Senin, 08 April 2013

Kekah 1


Kekah adalah bahasa Jawa. Dari perkataan orang Arab aqiqah. Orang Jawa biasanya menyebut sesuatu dengan mudah saja, sesuai dengan lidah Jawa. Maka untuk lebih memudahkan maka cukup mengucap kekah. Begitu juga dengan syahadatain maka lebih mudah dengan mengucap sekaten. Seperti yang dilakukan di Keraton Jogja ada acara sekatenan. Lalu mengucap fadhil agak susah maka mudahnya cukup palil, Muhammad cukup dipanggil Mad. Sebenarnya tidak ada yang salah namun menyesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada. Islam tidak membebani namun mengajarkan kasih sayang, tidak ada paksaan. Memberi kasih sayang bagi semua umat. Asal maksud yang dikandung sesuai tidak apalah toh maksud yang dituju adalah itu. Gusti Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
Begitu pula adanya Pancasila. Islam juga mengajarkan dari kelima sila dalam Pancasila. Tidak ada yang bertentangan. Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara memang diperlukan lima sila seperti dalam Pancasila. Jadi Pancasila sudah sesuai dengan tujuan ajaran Islam. begitulah betapa para pendiri bangsa yang tergabung dalam Tim Sembilan BPUPKI mempunyai wawasan luas akan bhinnekanya nusantara ini. Diantara anggotanya adalah para Kiai Nahdlatul ‘Ulama. Seperti KH Wahid Hasyim. Luar biasa pemahaman beliau akan ajaran Islam.
Berkaitan dengan aqiqah -selanjutnya ditulis kekah saja- adalah salah satu sunah Nabi. Seorang anak yang lahir masih dalam keadaan tergadai hingga ia disembelihkan satu ekor kambing bagi anak perempuan dan dua ekor kambing bagi anak laki-laki. Cara menyembelihpun ada tata cara tersendiri sebenarnya. Diantaranya tidak memotong tulang kecuali dalam ruas-ruas tulang tertentu. Jadi butuh bejana yang lumayan besar. Ini dikandung maksud agar si anak nantinya tidak patah tulang bila terjadi benturan atau kecelakaan. Kambingnyapun ada syarat tersendiri seperti syarat-syarat hewan kurban. Kalau bisa yang sudah usia dua tahunan atau poel –bahasa Jawa. Tidak terlalu kurus, tidak sakit-sakitan, sempurna anggota tubuhnya. Misalnya kakinya pincang ya kurang sempurna. Atau tidak punya ekor juga tidak tergolong sempurna.
Mengenai kambing jantan atau betina terserah saja. Ini tergantung selera atau juga kemampuan orang tua si anak. Dianjurkan disembelih pada hari ketujuh. Memang di Arab tidak ada sepasaran seperti di Jawa. Ada Pon, Kliwon, Wage, Legi dan Pahing. Bila kekah dilaksanakan pada hari sepasaran pas dengan memberi nama juga baik. di hari ketujuh juga baik tinggal menyesuaikan saja. Wallahu a’lam bi al shawab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar