Kekah sendiri banyak sekali
manfaatnya. Selain membebaskan diri dari gadaian/rahn, kekah membuat si anak
kebal terhadap penyakit. Ini sugesti atau tidak namun ada betulnya juga. Ada
anak yang sering sakit-sakitan. Lalu seorang kiai kampung menanyai orang tua si
anak. Apakah anaknya sudah dikekah? Ternyata belum. Lalu dianjurkan agar si
Bapak ini untuk mengkekah anaknya. Alhamdulillah setelah dilakukan kekah, si
anak beberapa waktu hingga menulis tulisan ini belum ada kabar sakit. Bila
sakit seperti flu, memang lumrah. Disisi
yang lain ada manfaat social. Diantaranya mempererat hubungan bertetangga. Dengan
mengundang tetangga, saudara dengan makan daging kambing yang sudah masak. Dilain
hal juga turut meningkatkan gizi masyarakat.
Apakah daging kekah harus di
masak? Menjawab pertanyaan ini boleh saja daging kekah diberikan kepada tetangga
dalam keadaan mentah. Bahkan waktunya bisa pas pada hari raya kurban. Hanya niatnya
tidak boleh keliru. Niatnya adalah kekah. Dan ada yang menganjurkan kelurga
yang kekah tidak ikut makan dagingnya. Bila ingin bisa beli diluar saja. Apalagi
yang kekah karena nadzar.
Dianjurkannya kekah memang tujuh
hari dari kelahiran sebagai rasa syukur dikaruniai putra. Hal ini disadari ada
juga sebuah keluarga hingga 11 tahun usia pernikahan belum juga diberi amanah
momongan. Bahkan ada yang lebih dari itu. Jadi dengan adanya momongan memang
amanah dan berkah tersendiri yang tidak dimiliki oleh setiap keluarga. Maka untuk
menebus gadain caranya dengan melaksanakan kekah. Kekah orang yang tidak mampu
bagaimana? Namanya tidak mampu memang tidak bisa dipaksakan. Bukankah ajaran
agama kita tidak memberi beban berlebihan bagi manusia. Menunggu mampunya. Bila
tidak tujuh hari/sepasar bersamaan dengan walimatut tasmiyah pemberian nama
boleh tujuh lapannya. Atau sampai usia remaja si anak. Namun bila sampai dewasa
orang tua belum mampu maka untuk selanjutnya kekah menjadi tanggungan si anak. Misalnya
pada usia 40 tahun seseorang belum di kekah maka boleh ia mengkekah dengan
hartanya sendiri. Namun bila sudah meninggal ritual kekah sudah berhenti. Tidak
ada tanggungan lagi.
Bisa juga kekah dilakukan oleh
neneknya. Misalnya ada seorang nenek yang mempunyai cucu. Oleh karena sayang
dengan cucunya maka boleh mengkekah cucunya.
Pelaksanaan kekah bisa dengan
mengundang tetangga jauh dan dekat, saudara, kenalan. Acaranya diisi dengan
tausiah dari kiai, membaca sholawat nabi, doa. Pas membaca sholawat si jabang
bayi dipotong rambutnya walau beberapa helai. Lalu ditukar dengan emas seberat
rambutnya. Bahkan ada yang menganjurkan untuk mencukur habis rambut si bayi. Lalu
ditimbang diganti dengan harga emas. Uangnya diberikan kepada fakir miskin. Wallahu
a’lam bi al shawab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar