Sabtu, 14 September 2013

Memberi Materi Pra OSCAR di Pondok Sunan Kalijaga Patianrowo

Pada hari Kamis sore, 12 September 2013 bertempat di LM3 Alqomar berlangsung pra Oscar yang diikuti oleh mahasiswa baru Stiqom. Acara berlangsung dengan gayeng. Pada kesempatan ini saya diminta untuk memberi materi tentang kemahasiswaan. Undangan ini cukup mendadak. Mengingat saya dihubungi hari sudah menjelang siang. Padahal acara berlangsung sore harinya. Mengingat rasa hormat kepada Kiai Pengasuh pondok pesantren Sunan Kalijaga, saya berusaha memenuhi undangan ini.
Ada sedikit hal yang saya sampaikan. Mahasiswa berasal dari dua kata. Maha dan siswa. Maha berarti tinggi, super. Siswa sama berarti pelajar. Jadi mahasiswa adalah pelajar tinggi atau pelajar yang super mengarah kepada pelajar yang sempurna. Idiom mahasiswa merujuk kepada pelajar yang terdaftar pada suatu perguruan tinggi. Sedang mahasiswa ada beberapa tingkatan atau strata. S1 atau sarjana, S2 atau tingkatan magister dan S3 atau program doctor.
Penulis sedang memberi maateri.
Mahasiswa dan pemuda dalam kesejarahan bangsa mempunyai andil yang besar. Bisa kita lihat dari Sumpah Pemuda 1928, proklamasi kemerdekaan, hingga reformasi 1998. Para pemuda, mahasiswa bahu membahu membawa perubahan bangsa dan negara menjadi lebih baik. memang mahasiswa identik dengan gerakan perubahan. Karena mahasiswa dianggap sebagai agent of change, agen perubahan. Berfikirnya masih orisinil, penyambung lidah masyarakat, dan menghendaki kehidupan berbangsa dan bernegara yang lebih baik.
Perbedaan antara pemuda yang berpredikat mahasiswa dengan yang bukan terletak pada daya analisisnya. Seberapa jauh daya analisa terhadap suatu persoalan. Bukan berarti langsung disimpulkan namun sudah melalui tahap berfikir. Dimulai dari pengumpulan bahan pendukung dan data yang akurat. Dari hal itu disampaikan alternative pemecahan masalah atau solusinya. Lalu mempertanggungjawabkan saran solusinya kepada stakeholder. Maka tidak heran bila ada persoalan di masyarakat, mahasiswa menjadi jujugan tempat bertanya, dan mengeluhkan persoalannya.
Untuk itu mahasiswa perlu mengasah kemampuannya. Ada beberapa hal yang bisa dilakukan diantaranya:
Mengasah kemampuan reflektif. Refleksi ini paduan dari perenungan dan aksi. Sebelum melakukan langkah nyata perlu didasari dengan bahan bacaan yang banyak dan luas. Bacaan bisa didapat dari bacaan fisik berupa buku, majalah, jurnal. Dan bisa juga dari bacaan virtual dengan dukungan teknologi informasi. Begitu juga bacaan bisa didapat dari kehidupan, bergaul dengan banyak orang ditengah masyarakat. Dan yang paling penting membaca pedoman hidup kita, Alquran. Seberapapun dan apapun persoalan kita bisa dikembalikan pada tuntunan ilahi. Karena sebaik-baik penuntun adalah kalam ilahi. Tentu saja sebagai mahasiswa harus mengikuti perkuliahan.
Bertindak efektif. Sangat penting juga bagi mahasiswa untuk bertindak efektif, efisien dan terencana. Hal ini berarti suatu aksi perlu direncakan terlebih dahulu dengan matang. Jangan lantas mentang-mentang mahasiswa hanya pandai berwacana saja. Jangan NATO, never action talking only. Tidak pernah membuat karya hanya bicara saja. Karakter ini hanya dimiliki oleh kaum intelektual  dan politikus amatir Negara-negara miskin. Sebaliknya kaum muda dan mahasiswa harus banyak bekerja dan bertindak secara efektif.
Jangan hanya pandai berwacana. Mahasiswa dituntut untuk luas bacaannya, luas wawasannya. Namun jangan melupakan untuk mampu merealisasikan. Jadi harus bisa menjadi karya nyata dipadu dengan kemampuan menegerial. Bila hal ini tidak terjadi maka sama halnya dengan bohong karena tidak ada perbaikan kehidupan.
Hal sederhana yang perlu diingat adalah tugas mahasiswa tidak hanya duduk kuliah mendengar penjelasan dari dosen. Namun pelan namun pasti aksinya bisa membawa perubahan dan memperbaiki yang rusak. Perubahan sendiri ditopang dari intelektualisme, idealism dan keberanian mahasiswa. Karena hal itulah ruh perubahan. Goreskanlah catatan membanggakan bagi umat manusia. wallahu a’lam bi alshawab.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar