susuh
dalam bahasa Jawa. Entah di pohon mana yang dirasa nyaman. Bahan rumah diambil
dan dicari bersama sepasang ini. Sedikit demi sedikit. Hingga akhirnya jadilah
rumah dengan sempurna. Tentu saja rumah burung emprit. Lalu berkembang biak. Lahirlah
anak-anaknya dan diasuh bersama. Dicarikan makan bersama-sama. Hingga harus
mencari makanan di tempat yang jauh. Nyatanya pergi dari sarangnya dalam
keadaan perut kosong. Setelah pergi akhirnya juga bisa makan dan bisa memberi
makan anak-anaknya.
Pelajaran yang bisa dipetik
adalah ketika seseorang mau membina rumah tangga tidak usah disibukkan dengan
membuat rumah terlebih dahulu. Keadaan apa adanya lalu bersama-sama dengan
pasangan bahu-membahu untuk membuat rumah sebagai tempat berteduh, tempat
kembali dari beraktivitas, tempat mendidik anak, tempat menerima tamu dan
sebagainya. Jadi bisa saja di mulai dari nol. Suami juga tidak mempunyai apa
begitu juga isteri. Bismillah, membina rumah tangga akhirnya berikhtiar
bersama-sama. Bahu-membahu bersama. Hal ini akan terasa nikmat, hasil akhir
akan dinikmati bersama sebagai buah jerik payah berdua. Bukan dari salah
satunya. Namun dikerjakan bersama-sama. Ini akan mempunyai rasa memiliki yang
seimbang. Akhirnya ikatan dan keharmonisan rumah tangga akan terbina dan
bertahan lama. Ini berbeda dengan salah satu dari pasangan yang mempunyai atau
the have. Bisa saja timbul anggapan hanya membawa orang saja –tidak membawa
apa-apa. Namun tidak semuanya seperti itu. Yang jelas hidup yang ada dijalani,
disyukuri sambil terus berikhtiar dan beramal saleh.
Namun ada sisi burung emprit yang
kurang terpuji. Yakni bila sudah tumbuh besar anak-anaknya, si burung emprit
mulai melupakan keluarganya. Berganti pasangan bahkan tidak perduli dengan
keluarga atau anak turunnya sendiri. Ini yang bisa diambil bahwa kehidupan
berumah tangga tidak hanya untuk waktu sesaat. Namun hingga akhir hayat. Karena
ikrar akad pernikahan untuk membina rumah tangga seterusnya. Hingga mengantarkan
anak cucu menjadi keturunan sale salehah. Bukan rumah tangga tetap namun
bermain di luar rumah. Dampak negatifnya adalah alur keturunan yang tidak
jelas. akibat jauhnya adalah dunia yang makin tidak berbentuk. Karena susah
untuk diatur menuju kehidupan yang lebih baik. wallahu a’lam bi al shawab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar