Setiap lembaga menginginkan
lembaganya maju, memberi kepuasan kepada para pemangku kepentingan, lalu
dipercaya masyarakat. Hal-hal tadi sebenarnya adalah proses. Tidak serta merta
lembaga baru berdiri lalu banyak orang yang mendaftar dan langsung percaya.
Butuh waktu untuk meraih hal itu.
Diantara proses yang dilalui
adalah membuat kepercayaan dulu. Orang kalau sudah percaya maka apapun akan
dilakukan. Karena merasa aman, amanah maka tidak ada keraguan sedikitpun. Lalu
berapapun materi yang dibutuhkan akan terasa ringan saja mengeluarkannya.
Diantara contohnya adalah PPDB MIN 1 Malang. Dari yang mendaftar 900 namun yang
diambil hanya 30 persen saja. Kelihatan bahwa ada rasa kepercayaan, kepuasan
dari para pengguna jasanya. Sehingga masyarakat berbondong-bondong untuk
mendaftarkan putra-putrinya di sana. Hamper sama juga dengan lembaga sejenis
yang lain. Dan sebenarnya hal itu bisa ditiru oleh lembaga lain seperti
madrasah.
Memang sekarang ini fenomena
perkembangan madrasah memang sedang naik daun. Hal ini sebenarnya menjadi
spirit bagi madrasah di berbagai daerah. Madrasah sudah tidak dipandang sebelah
mata sebagai institusi pendidikan nomor dua. Setelah kepercayaan yakni
menorehkan prestasi. Untuk mendapatkan prestasi tidak semudah membalik telapak
tangan. Perlu upaya serius untuk melakukannya. Dimulai dari input, prosesnya,
sarana prasarana, komitmen dari intern dan eksternal lembaga serta tak lupa
dana pengembangannya. Prestasi bisa ditoreh dari kurikuler, ekstra kurikuler,
daya dukung, lingkungan, seni, olahraga, budaya, dan juga dari penciptaan
karakter. Itu semua akan terlihat hasilnya dengan tentu saja daya dukung budaya
yang dikembangkan oleh madrasah.
Untuk menuju kearah yang
diinginkan tentu saja membutuhkan pengorbanan dan perjuangan. Inilah salah satu
rahasia keberhasilan dan kemajuan UIN Maulana Malik Ibrahim Malang hingga
didatangi mahasiswa dari 21 negara. Seperti yang disampaikan Prof. Dr. Imam
Suprayogo.
Parameter perjuangan diantaranya
melaksanakan amanah sepenuh hati. Bercita-cita memberikan yang terbaik, berani
menanggung resiko, tidak didorong oleh upah, tidak menunggu sarananya lengkap,
dan tidak suka mengeluh.
Seorang pemimpin pejuang harus
memiliki visi misi yang jelas, kesediaan bekerja melebihi standar, berani
melakukan efisiensi, efektivitas dari segi anggaran dan ketenagaan, membuat
terobosan dan memotong jarak birokrasi, berfikir dan bekerja keras.
Disekitar kita banyak sekolah dan
madrasah. Ada yang maju, sedang, bahkan ada yang la yamutu wala yahya. Tidak
bermutu menghabiskan banyak biaya. Fenomena ini bisa saja karena pemimpinnya
hanya mencari aman, ingin meraup untung dan terlena menikmati proses
perkembangan.
Dalam berjalannya memang ada
pedoman, aturan yang berlaku, tata tertib, juklak, juknis dan tupoksi. Namun
jangan sampai hal yang ada tersebut menjadi belenggu berjalannya lembaga. Harus
ada kreasi dan inovasi. Kreasi bertitik tolak dari menciptakan sesuatu hal yang
baru. Dan berguna untuk lembaga. Bisa juga inovasi, hal yang ada dipermak
sehingga menjadi lebih berdaya guna.
Pentingnya seorang pemimpin untuk
terus menggapai visi yang sudah disepakati bersama, mau bertanggungjawab, dan
terus berjuang memajukan lembaganya. Agar bisa khusnul khotimah bekerjanya maka
perlu dilengkapi dengan akhlakul karimah.
Bila masih ada bawahan bekerja
setengah hati maka seorang pemimpin perlu bersabar. Dan terus memberikan
ketulusan dan keteladanan. Berat, ya memang ini berat. Namun memajukan lembaga
pendidikan adalah karya, juga jihad yang tidak kalah berjuang lewat jalur
politik. Memang secara materi berjihad di bidang pendidikan tidak seberapa
materi. Namun jangan lupa kebahagiaan yang luar biasa bisa menyiapkan generasi
masa depan yang unggul. Wallahu a’lam bi al shawab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar