Apa ada hubungannya antara
manajemen, kepemimpinan dan rukun iman? Selintas memang tidak. Menejemen adalah
ilmu yang terbilang baru. Sebagai usaha untuk menggapai suatu hal. Maka perlu
proses yang itulah namanya manajemen. Dimulai dari adanya perencanaan, proses,
evaluasi, kontrol, tindak lanjut dan sebagainya. Sedang kepemimpinan banyak
ahli yang memberi definisi diantaranya adalah seni untuk memimpin. Jadi antara
satu pemimpin dan lainnya mempunyai gaya sendiri-sendiri. Walau bisa juga
berasal dari satu alumni lembaga pendidikan. Karena juga terpengaruh dengan
siapa yang dipimpinnya, karakter, waktu, budaya, latar belakang pendidikan,
stakeholder, iklim dan sebagainya. Untuk itu diperlukan satu gaya tersendiri
dalam menjalankan kepemimpinannya. Namun ada juga seorang pemimpin yang
dimanapun ditempatkan bisa saja adaptasi dan berhasil dalam menjalankan misi
kepemimpinannya. Inilah yang baru dikatakan pemimpin yang sukses.
Lalu hubungannya dengan rukun
iman bagaimana? Ada hal yang menarik dari uraian Dr. KH. Kharisuddin Aqib,
M.Ag. ketika saya sowan kepada beliau. Berikut diantara yang beliau sampaikan.
Sebagaimana diketahui bahwa rukun
iman terdiri enam hal. Diantaranya iman kepada Allah, malaikat, kitab, rasul,
hari kiamat dan takdir. Manusia hidup di dunia menjalankan tugas kekhalifahan.
Manusia diberi amanah oleh Allah menjadi pemimpin di muka bumi. Dalam
menjalankan kepemimpinan ini tidak dengan tangan kosong. Namun sudah dibekali
dengan ilmu. Disamping manusia sendiri sudah dikaruniai akal fikiran dan napsu.
Dengan bekal inilah manusia dipilih mengalahkan makhluk lain yang telah ada.
Sewaktu di surge Allah sudah menciptakan, iblis, jin, malaikat dan Nabi Adam.
Nabi Adam dari golongan manusia. walau diciptakan belakangan namun memperoleh
keistimewaan dari makhluk lain. Yakni diberi kecerdasan ilmu pengetahuan.
Sehingga semua makhluk diperintahkan Allah untuk bersujud kepada Nabi Adam.
Semuanya bersujud kecuali iblis. Begitulah ceritanya.
Dalam menjalankan kepemimpinan,
seorang pemimpin membutuhkan peran dan sifat seperti malaikat, rasul, kitab,
hari kiamat dan takdir. Ilustrasinya sebagai berikut. Malaikat adalah makhluk
yang penurut, apa yang diperintahkan Allah pasti dilaksanakan. Tidak pernah
membantah apalagi durhaka. Ini adalah tipe bawahan yang loyal. Seorang pemimpin
pastilah membutuhkan bawahan yang loyal, setia dan siap melaksanakan perintah
kapan dan dimana saja. Dengan adanya pembantu yang loyal dipastikan maka
program akan berjalan dengan baik. Sesuai dengan harapan sang pemimpin. Ada
contoh nyata jawaban seorang pimpinan ditanya tentang memilih mana bawahan yang
loyal atau bawahan yang cerdas. Dalam memilih para pembantunya ternyata sang
pemimpin memilih bawahan yang loyal walau kemampuan akademiknya terbatas.
Alasannya anak buah yang cerdas cenderung mbalelo karena mengandalkan
kepandaiannya. Dengan memilih bawahan tipe seperti ini bila membutuhkan
keterampilan tertentu bisa saja dikirim kursus, diklat dan sejenisnya. Jadi
yang dibutuhkan anak buah yang loyal. Maka tidak heran di era otonomi daerah
sekarang ini ada kepala dinas di suatu kabupaten sebelumnya adalah kepala dinas
pemakaman. Ada juga kepala dinas perhubungan, kepala dinas peternakan. Yang
tidak tahu seluk beluk masalah pendidikan. Memang satu sisi tidak salah di era
otonomi daerah semua pejabat berhak menduduki jabatan apapun. Asal
diperkenankan kepala daerah.
Selanjutnya perlunya kitab. Kitab
adalah laksana pedoman dalam menjalankan organisasi. Dengan adanya blue print,
visi, misi, tujuan, rencana jangka pendek, jangka panjang lalu rencana
pengembangan lembaga maka adanya kitab sangat penting dalam mencapai tujuan
organisasi.
Rasul adalah utusan. Bisa saja
seorang public relation atau bagian humas. Yang berada diluar lingkaran
organisasi. Ia bertugas untuk menyampaikan program, press realese atau
pernyataan untuk meluruskan suatu berita tentang organisasi sehingga masyarakat
akan terus mempunyai opini yang positif terhadap lembaga.
Begitu juga hari kiamat. Hari
akhir diilustrasikan sebagai timing, waktu. Dalam menjalankan roda organisasi
mempunyai masa bhakti dan time schedule atau rencana waktu untuk mencapai
tujuan organisasi. Deadline atau batas akhir waktu harus dipunyai sehingga
program tidak molor bahkan terabaikan sehingga membawa organisasi menjadi
mundur bahkan bisa collapse atau hancur.
Terakhir percaya adanya takdir.
Bahwa takdir adalah rahasia Tuhan. Manusia hanya wajib untuk berikhtiar,
berusaha. Sedang hasil akhir diserahkan kepada pemilik jagat raya ini. Perlu
sikap optimis untuk menatap masa depan. Tentu saja didasari seorang pemimpin
harus menyiapkan piranti kepemimpinannya. Adanya anak buah yang loyal, adanya
humas, adanya pedoman organisasi, adanya deadline waktu rencana serta sifat
optimis semua stakeholder untuk menggapai tujuan organisasi. Wallahu a’lam bi
al shawab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar