Jumat, 17 Mei 2013

Pilar-pilar Ketentraman


Tentram menjadi dambaan semua orang. Begitu juga orang hidup perlu keadaan tenang untuk bekerja, beribadah, menikmati kehidupan, ataupun berinteraksi antar sesame manusia/bermuamalah. Yang perlu disadari bahwa tentram tidak datang dengan tiba-tiba. Namun dibentuk bisa juga direkayasa awalnya. Seperti jaman jahiliyah, siapa yang kuat maka akan menindas yang lemah. Yang kaya berbuat semena-mena kepada yang miskin. Maka datanglah Islam yang dibawa Kanjeng Nabi Muhammad. Menawarkan persamaan derajat, memanusiakan manusia, menghargai harkat martabat manusia, berlomba-lomba menuju kebaikan. Maka mulailah ketentraman mulai terasa oleh masyarakat pada waktu itu.
Banyak juga para ulama kita awalnya membuka pesantren di daerah yang gersang agamanya. bisa dibuat contoh pondok pesantren tebuireng jombang. Begitu pula pondok pesantren miftahul ‘ula nglawak kertosono nganjuk. Di daerah ini dikenal dengan daerah mo limo. Perjudian, sabung ayam, minum-minuman keras, dan semacamnya merajalela. Bahkan di Nglawak awalnya dulu dikenal sebagai basis daerah merah, PKI. Namun lambat namun pasti terjadi perubahan kearah yang lebih baik dengan dimulainya pendirian pesantren. Walau pasti ada halangan, rintangan yang datang menghadang. Namun dengan pendirian pesantren  kehidupan warga sekitar semakin menjadi baik.
Dalam sebuah hadith disebutkan ada empat perkara yang mendukung terbentuknya ketentraman, yakni: ilmu ulama. Ilmu menjadi penerang kehidupan manusia. Bila manusia tidak ada juru penerang seperti ulama maka tidak ada bedanya antara manusia dengan hewan. Bisa jadi akan terjadi hukum rimba. Siapa yang kuat akan menindas yang lemah. Bila ikut ulama maka akan selamat dunia akhirat. Dalam menyebarkan ilmu bisa berbentuk pengajian, madrasah diniyah, ceramah, suri tauladan dalam kehidupan. Imam ghozali dalam ihya’ ulumuddin menjelaskan bahwa amar ma’ruf tetap perlu dijalankan bila masih ada orang yang bodoh. Sedang imam malik mengatakan bahwa ulama akan dimintai pertanggungjawaban di akirat nanti mengenai ilmunya apakah sudah menyebarkan ilmu atau belum. Dalam hadith nabi menggambarkan bahwa ulama adalah lampu dunia dan juga ulama adalah pewaris para nabi.
Kedua, pemimpin yang adil. Pemimpin disini bisa dimaknai sebagai kepala Negara, kepala pemerintahan. Termasuk bisa juga dimasukkan kesini para pejabat elit legislatif, elit militer, elit birokrasi, elit yudikatif. Karena kebijakan yang menyangkut hajat hidup orang banyak ada ditangan mereka. Bila mereke menyeleweng sedikit saja akan berpengaruh tidak hanya pada keluarganya saja namun rakyat satu negara. Umara digambarkan dalam hadith bahwa pemimpin adalah pemegang kekuasaan tuhan di dunia. Namun bila menyelewengkan kekuasaannya maka  akan dicabut mandat yang diberikan. Dengan kata lain pemimpin yang selamat adalah yang mau melaksanakan aturan agama dan aturan yang menjadikannya ia menjadi pemimpin. Ada tiga golongan yang akan masuk surga yakni umara yang adil, seseorang yang sayang dengan kerabatnya dan terakhir seseorang yang ahli sadaqah. Parameter kebaikan seseorang bisa diilustrasikan bila ia disayangi masyarakat dan ia juga cinta umatnya.
Ketiga, dermawannya orang kaya. Ditengarai di Negara kita sekarang ini yang mempunyai rekening diatas 5 milyar berjumlah puluhan ribu orang. Ini menandakan bahwa semakin tumbuh orang kaya baru. Orang yang kaya perlu memperbanyak sadaqah baik siri atau jahr, diperlihatkan. Maka bila ia melakukan itu niscaya akan dilipatgandakan hartanya, akan memperoleh pertolongan Allah dan memperoleh laba yang berlipat. Setiap pagi datanglah malaikat ke dunia seraya berdoa agar ahli sadaqah diberi ganti dan orang yang bakhil diberi kerusakan. Orang yang dermawan akan dekat dengan Allah, dekat dengan surga dan dekat dengan manusia dan jauh dari neraka. Sedang orang yang bakhil jauh dari Allah, jauh dari manusia, jauh dari surga dan dekat dengan neraka.
Empat, doa fakir. Jangan sepelakan doa orang yang fakir. Karena bisa menggetarkan arsnya Allah dan dikabulkan oleh Allah. Hampir sama dengan doanya orang yang teraniaya. Baiknya dunia karena kerjasama dua golongan yakni ulama dan umara. Bila kehidupan belum baik atau mapan maka harus bersabar dan bersyukur atas nikmat yang diterima. Bukan berarti bermalas-malasan. Tiap hari harus tetap beribadah dan bekerja keras sebagai bentuk ikhtiar sebagai manusia hidup. Syeh Abdul Qadir al-Jilani berkata orang fakir yang sabar lebih utama dari pada orang kaya yang bersyukur. Sedang orang fakir yang bersyukur lebih utama dari semuanya. Diceritakan orang kaya masuk surge 500 tahun setelah orang fakir. Karena orang fakir tidak dihisab hartanya karena memang tidak ada yang dihitung,  tidak mempunyai harta. sedang orang kaya harus mempertanggungjawabkan dari mana hartanya, kemana dibelanjakan.
Mengingat saudara kita yang kebetulan belum baik kehidupannya perlu ditolong. Orang yang kaya baik harta, pikiran, informasi, kekuasaan perlu bersatu padu untuk melonggarkan kehidupan saudara kita ini. Dengan ilmu ulama maka kehidupan menjadi teduh, damai, beribadah mengerti ilmunya. Semuanya dinilai ibadah. Dengan kebijakan para pemimpin yang memegang kekuasaan bisa berpihak kepada saudara kita semuanya. Orang yang kaya bisa beraktivitas sesuai profesinya dengan aman, saudara kita yang belum beruntung diberi keberpihakan dari segi ilmu, akses informasi, akses modal, kesehatan, hukum dan semuanya yang mengarah kepada perbaikan hidup. Orang yang dermawan bisa membantu dengan keahlian bisnisnya untuk ditularkan dan juga akses modalnya. Bila ini terjadi saudara-saudara kita semuanya akan berdoa untuk keselamatan kita semua, ketentraman bersama dengan tujuan baldatun toyyibatun ghofur. Wallahu a’lam bi al shawab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar