Tentram menjadi dambaan semua
orang. Begitu juga orang hidup perlu keadaan tenang untuk bekerja, beribadah,
menikmati kehidupan, ataupun berinteraksi antar sesame manusia/bermuamalah.
Yang perlu disadari bahwa tentram tidak datang dengan tiba-tiba. Namun dibentuk
bisa juga direkayasa awalnya. Seperti jaman jahiliyah, siapa yang kuat maka
akan menindas yang lemah. Yang kaya berbuat semena-mena kepada yang miskin.
Maka datanglah Islam yang dibawa Kanjeng Nabi Muhammad. Menawarkan persamaan
derajat, memanusiakan manusia, menghargai harkat martabat manusia,
berlomba-lomba menuju kebaikan. Maka mulailah ketentraman mulai terasa oleh
masyarakat pada waktu itu.
Banyak juga para ulama kita
awalnya membuka pesantren di daerah yang gersang agamanya. bisa dibuat contoh
pondok pesantren tebuireng jombang. Begitu pula pondok pesantren miftahul ‘ula
nglawak kertosono nganjuk. Di daerah ini dikenal dengan daerah mo limo.
Perjudian, sabung ayam, minum-minuman keras, dan semacamnya merajalela. Bahkan
di Nglawak awalnya dulu dikenal sebagai basis daerah merah, PKI. Namun lambat
namun pasti terjadi perubahan kearah yang lebih baik dengan dimulainya
pendirian pesantren. Walau pasti ada halangan, rintangan yang datang
menghadang. Namun dengan pendirian pesantren
kehidupan warga sekitar semakin menjadi baik.
Dalam sebuah hadith disebutkan
ada empat perkara yang mendukung terbentuknya ketentraman, yakni: ilmu ulama. Ilmu
menjadi penerang kehidupan manusia. Bila manusia tidak ada juru penerang
seperti ulama maka tidak ada bedanya antara manusia dengan hewan. Bisa jadi
akan terjadi hukum rimba. Siapa yang kuat akan menindas yang lemah. Bila ikut
ulama maka akan selamat dunia akhirat. Dalam menyebarkan ilmu bisa berbentuk
pengajian, madrasah diniyah, ceramah, suri tauladan dalam kehidupan. Imam
ghozali dalam ihya’ ulumuddin menjelaskan bahwa amar ma’ruf tetap perlu
dijalankan bila masih ada orang yang bodoh. Sedang imam malik mengatakan bahwa
ulama akan dimintai pertanggungjawaban di akirat nanti mengenai ilmunya apakah
sudah menyebarkan ilmu atau belum. Dalam hadith nabi menggambarkan bahwa ulama
adalah lampu dunia dan juga ulama adalah pewaris para nabi.
Kedua, pemimpin yang adil.
Pemimpin disini bisa dimaknai sebagai kepala Negara, kepala pemerintahan.
Termasuk bisa juga dimasukkan kesini para pejabat elit legislatif, elit
militer, elit birokrasi, elit yudikatif. Karena kebijakan yang menyangkut hajat
hidup orang banyak ada ditangan mereka. Bila mereke menyeleweng sedikit saja
akan berpengaruh tidak hanya pada keluarganya saja namun rakyat satu negara. Umara
digambarkan dalam hadith bahwa pemimpin adalah pemegang kekuasaan tuhan di
dunia. Namun bila menyelewengkan kekuasaannya maka akan dicabut mandat yang diberikan. Dengan
kata lain pemimpin yang selamat adalah yang mau melaksanakan aturan agama dan
aturan yang menjadikannya ia menjadi pemimpin. Ada tiga golongan yang akan
masuk surga yakni umara yang adil, seseorang yang sayang dengan kerabatnya dan
terakhir seseorang yang ahli sadaqah. Parameter kebaikan seseorang bisa
diilustrasikan bila ia disayangi masyarakat dan ia juga cinta umatnya.
Ketiga, dermawannya orang kaya.
Ditengarai di Negara kita sekarang ini yang mempunyai rekening diatas 5 milyar
berjumlah puluhan ribu orang. Ini menandakan bahwa semakin tumbuh orang kaya
baru. Orang yang kaya perlu memperbanyak sadaqah baik siri atau jahr,
diperlihatkan. Maka bila ia melakukan itu niscaya akan dilipatgandakan
hartanya, akan memperoleh pertolongan Allah dan memperoleh laba yang berlipat.
Setiap pagi datanglah malaikat ke dunia seraya berdoa agar ahli sadaqah diberi
ganti dan orang yang bakhil diberi kerusakan. Orang yang dermawan akan dekat
dengan Allah, dekat dengan surga dan dekat dengan manusia dan jauh dari neraka.
Sedang orang yang bakhil jauh dari Allah, jauh dari manusia, jauh dari surga
dan dekat dengan neraka.
Empat, doa fakir. Jangan
sepelakan doa orang yang fakir. Karena bisa menggetarkan arsnya Allah dan
dikabulkan oleh Allah. Hampir sama dengan doanya orang yang teraniaya. Baiknya
dunia karena kerjasama dua golongan yakni ulama dan umara. Bila kehidupan belum
baik atau mapan maka harus bersabar dan bersyukur atas nikmat yang diterima.
Bukan berarti bermalas-malasan. Tiap hari harus tetap beribadah dan bekerja
keras sebagai bentuk ikhtiar sebagai manusia hidup. Syeh Abdul Qadir al-Jilani
berkata orang fakir yang sabar lebih utama dari pada orang kaya yang bersyukur.
Sedang orang fakir yang bersyukur lebih utama dari semuanya. Diceritakan orang
kaya masuk surge 500 tahun setelah orang fakir. Karena orang fakir tidak
dihisab hartanya karena memang tidak ada yang dihitung, tidak mempunyai harta. sedang orang kaya
harus mempertanggungjawabkan dari mana hartanya, kemana dibelanjakan.
Mengingat saudara kita yang
kebetulan belum baik kehidupannya perlu ditolong. Orang yang kaya baik harta,
pikiran, informasi, kekuasaan perlu bersatu padu untuk melonggarkan kehidupan
saudara kita ini. Dengan ilmu ulama maka kehidupan menjadi teduh, damai,
beribadah mengerti ilmunya. Semuanya dinilai ibadah. Dengan kebijakan para
pemimpin yang memegang kekuasaan bisa berpihak kepada saudara kita semuanya.
Orang yang kaya bisa beraktivitas sesuai profesinya dengan aman, saudara kita
yang belum beruntung diberi keberpihakan dari segi ilmu, akses informasi, akses
modal, kesehatan, hukum dan semuanya yang mengarah kepada perbaikan hidup.
Orang yang dermawan bisa membantu dengan keahlian bisnisnya untuk ditularkan
dan juga akses modalnya. Bila ini terjadi saudara-saudara kita semuanya akan
berdoa untuk keselamatan kita semua, ketentraman bersama dengan tujuan baldatun
toyyibatun ghofur. Wallahu a’lam bi al shawab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar