Minggu, 19 Mei 2013

Kunci Memajukan Lembaga Pendidikan

Setiap lembaga menginginkan lembaganya maju, memberi kepuasan kepada para pemangku kepentingan, lalu dipercaya masyarakat. Hal-hal tadi sebenarnya adalah proses. Tidak serta merta lembaga baru berdiri lalu banyak orang yang mendaftar dan langsung percaya. Butuh waktu untuk meraih hal itu.
Diantara proses yang dilalui adalah membuat kepercayaan dulu. Orang kalau sudah percaya maka apapun akan dilakukan. Karena merasa aman, amanah maka tidak ada keraguan sedikitpun. Lalu berapapun materi yang dibutuhkan akan terasa ringan saja mengeluarkannya. Diantara contohnya adalah PPDB MIN 1 Malang. Dari yang mendaftar 900 namun yang diambil hanya 30 persen saja. Kelihatan bahwa ada rasa kepercayaan, kepuasan dari para pengguna jasanya. Sehingga masyarakat berbondong-bondong untuk mendaftarkan putra-putrinya di sana. Hamper sama juga dengan lembaga sejenis yang lain. Dan sebenarnya hal itu bisa ditiru oleh lembaga lain seperti madrasah.
Memang sekarang ini fenomena perkembangan madrasah memang sedang naik daun. Hal ini sebenarnya menjadi spirit bagi madrasah di berbagai daerah. Madrasah sudah tidak dipandang sebelah mata sebagai institusi pendidikan nomor dua. Setelah kepercayaan yakni menorehkan prestasi. Untuk mendapatkan prestasi tidak semudah membalik telapak tangan. Perlu upaya serius untuk melakukannya. Dimulai dari input, prosesnya, sarana prasarana, komitmen dari intern dan eksternal lembaga serta tak lupa dana pengembangannya. Prestasi bisa ditoreh dari kurikuler, ekstra kurikuler, daya dukung, lingkungan, seni, olahraga, budaya, dan juga dari penciptaan karakter. Itu semua akan terlihat hasilnya dengan tentu saja daya dukung budaya yang dikembangkan oleh madrasah.
Untuk menuju kearah yang diinginkan tentu saja membutuhkan pengorbanan dan perjuangan. Inilah salah satu rahasia keberhasilan dan kemajuan UIN Maulana Malik Ibrahim Malang hingga didatangi mahasiswa dari 21 negara. Seperti yang disampaikan Prof. Dr. Imam Suprayogo.
Parameter perjuangan diantaranya melaksanakan amanah sepenuh hati. Bercita-cita memberikan yang terbaik, berani menanggung resiko, tidak didorong oleh upah, tidak menunggu sarananya lengkap, dan tidak suka mengeluh.
Seorang pemimpin pejuang harus memiliki visi misi yang jelas, kesediaan bekerja melebihi standar, berani melakukan efisiensi, efektivitas dari segi anggaran dan ketenagaan, membuat terobosan dan memotong jarak birokrasi, berfikir dan bekerja keras.
Disekitar kita banyak sekolah dan madrasah. Ada yang maju, sedang, bahkan ada yang la yamutu wala yahya. Tidak bermutu menghabiskan banyak biaya. Fenomena ini bisa saja karena pemimpinnya hanya mencari aman, ingin meraup untung dan terlena menikmati proses perkembangan.
Dalam berjalannya memang ada pedoman, aturan yang berlaku, tata tertib, juklak, juknis dan tupoksi. Namun jangan sampai hal yang ada tersebut menjadi belenggu berjalannya lembaga. Harus ada kreasi dan inovasi. Kreasi bertitik tolak dari menciptakan sesuatu hal yang baru. Dan berguna untuk lembaga. Bisa juga inovasi, hal yang ada dipermak sehingga menjadi lebih berdaya guna.
Pentingnya seorang pemimpin untuk terus menggapai visi yang sudah disepakati bersama, mau bertanggungjawab, dan terus berjuang memajukan lembaganya. Agar bisa khusnul khotimah bekerjanya maka perlu dilengkapi dengan akhlakul karimah.
Bila masih ada bawahan bekerja setengah hati maka seorang pemimpin perlu bersabar. Dan terus memberikan ketulusan dan keteladanan. Berat, ya memang ini berat. Namun memajukan lembaga pendidikan adalah karya, juga jihad yang tidak kalah berjuang lewat jalur politik. Memang secara materi berjihad di bidang pendidikan tidak seberapa materi. Namun jangan lupa kebahagiaan yang luar biasa bisa menyiapkan generasi masa depan yang unggul. Wallahu a’lam bi al shawab.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar