Pada hari Kamis sore, 12
September 2013 bertempat di LM3 Alqomar berlangsung pra Oscar yang diikuti oleh
mahasiswa baru Stiqom. Acara berlangsung dengan gayeng. Pada kesempatan ini
saya diminta untuk memberi materi tentang kemahasiswaan. Undangan ini cukup
mendadak. Mengingat saya dihubungi hari sudah menjelang siang. Padahal acara
berlangsung sore harinya. Mengingat rasa hormat kepada Kiai Pengasuh pondok
pesantren Sunan Kalijaga, saya berusaha memenuhi undangan ini.
Ada sedikit hal yang saya
sampaikan. Mahasiswa berasal dari dua kata. Maha dan siswa. Maha berarti
tinggi, super. Siswa sama berarti pelajar. Jadi mahasiswa adalah pelajar tinggi
atau pelajar yang super mengarah kepada pelajar yang sempurna. Idiom mahasiswa
merujuk kepada pelajar yang terdaftar pada suatu perguruan tinggi. Sedang mahasiswa
ada beberapa tingkatan atau strata. S1 atau sarjana, S2 atau tingkatan magister
dan S3 atau program doctor.
Penulis sedang memberi maateri. |
Mahasiswa dan pemuda dalam
kesejarahan bangsa mempunyai andil yang besar. Bisa kita lihat dari Sumpah
Pemuda 1928, proklamasi kemerdekaan, hingga reformasi 1998. Para pemuda,
mahasiswa bahu membahu membawa perubahan bangsa dan negara menjadi lebih baik.
memang mahasiswa identik dengan gerakan perubahan. Karena mahasiswa dianggap
sebagai agent of change, agen perubahan. Berfikirnya masih orisinil, penyambung
lidah masyarakat, dan menghendaki kehidupan berbangsa dan bernegara yang lebih
baik.
Perbedaan antara pemuda yang
berpredikat mahasiswa dengan yang bukan terletak pada daya analisisnya. Seberapa
jauh daya analisa terhadap suatu persoalan. Bukan berarti langsung disimpulkan
namun sudah melalui tahap berfikir. Dimulai dari pengumpulan bahan pendukung
dan data yang akurat. Dari hal itu disampaikan alternative pemecahan masalah
atau solusinya. Lalu mempertanggungjawabkan saran solusinya kepada stakeholder.
Maka tidak heran bila ada persoalan di masyarakat, mahasiswa menjadi jujugan tempat
bertanya, dan mengeluhkan persoalannya.
Untuk itu mahasiswa perlu
mengasah kemampuannya. Ada beberapa hal yang bisa dilakukan diantaranya:
Mengasah kemampuan reflektif. Refleksi
ini paduan dari perenungan dan aksi. Sebelum melakukan langkah nyata perlu
didasari dengan bahan bacaan yang banyak dan luas. Bacaan bisa didapat dari bacaan
fisik berupa buku, majalah, jurnal. Dan bisa juga dari bacaan virtual dengan
dukungan teknologi informasi. Begitu juga bacaan bisa didapat dari kehidupan,
bergaul dengan banyak orang ditengah masyarakat. Dan yang paling penting
membaca pedoman hidup kita, Alquran. Seberapapun dan apapun persoalan kita bisa
dikembalikan pada tuntunan ilahi. Karena sebaik-baik penuntun adalah kalam
ilahi. Tentu saja sebagai mahasiswa harus mengikuti perkuliahan.
Bertindak efektif. Sangat penting
juga bagi mahasiswa untuk bertindak efektif, efisien dan terencana. Hal ini
berarti suatu aksi perlu direncakan terlebih dahulu dengan matang. Jangan lantas
mentang-mentang mahasiswa hanya pandai berwacana saja. Jangan NATO, never
action talking only. Tidak pernah membuat karya hanya bicara saja. Karakter ini
hanya dimiliki oleh kaum intelektual dan
politikus amatir Negara-negara miskin. Sebaliknya kaum muda dan mahasiswa harus
banyak bekerja dan bertindak secara efektif.
Jangan hanya pandai berwacana. Mahasiswa
dituntut untuk luas bacaannya, luas wawasannya. Namun jangan melupakan untuk
mampu merealisasikan. Jadi harus bisa menjadi karya nyata dipadu dengan
kemampuan menegerial. Bila hal ini tidak terjadi maka sama halnya dengan bohong
karena tidak ada perbaikan kehidupan.
Hal sederhana yang perlu diingat
adalah tugas mahasiswa tidak hanya duduk kuliah mendengar penjelasan dari dosen.
Namun pelan namun pasti aksinya bisa membawa perubahan dan memperbaiki yang
rusak. Perubahan sendiri ditopang dari intelektualisme, idealism dan keberanian
mahasiswa. Karena hal itulah ruh perubahan. Goreskanlah catatan membanggakan
bagi umat manusia. wallahu a’lam bi alshawab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar