Minggu, 16 Desember 2012

Sifat Istikomah Kiai

Mengenai sifat istikomah ini saya lalu teringat dengan Kiai Ghozali. Beliau mengasuh santri putra dan putri sekitar 150an santri. Yang tidak terlupa adalah sifat istikomah beliau dalam mengajar dan sholat jamaah lima waktu. Mengajar bagi beliau adalah tugas dan kewajiban. Tugas untuk mengajarkan dan menyebarkan ilmu. Selalin dakwah untuk menghilangkan kebodohan umat akan ilmu agama.
Setelah memimpin sholat subuh kitab yang biasa beliau bacakan adalah tafsir jalalen. Setelah sholat dhuhur membaca taqrib dan ianah. Sedangkan sehabis sholat ashar adalah kitab ihya' dan hikam.  Sedangkan sesudah sholat isya' membaca  kitab iqna'.
Sehabis sholat magrib tidak membaca kitab karena digunakan untuk hafalan sesuai dengan kelas masing-masing santri. Ada tajwid bagi kelas satu. Lalu imrithi untuk kelas tiga, sedangkan kelas 4,5, dan 6 hafalan kitab alfiyah ibnu malik. Dan digunakan untuk waktu sekolah hingga menjelang sholat isya'.
Saya masih ingat sifat istikomah beliau untuk mengaji walau sesibuk apapun. Bahkan pernah suatu pagi sewaktu beliau mau hajat menikahkan putra beliau (walimatul 'urs), paginya masih sempat untuk mengaji terlebih dahulu. Padahal undangan banyak sekali. Maklum kolega Pak Yai banyak sekali.
Dengan kesederhanaan, kesabaran, teladan yang beliau berikan kepada santri, menjadikan beliau menjadi idola semua santri. Hal inilah yang menjadikan karakter beliau menjadi contoh dan teladan santri secara langsung membentuk watak dan karakter santri terbawa hingga santri kembali ke masyarakat.
Dari alumni yang testimoni ketika waktu munaqosah, sangat berterima kasih atas didikan, ilmu yang diberikan, barokah yang diterima sehingga bisa bermanfaat di masyarakat. Alhamdulillah, banyak santri yang menjadi tokoh masyarakat di daerah asal masing-masing.
Hal ini yang seharusnya menjadi contoh dalam transfer karakter dari pendidik ke peserta didik. Ada contoh langsung dalam kehidupan sehari-hari. Tidak cukup dengan teori. Namun praktek langsung.
Gambaran kehidupan di pondok pesantren adalah prototipe keberhasilan pembentukan karakater bagi generasi islam ke depan. Dan seharusnya bisa ditransfer ke dalam lembaga pendidikan di madrasah dan sekolah yang sedang digalakkan pembentukan karakter yang ideal bagi pelajar.
Lalu mengapa beliau membaca kitab-kitab tadi hingga khatam lalu diulangi dari awal lagi karena beliau berpendapat bila satu bidang ilmu dikuasai maka akan membuka ilmu di bidang ilmu lainnya. Karena sifat istikomah beliau ini pula yang dianggap santri yang mendatangkan keberkahan ilmu bagi santri. Wallahu a'lam bi al shawab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar