Pada hari Sabtu, 19 Januari 2013
diadakan pertemuan alumni Pondok Pesantren Darul Muta’allimin Pandanasri
Kertosono Nganjuk. Suasana akrab. Alumni dari berbagai angkatan hadir. Terjadi
silaturahmi, kangen-kangenan. Tidak jarang bertemu lagi dengan gurunya yang
dulu mengajar. Setelah sekian lama tersita oleh kesibukan masing-masing.
Bertemu lagi dan tidak ayal saling melepas tawa dan menanyakan kabar
masin-masing.
Alumni tidak didominasi dari
daerah Nganjuk saja. Namun sudah menyebar dari berbagai daerah. Padahal menurut prediksi pribadi penulis –Pak
Kiai dulu dalam mempromosikan pesantren tidak memasang baliho, papan nama di
pinggir jalan, pamflet, membuat website, mengirim utusan untuk berpromosi ke
daerah-daerah lain. Hanya informasi dari mulut ke mulut. Walau begitu saja
santri datang dari berbagai daerah. Ada yang dari lampung, jambi, bojonegoro,
ngawi, madiun, ponorogo, mojokerto, pasuruan, dan tentu saja dari nganjuk.
Untuk nganjuk sendiri hamper 20 kecamatan yang ada mempunyai alumni di situ.
Bila melihat dari cara promosi
yang sederhana memang zaman itu masih seperti itu. Masyarakat bila ingin
mengirim putranya ke pondok pesantren berdasar tingkat kealiman kiainya. Lalu
sepuhnya (berusia sepuh –jawa- tua), lalu takashuh di bidang apa. Misalnya di
pondok A kiainya alim di bidang fikih, dibidang tasawuf, di bidang kanuragan,
di bidang hadith, atau juga dibidang ilmu alat –gramatika bahasa Arab, atau
juga tahfid al-Qur’an. Maka masyarakat
akan berbondong-bondong sesuai minatnya lalu menuju pondok yang dituju.
Sebenarnya sejak dulu ada kategorisasi pondok pesantren sesuai dengan
takashusnya. Misalnya pondok lirboyo terkenal dengan ilmu alatnya, pondok
tebuireng terkenal dengan ilmu hadithnya, ilmu tasawuf di pondok asembagus
misalnya. Kebetulan di pondok pandanasri ini lebih mengarah pada ilmu alat.
Acara berlangsung dengan gayeng. Acara
dimulai dengan tahlilan. Tahlil seolah-olah adalah kegiatan wajib. Hamper
setiap kegiatan ada tahlil. Bisa dimaklumi karena silsilah sanad ilmu perlu
terus dijaga untuk keberkahan ilmu itu sendiri. Hal inilah yang membedakan
pondok pesantren dengan lembaga pendidikan lain. Penghormatan terhadap guru
terjaga dengan baik. karena juga menentukan kemanfaatan santri kelak bila sudah
terjun di masyarakat.
Pertemuan dipimpin oleh KH
Mustakim, mantan Ketua PCNU Kab. Madiun.
Terlihat kebersamaan, kesederhanaan tanpa mengurangi tujuan diadakannya
acara ini. Kegiatan digagas untuk menyiapkan pelaksanaan Haul KH Ghozali Kholil
Pandanasri. Selama ini acara haul diselenggarakan oleh Ndalem pondok dalam arti
Mbah Nyai. Namun oleh karena sekarang ini beliau gerah inisiatip
diadakannya haul dilakukan oleh para alumni. Sebagai bentuk rasa syukur atas
karunia ilmu yang diterima di pondok pesantren Darul Muta’allimin Pandanasri
yang diasuh oleh Mbah Kiai Ghozali juga tabarukan kepada beliau.
Acara haul seperti ini dipandang
penting oleh alumni karena menjaga sanad keilmuan. Mungkin sebagian orang tidak
begitu memperhatikan hal ini. Namun dalam benak santri sanad keilmuan dipandang
penting. Karena berkaitan dengan keberkahan ilmu. Bias saja seorang santri
pandai, terkenal, terhormat, memperoleh kedudukan yang prestisius namun akan
terasa kurang bermanfaat ilmunya bila tidak menyambung tali silaturahim dengan
guru-gurunya. Inilah yang dipercayai oleh para santri pondok pesantren seperti
diterangkan dalam kitab ta’lim muta’allim.
Menjaga silaturahim antara santri
dan kiai bias dimaknai secara fisik dan non fisik. Maksudnya secara fisik
bersilaturahim langsung ke Ndalem Kiai bias juga berziarah ke makam beliau. Dan
juga membacakan surat fatihah kepada beliau sesudah sholat maktubah. Inilah
diantara yang dimaksud dengan silaturahim non fisik. Selain membaca hadiah
fatihah juga sebelum membaca kitab yang diijazahkan oleh beliau.
Disadari memang bahwa alumni
pondok pesantren salafiah tidak akan bisa menjadi pegawai negeri, tentara dan
bekerja di kantoran sebagaimana alumni dari sekolahan. Memang tidak mempunya
ijazah formal. Namun sekarang bisa saja karena banyak santri yang juga menuntut
ilmu di sekolah formal. Dari pertemuan itu saya melihat bahwa para alumni tidak
ada yang menganggur. Semuanya telah bekerja sesuai dengan minat dan kemampuan
yang dimiliki. Dan hamper kesemuanya ingin dakwah, menyebarkan ilmu yang
dimiliki. Sebagai bentuk rasa syukur atas karunia yang dimiliki dari Allah yang
Maha Kuasa.
Ada sedikit perbedaan atas makna
dakwah yang dilakukan. Yakni sebelum memulai dakwah, atau mengajak orang lain
dakwah dimulai dari diri sendiri dahulu. Inilah yang saya lihat dari para
alumni pondok. Sedikit ilmu yang dimiliki dilakukah terlebih dahulu oleh diri
dan keluarga kecilnya terlebih dahulu. Bukan malah berdakwah –mengajak orang
lain ternyata dirinya sendiri belum diopeni atau bahkan belum melakukan.
Misalnya ada sebuah partai yang mempunyai jargon sebagaipartaidakwah ternyata
masih juga terlibat seperti yang di antipasti dari slogannya sendiri. Dari yang
dilakukan seperti ini maka para alumni bisa diterima keberadaannya
ditengah-tengah masyarakat. Wallahu a’lam bi al shawab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar