Minggu, 28 Juli 2013

Belajar Menajemen Kepemimpinan dari Rukun Iman

Apa ada hubungannya antara manajemen, kepemimpinan dan rukun iman? Selintas memang tidak. Menejemen adalah ilmu yang terbilang baru. Sebagai usaha untuk menggapai suatu hal. Maka perlu proses yang itulah namanya manajemen. Dimulai dari adanya perencanaan, proses, evaluasi, kontrol, tindak lanjut dan sebagainya. Sedang kepemimpinan banyak ahli yang memberi definisi diantaranya adalah seni untuk memimpin. Jadi antara satu pemimpin dan lainnya mempunyai gaya sendiri-sendiri. Walau bisa juga berasal dari satu alumni lembaga pendidikan. Karena juga terpengaruh dengan siapa yang dipimpinnya, karakter, waktu, budaya, latar belakang pendidikan, stakeholder, iklim dan sebagainya. Untuk itu diperlukan satu gaya tersendiri dalam menjalankan kepemimpinannya. Namun ada juga seorang pemimpin yang dimanapun ditempatkan bisa saja adaptasi dan berhasil dalam menjalankan misi kepemimpinannya. Inilah yang baru dikatakan pemimpin yang sukses.
Lalu hubungannya dengan rukun iman bagaimana? Ada hal yang menarik dari uraian Dr. KH. Kharisuddin Aqib, M.Ag. ketika saya sowan kepada beliau. Berikut diantara yang beliau sampaikan.
Sebagaimana diketahui bahwa rukun iman terdiri enam hal. Diantaranya iman kepada Allah, malaikat, kitab, rasul, hari kiamat dan takdir. Manusia hidup di dunia menjalankan tugas kekhalifahan. Manusia diberi amanah oleh Allah menjadi pemimpin di muka bumi. Dalam menjalankan kepemimpinan ini tidak dengan tangan kosong. Namun sudah dibekali dengan ilmu. Disamping manusia sendiri sudah dikaruniai akal fikiran dan napsu. Dengan bekal inilah manusia dipilih mengalahkan makhluk lain yang telah ada. Sewaktu di surge Allah sudah menciptakan, iblis, jin, malaikat dan Nabi Adam. Nabi Adam dari golongan manusia. walau diciptakan belakangan namun memperoleh keistimewaan dari makhluk lain. Yakni diberi kecerdasan ilmu pengetahuan. Sehingga semua makhluk diperintahkan Allah untuk bersujud kepada Nabi Adam. Semuanya bersujud kecuali iblis. Begitulah ceritanya.
Dalam menjalankan kepemimpinan, seorang pemimpin membutuhkan peran dan sifat seperti malaikat, rasul, kitab, hari kiamat dan takdir. Ilustrasinya sebagai berikut. Malaikat adalah makhluk yang penurut, apa yang diperintahkan Allah pasti dilaksanakan. Tidak pernah membantah apalagi durhaka. Ini adalah tipe bawahan yang loyal. Seorang pemimpin pastilah membutuhkan bawahan yang loyal, setia dan siap melaksanakan perintah kapan dan dimana saja. Dengan adanya pembantu yang loyal dipastikan maka program akan berjalan dengan baik. Sesuai dengan harapan sang pemimpin. Ada contoh nyata jawaban seorang pimpinan ditanya tentang memilih mana bawahan yang loyal atau bawahan yang cerdas. Dalam memilih para pembantunya ternyata sang pemimpin memilih bawahan yang loyal walau kemampuan akademiknya terbatas. Alasannya anak buah yang cerdas cenderung mbalelo karena mengandalkan kepandaiannya. Dengan memilih bawahan tipe seperti ini bila membutuhkan keterampilan tertentu bisa saja dikirim kursus, diklat dan sejenisnya. Jadi yang dibutuhkan anak buah yang loyal. Maka tidak heran di era otonomi daerah sekarang ini ada kepala dinas di suatu kabupaten sebelumnya adalah kepala dinas pemakaman. Ada juga kepala dinas perhubungan, kepala dinas peternakan. Yang tidak tahu seluk beluk masalah pendidikan. Memang satu sisi tidak salah di era otonomi daerah semua pejabat berhak menduduki jabatan apapun. Asal diperkenankan kepala daerah.
Selanjutnya perlunya kitab. Kitab adalah laksana pedoman dalam menjalankan organisasi. Dengan adanya blue print, visi, misi, tujuan, rencana jangka pendek, jangka panjang lalu rencana pengembangan lembaga maka adanya kitab sangat penting dalam mencapai tujuan organisasi.
Rasul adalah utusan. Bisa saja seorang public relation atau bagian humas. Yang berada diluar lingkaran organisasi. Ia bertugas untuk menyampaikan program, press realese atau pernyataan untuk meluruskan suatu berita tentang organisasi sehingga masyarakat akan terus mempunyai opini yang positif terhadap lembaga.
Begitu juga hari kiamat. Hari akhir diilustrasikan sebagai timing, waktu. Dalam menjalankan roda organisasi mempunyai masa bhakti dan time schedule atau rencana waktu untuk mencapai tujuan organisasi. Deadline atau batas akhir waktu harus dipunyai sehingga program tidak molor bahkan terabaikan sehingga membawa organisasi menjadi mundur bahkan bisa collapse atau hancur.
Terakhir percaya adanya takdir. Bahwa takdir adalah rahasia Tuhan. Manusia hanya wajib untuk berikhtiar, berusaha. Sedang hasil akhir diserahkan kepada pemilik jagat raya ini. Perlu sikap optimis untuk menatap masa depan. Tentu saja didasari seorang pemimpin harus menyiapkan piranti kepemimpinannya. Adanya anak buah yang loyal, adanya humas, adanya pedoman organisasi, adanya deadline waktu rencana serta sifat optimis semua stakeholder untuk menggapai tujuan organisasi. Wallahu a’lam bi al shawab.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar