Kamis, 14 Februari 2013

Pertemuan Alumni Pondok Pesantren



Pada hari Sabtu, 19 Januari 2013 diadakan pertemuan alumni Pondok Pesantren Darul Muta’allimin Pandanasri Kertosono Nganjuk. Suasana akrab. Alumni dari berbagai angkatan hadir. Terjadi silaturahmi, kangen-kangenan. Tidak jarang bertemu lagi dengan gurunya yang dulu mengajar. Setelah sekian lama tersita oleh kesibukan masing-masing. Bertemu lagi dan tidak ayal saling melepas tawa dan menanyakan kabar masin-masing.
Alumni tidak didominasi dari daerah Nganjuk saja. Namun sudah menyebar dari berbagai daerah.  Padahal menurut prediksi pribadi penulis –Pak Kiai dulu dalam mempromosikan pesantren tidak memasang baliho, papan nama di pinggir jalan, pamflet, membuat website, mengirim utusan untuk berpromosi ke daerah-daerah lain. Hanya informasi dari mulut ke mulut. Walau begitu saja santri datang dari berbagai daerah. Ada yang dari lampung, jambi, bojonegoro, ngawi, madiun, ponorogo, mojokerto, pasuruan, dan tentu saja dari nganjuk. Untuk nganjuk sendiri hamper 20 kecamatan yang ada mempunyai alumni di situ.
Bila melihat dari cara promosi yang sederhana memang zaman itu masih seperti itu. Masyarakat bila ingin mengirim putranya ke pondok pesantren berdasar tingkat kealiman kiainya. Lalu sepuhnya (berusia sepuh –jawa- tua), lalu takashuh di bidang apa. Misalnya di pondok A kiainya alim di bidang fikih, dibidang tasawuf, di bidang kanuragan, di bidang hadith, atau juga dibidang ilmu alat –gramatika bahasa Arab, atau juga tahfid al-Qur’an.  Maka masyarakat akan berbondong-bondong sesuai minatnya lalu menuju pondok yang dituju. Sebenarnya sejak dulu ada kategorisasi pondok pesantren sesuai dengan takashusnya. Misalnya pondok lirboyo terkenal dengan ilmu alatnya, pondok tebuireng terkenal dengan ilmu hadithnya, ilmu tasawuf di pondok asembagus misalnya. Kebetulan di pondok pandanasri ini lebih mengarah pada ilmu alat.
Acara berlangsung dengan gayeng. Acara dimulai dengan tahlilan. Tahlil seolah-olah adalah kegiatan wajib. Hamper setiap kegiatan ada tahlil. Bisa dimaklumi karena silsilah sanad ilmu perlu terus dijaga untuk keberkahan ilmu itu sendiri. Hal inilah yang membedakan pondok pesantren dengan lembaga pendidikan lain. Penghormatan terhadap guru terjaga dengan baik. karena juga menentukan kemanfaatan santri kelak bila sudah terjun di masyarakat.
Pertemuan dipimpin oleh KH Mustakim, mantan Ketua PCNU Kab. Madiun.  Terlihat kebersamaan, kesederhanaan tanpa mengurangi tujuan diadakannya acara ini. Kegiatan digagas untuk menyiapkan pelaksanaan Haul KH Ghozali Kholil Pandanasri. Selama ini acara haul diselenggarakan oleh Ndalem pondok dalam arti Mbah Nyai. Namun oleh karena sekarang ini beliau gerah inisiatip diadakannya haul dilakukan oleh para alumni. Sebagai bentuk rasa syukur atas karunia ilmu yang diterima di pondok pesantren Darul Muta’allimin Pandanasri yang diasuh oleh Mbah Kiai Ghozali juga tabarukan kepada beliau.
Acara haul seperti ini dipandang penting oleh alumni karena menjaga sanad keilmuan. Mungkin sebagian orang tidak begitu memperhatikan hal ini. Namun dalam benak santri sanad keilmuan dipandang penting. Karena berkaitan dengan keberkahan ilmu. Bias saja seorang santri pandai, terkenal, terhormat, memperoleh kedudukan yang prestisius namun akan terasa kurang bermanfaat ilmunya bila tidak menyambung tali silaturahim dengan guru-gurunya. Inilah yang dipercayai oleh para santri pondok pesantren seperti diterangkan dalam kitab ta’lim muta’allim.
Menjaga silaturahim antara santri dan kiai bias dimaknai secara fisik dan non fisik. Maksudnya secara fisik bersilaturahim langsung ke Ndalem Kiai bias juga berziarah ke makam beliau. Dan juga membacakan surat fatihah kepada beliau sesudah sholat maktubah. Inilah diantara yang dimaksud dengan silaturahim non fisik. Selain membaca hadiah fatihah juga sebelum membaca kitab yang diijazahkan oleh beliau.
Disadari memang bahwa alumni pondok pesantren salafiah tidak akan bisa menjadi pegawai negeri, tentara dan bekerja di kantoran sebagaimana alumni dari sekolahan. Memang tidak mempunya ijazah formal. Namun sekarang bisa saja karena banyak santri yang juga menuntut ilmu di sekolah formal. Dari pertemuan itu saya melihat bahwa para alumni tidak ada yang menganggur. Semuanya telah bekerja sesuai dengan minat dan kemampuan yang dimiliki. Dan hamper kesemuanya ingin dakwah, menyebarkan ilmu yang dimiliki. Sebagai bentuk rasa syukur atas karunia yang dimiliki dari Allah yang Maha Kuasa.
Ada sedikit perbedaan atas makna dakwah yang dilakukan. Yakni sebelum memulai dakwah, atau mengajak orang lain dakwah dimulai dari diri sendiri dahulu. Inilah yang saya lihat dari para alumni pondok. Sedikit ilmu yang dimiliki dilakukah terlebih dahulu oleh diri dan keluarga kecilnya terlebih dahulu. Bukan malah berdakwah –mengajak orang lain ternyata dirinya sendiri belum diopeni atau bahkan belum melakukan. Misalnya ada sebuah partai yang mempunyai jargon sebagaipartaidakwah ternyata masih juga terlibat seperti yang di antipasti dari slogannya sendiri. Dari yang dilakukan seperti ini maka para alumni bisa diterima keberadaannya ditengah-tengah masyarakat. Wallahu a’lam bi al shawab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar