Jumat, 20 September 2013

Menjawab Pertanyaan Camaba

Ada beberapa pertanyaan dari calon mahasiswa stiqom yang bertanya dalam sesi tanya jawab. Kesemua pertanyaan menarik. Sebagai ajang untuk meningkatkan kemampuan diri untuk berbicara di depan teman-temannya hal ini saya apresiasi dengan baik. berikut beberapa pertanyaan dimaksud:
Bagaimana mencari jati diri seorang mahasiswa?
Pemuda atau mahasiwa hampir sama usianya. Dan menjadi mahasiswa adalah proses peralihan dari pelajar. Menghadapi situasi yang baru perlu adaptasi. Dan mahasiswa baru terkadang sedang mencari-cari siapa sebenarnya dirinya. Bila bertanya kepada orang yang salah maka bisa berakibat pada hal yang tidak diinginkan. Untuk mencari jati diri bisa melalui trial and error (proses mencoba dan salah), menyalurkan hobi yang dipunyai, bisa juga melalui kegiatan mahasiswa. Ada yang menginginkan sesuatu, dalam proses memperolehnya dengan suatu cara. Karena gagal menggunakan cara lain hingga ditemukan cara yang sesuai untuk memperolehnya. Ada kemauan keras untuk melakukannya. Bisa juga dengan hobi yang dipunyai lalu disalurkan. Tidak sedikit orang yang menyalurkan hobi bahkan menjadi penghasilan utama. Misalnya karena hobi memasak lalu membuka restoran. Padahal latar belakang pendidikannya adalah pendidikan. Dan masih banyak yang lain. Lalu untuk melihat kemampuan dan kapasitas diri seorang mahasiswa bisa mengikuti kegiatan organisasi mahasiswa. Baik intra maupun ekstra. Kegiatan intra misalnya BEM (badan eksekutif mahasiswa), bisa juga organisasi ekstra seperti PMII, HMI, IMM dan masih banyak lagi. Dari situ akan bisa dilihat seberapa jauh siapa dirinya dan semoga saja bisa ditemukan jati diri sebenarnya.
Cara meningkatkan kemampuan berani berbicara di depan umum?
Pada dasarnya manusia mempunyai potensi. Hanya saja potensi yang ada dipergunakan atau dimaksimalkan tidak. Namun oleh karena potensi maka perlu digali dan dipergunakan. Awalnya memang agak grogi, bingung, dimulai dengan kalimat apa dan sebagainya. Namun yang tidak boleh lupa kita harus berani dulu. Seperti anak yang belajar naik sepeda. Kalau takut jatuh maka tidak mungkin dia bisa naik sepeda. Begitu juga belajar pidato. Walau salah ucap, masih demam panggung maka dimulai saja. Lalu dipersiapkan materinya, banyak bacaan dan wawasannya. Bila sering berlati maka suatu saat akan bisa menjadi macan panggung.
Bagaimana meningkatkan motivasi atau semangat menjadi mahasiswa?
Menjadi mahasiswa adalah anugerah dari Allah yang luar biasa. Hal ini perlu disyukuri. Maka bentuk syukur yang bisa dilakukan adalah memaksimalkan waktu yang ada untuk menuntut ilmu dengan sebaik-baiknya. Tidak lupa mengasah kemampuan, mengasah diri untuk beribadah.
Para Calon Mahasiswa Baru sedang mengikuti sesi materi Pra Oscar.
Kampus ini berada di pondok pesantren. Apa bisa dipadukan antara ilmu perguruan tinggi yang notebene sekuler dengan ilmu pondok pesantren?
Pada dasarnya tidak ada dikotomi ilmu agama dan ilmu umum. Sumber ilmu dari Allah Swt. Dan di dalam Alquran sudah diterangkan tentang hal tersebut. Bisa dilihat dari para ulama terdahulu. Ada Ibnu Sina yang terkenal dengan keahlian di bidang kedokteran. Beliau juga ahli fiqh. Albairuni, aljabar yang ahli matematika, dan masih banyak lagi yang lain juga ahli ilmu agama dan ilmu terapan. Adanya dikotomi ilmu karena pengaruh dunia Barat yang sekuler.
Penerapan hal ini sudah dimulai di UIN Maliki Malang. dimana mahasiswa tahun ‘pertama harus tinggal di ma’had al aly. Di sini diajarkan salat berjamaah, salat malam, tadarus alquran, pendalaman bahasa Arab dan Inggris. Dan tidak sedikit mahasiswa yang mengikuti program tahfid Alquran. Ternyata lulusan terbaik berasal dari mahasiswa yang sudah hafal Alquran 30 juz. Dan lebih membuat hati bangga adalah bukan didominasi dari fakultas syariah dan tarbiyah. Namun juga berasal dari fakultas ekonomi, psikologi, humaniora dan sebagainya.
Jadi model penggabungan model pondok pesantren dan dunia perguruan tinggi menemukan model yang saling melengkapi. Menjadi intelektual ulama atau ulama yang intelektual. Itulah harapannya. Wallahu a’lam bi  al shawab.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar